Muhammad Nur Prabowo Setyabudi Ketua Tim Riset
Jakarta, TABAYUNA.com – Melalui platform Zoom Meeting, Pusat Riset Agama dan Kepercayaan (PRAK) Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan FDG atau Sharing Session bertajuk “Filantropi Nahdlatul Ulama” pada Selasa (26/3/2024) yang dihadiri puluhan periset, dosen/akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Sebagai informasi, kegiatan tersebut merupakan rangkaian riset yang dilakukan oleh peneliti PMB BRIN Muhammad Nur Prabowo Setyabudi, peneliti PRAK BRIN Aji Sofanudin, dosen Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung Hamidulloh Ibda, dan dosen Universitas Gadjah Mada Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi bertajuk “Islamic Creative Philanthropy: Studi Terhadap Praktik Filantropi Islam pada Komunitas Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Ahmadiyah, dan Syiah (MUNAS) di Indonesia.“
Dalam sambutannya, Kepala Pusat Riset Agama dan Kepercayaan (PRAK) Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Aji Sofanudin mengatakan bahwa sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi filantropi Islam yang cukup besar.
Menurut data Kemenag RI, potensi zakat di Indonesia sangat besar mencapai 327 triliun. Sementara data Baznas menyebutkan dana zakat yang tersalurkan sebesar 33 T pada tahun 2023.
Ini artinya baru 10,09 % potensi zakat yang mewujud. Belum lagi potensi filantropi Islam yang lain seperti infaq, sedekah, hibah dan wakaf, kata Aji.
Kegiatan ini, menurutnya, merupakan bagian dari riset filantropi yang menyasar organisasi atau komunitas Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Ahmadiyah, dan Syiah.
“Jika merujuk pendapatnya Prof. Ahmad Najib Burhani, Nahdlatul Ulama menjadi ormas Islam yang menarik karena mampu melahirkan penciptaan atau penguatan identitas Islam nasional dengan nama Islam Nusantara. NU dinilai unik dan distingtif dibandingkan dengan Islam di belahan dunia lain, karena karakternya yang damai, moderat, keberterimaan terhadap demokrasi yang tinggi,” lanjutnya dalam kegiatan yang dimoderatori BRIN Muhammad Nur Prabowo Setyabudi tersebut.
Dalam konteks riset ini, katanya, NU dikaji karena telah memiliki lembaga amil yaitu LAZISNU yang berdiri tahun 2004 sesuai dengan amanat Muktamar NU ke-31 di Boyolali, Jawa Tengah.
Direktur Eksekutif NU Care – LAZISNU PBNU Drs. KH. Qohari Cholil dalam paparannya mengatakan banyak hal, dari sejarah, profil, capain, inovasi, dan dampak filantropi yang dilakukan LAZISNU. "LAZISNU diberi amanat sebagai penopang dan penyokong kegiatan sosial di lingkungan NU khususnya di bidang sumber daya manusia dan filantropi," katanya.
Pihaknya juga memberikan contoh bagian dari program LAZISNU yang populer adalah KOIN NU. “Jadi Koin NU ini adalah singkatan dari Kotak Infak (Koin) NU,” paparnya.
Kiai Qohari juga membeberkan, bahwa NU Care – LAZISNU PBNU terdiri atas 33 cabang tersebar di 29 negara melalui PCI NU, dan 26 provinsi di Indonesia.
Dalam hal penghimpunan, NU Care – LAZISNU PBNU melakukan sejumlah inovasi. “Kami ada fundraising lembaga. Di sini melakukan optimalisasi jejaring lembaga dan Badan Otonom NU melalui Koin NU, optimalisasi web crowfunding nucare.id, kemitraan CSR perusahaan dan pemerintah, kemitraan dengan platform digital. Kemudian sistem pelaporan dengan skema PSAK 109-409, audit internal, audit PBNU, audit KAP, audit Syariah Kemenag RI,” jelasnya.
Dalam aspek mekanisme penyaluran, dilakukan kolaborasi horizontal yaitu pelibatan lembaga dan Banom NU, juga ada pelibatan pakar/ahli, penyaluran yang dilakukan oleh 233 cabang LAZISNU, dan penyaluran yang tersebar di 30 provinsi cabang LAZISNU.
Sementara itu, Dr. Hamidulloh Ibda menambahkan bahwa sebenarnya di LAZISNU, realitas di lapangan khususnya di Jawa Tengah telah terlaksana praktik filantropi yang terstruktur (struktural), tidak/semi terstruktur atau kultural. "Kalau yang tidak terstruktur ini banyak sekali, dari infak Arwah Jama', infak pada kegiatan tahlilan, tahtimul Quran, manaqiban, ziarah walisongo, ziarah wali lima Jawa Timur, infak Ramadan, arisan Qurban, arisan wakaf tanah, dan lainnya," jelasnya.
Selain itu, Ibda juga menjelaskan bahwa banyak sekali praktik baik yang telah dilakukan oleh LAZISNU Jawa Tengah dan cabang di wilayah Jawa Tengah. Dari praktik filantropi itu, katanya, dibutuhkan pola yang bisa dikategorisasi sebagai filantropi kreatif Islam agar menjadi temuan menarik.
"Kalau dari kajian yang saya lakukan, filantropi kreatif Islam itu intinya pendekatan dalam memberikan sumbangan dan dukungan yang diilhami oleh nilai-nilai Islam, namun dengan kecenderungan untuk memanfaatkan inovasi dan kreativitas dalam pelaksanaannya. Nah, kami membutuhkan saran dan masukan dari LAZISNU PBNU untuk menguatkan temuan itu," kata dia.
Di sisi lain, dosen Universitas Gadjah Mada Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi menambahkan bahwa sebelum terjadi gerakan filantropi Islam yang masif, dilatarbelakangi oleh sejumlah fenomena. “Gerakan-gerakan Islam yang tumbuh di Yogyakarta pada kurun 1920-an sampai 1930-an menginstitusionalisasi aset-aset kedermawanan yang mereka terima sehingga menjadi modal sosial bagi mereka dalam menunjukkan eksistensinya sebagai masyarakat sipil,” katanya.
Terjadinya momentum-momentum dinamis termasuk kehadiran gerakan Zending dan Missie yang semakin kuat di Yogyakarta, lanjutnya, momentum-momentum itu termasuk pula dampak panjang ekspansi perkebunan, reogrnisasi tanah/agraria, kemunculan santri urban, dinamika pengulon dan organisasi Islam. Dari momentum-momentum itu melahirkan banyak dampak yang pada akhirnya hadir kedermawanan Islam sebagai gerakan sosial baru di Yogyakarta.
Penulis buku Filantropi Masyarakat Perkotaan: Transformasi Kedermawanan Muhammadiyah di Yogyakarta, 1912-1931 itu menjelaskan pula bahwa ada kesamaan fungsi lembaga sebagai fundriser dan model pentasyarufan melalui lembaga dalam Muhammadiyah dan NU. “Selain itu ada kesamaan pilar program antara LAZISMU dan NU-Care/LAZISNU. LAZISNU menggunakan cerdas, istilah program yaitu berdaya, sehat, damai, hijau,” papar dia. (*)
TABAYUNA.com – Apakah merokok membatalkan puasa? Dalam Islam, merokok tidak dianggap sebagai suatu aktivitas yang dianjurkan, terutama karena dampak buruknya terhadap kesehatan tubuh. Namun, dalam konteks bulan Ramadan, di mana umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa, pertanyaan tentang hukum merokok mungkin timbul karena ada pertimbangan khusus terkait dengan puasa.
Sebelum membahas hukum merokok saat puasa sunnah atau puasa Ramadan, perlu kita kaji dulu hal-hal yang membatalkan puasa. Dalam Islam, terdapat beberapa hal yang dapat membatalkan puasa seseorang. Berikut adalah beberapa di antaranya beserta referensi Al-Qur'an dan Hadis yang mengaturnya:
1. Makan dan Minum
Salah satu hal yang paling umum diketahui dapat membatalkan puasa adalah makan atau minum dengan sengaja selama waktu puasa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah (2:187): "Dan makan minumlah kamu sampai terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." Firman Allah ini menegaskan bahwa puasa dimulai dari terbit fajar dan berakhir pada waktu maghrib, di mana selama periode ini seseorang harus menahan diri dari makan dan minum.
2. Menyengaja Keluar Darah Haidh atau Nifas:
Bagi wanita yang sedang haidh (menstruasi) atau nifas (setelah melahirkan), puasa tidak diwajibkan dan dianggap batal jika keluar darah pada waktu-waktu tersebut.
3. Pingsan atau Kehilangan Akal Seha:
Jika seseorang pingsan atau kehilangan akal sehat selama periode waktu yang cukup lama sehingga tidak dapat membedakan antara halal dan haram, puasanya dianggap batal.
4. Mendapatkan Makanan atau Minuman Secara Tidak Sengaja:
Jika seseorang makan atau minum secara tidak sengaja, misalnya karena lupa sedang berpuasa, maka puasanya tetap sah. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah memberi makan dan minum kepada orang yang lupa dan bersama-sama dia menyelesaikan puasanya" (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Mengeluarkan Mani Karena Masturbasi atau Aktivitas Seksual Lainnya:
Mengeluarkan mani dengan sengaja melalui masturbasi atau aktivitas seksual lainnya di siang hari Ramadan juga dapat membatalkan puasa. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membatalkan puasanya karena hubungan seksual, maka dia harus mengganti puasanya" (HR. Bukhari dan Muslim).
6. Menggigit atau Mengunyah Sesuatu yang Bisa Dimakan:
Mengunyah atau menggigit sesuatu yang bisa dimakan dan ditelan (selain makanan yang terperangkap di antara gigi) dengan sengaja membatalkan puasa. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang lupa (bahwa dia sedang berpuasa) lalu dia makan atau minum, maka hendaklah dia menyempurnakan puasanya. Sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum" (HR. Bukhari dan Muslim).
7. Hubungan Intim Suami Istri:
Bersetubuh atau hubungan intim dengan pasangan suami istri yang sah juga dapat membatalkan puasa. Rasulullah SAW bersabda: "Puasa setiap orang yang berhubungan dengan istrinya adalah perkataan yang sia-sia dan perbuatan yang sia-sia" (HR. Bukhari dan Muslim).
8. Muntah dengan Sengaja:
Jika seseorang sengaja memuntahkan makanan atau minuman yang telah dimakannya, puasanya menjadi batal. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang muntah dengan sengaja, maka hendaklah dia mengqadha' puasanya, dan barangsiapa yang muntah tanpa sengaja, maka puasanya tidak batal" (HR. Abu Dawud).
Hal-hal di atas adalah beberapa yang dapat membatalkan puasa menurut ajaran Islam, dengan referensi utama dari Al-Qur'an dan Hadis. Penting bagi umat Islam untuk memahami hal-hal ini agar mereka dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai dengan ajaran agama.
Merokok Membatalkan Puasa?
Penjelasan di atas jelas bahwa merokok membatalkan puasa. Secara umum, merokok dianggap membatalkan puasa karena masuknya asap dan zat-zat beracun ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dan mulut. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama puasa, yaitu membersihkan tubuh dan jiwa serta meningkatkan kesadaran spiritual. Maka dari itu, merokok selama berpuasa dianggap menyelisihi ajaran agama. Menurut Syekh Nawawi al-Banteni dalam kitab Nihayatuz Zain:
يفْطر صَائِم بوصول عين من تِلْكَ إِلَى مُطلق الْجوف من منفذ مَفْتُوح مَعَ الْعمد وَالِاخْتِيَار وَالْعلم بِالتَّحْرِيمِ ...وَمِنْهَا الدُّخان الْمَعْرُوف
Artinya: Sampainya ‘ain ke tenggorokan dari lubang yang terbuka secara sengaja dan mengetahui keharamannya itu membatalkan puasa...seperti mengisap asap (yang dikenal sebagai rokok). (Lihat Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, Nihayatuz Zain fi Irsyadul Mubtadiin, Beirut: Darul Fikr, juz 1, halaman 187).
Dari kajian Litbang Tabayuna.com, terdapat beberapa poin yang perlu dipertimbangkan soal merokok yang masih diperdebatkan membatalkan puasa atau tidak sebagai berikut:
1. Pembatalan Puasa:
Mayoritas ulama sepakat bahwa merokok membatalkan puasa, karena zat-zat yang masuk ke dalam tubuh melalui asap rokok dianggap sebagai benda yang membatalkan puasa.
2. Kesehatan:
Selain dari sudut pandang agama, merokok juga dilarang atau tidak dianjurkan karena berbahaya bagi kesehatan. Ramadan adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan meninggalkan kebiasaan merokok bisa menjadi langkah awal yang baik untuk menjaga kesehatan.
3. Konteks Sosial dan Kebijakan:
Ada juga pertimbangan sosial dan kebijakan yang perlu dipertimbangkan. Di beberapa negara atau komunitas, merokok di tempat umum atau di depan umum bisa dianggap tidak sopan atau bahkan melanggar peraturan. Oleh karena itu, merokok saat berpuasa Ramadan juga bisa dianggap tidak pantas dari segi sosial.
Secara singkat, dalam Islam, merokok dianggap sebagai kegiatan yang tidak dianjurkan, terutama selama bulan Ramadan ketika umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa. Hal ini karena merokok dapat membatalkan puasa dan juga berpotensi merugikan kesehatan. Oleh karena itu, disarankan untuk menjauhi merokok dan mengambil langkah-langkah untuk meninggalkan kebiasaan tersebut, terutama selama bulan suci Ramadan. (tb44).
Ilustrasi: Bocah Bandungan |
TABAYUNA.com – Tradisi-tradisi Islami di bulan suci Ramadan yang wajib anda tahu sebenarnya sangat melimpah di bulan suci Ramadan. Sebab, Ramadan, bulan suci dalam agama Islam, adalah periode yang dihormati dan dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Selama bulan ini, umat Islam berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam sebagai bentuk ibadah dan pengendalian diri. Namun, puasa bukanlah satu-satunya aspek dari tradisi Ramadan. Bulan ini juga dirayakan dengan beragam tradisi Islami yang memberikan warna dan makna tersendiri bagi umat Islam. Mari kita telusuri beberapa tradisi Islami yang dilakukan selama Ramadan.
1. Tradisi nyadran sebelum, saat, dan sesudah Ramadan
Tradisi nyadran unik di masyarakat Islam di Jawa. Nyadran adalah tradisi keagamaan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di Indonesia, sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur yang telah meninggal dunia. Tradisi Nyadran biasanya dilaksanakan menjelang bulan suci Ramadan, seperti di Kabupaten Temanggung, Wonosobo, Magelang, sebagian Jogjakarta. Bahkan, ada nyadran khusus di bulan Suro dalam penanggalan Jawa atau pada bulan Muharram dalam penanggalan Hijriyah.
Tradisi Nyadran sering kali dilaksanakan dengan mengunjungi makam leluhur, membersihkan dan merapikan makam, serta mengadakan berbagai ritual keagamaan. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam tradisi Nyadran yaitu pertama, ziarah ke makam leluhur. Pada hari Nyadran, umat Islam melakukan ziarah ke makam leluhur untuk membersihkan dan merapikan makam serta mendoakan keberkahan bagi arwah leluhur yang telah meninggal dunia. Ziarah ke makam juga menjadi momen refleksi atas jasa-jasa dan pengabdian leluhur dalam kehidupan mereka. Kedua, doa bersama. Selama tradisi Nyadran, umat Islam biasanya membaca doa bersama-sama untuk arwah leluhur. Doa ini mengharapkan ampunan dan rahmat dari Allah SWT bagi arwah leluhur yang telah meninggal dunia serta memohon perlindungan dan keberkahan bagi keturunan yang masih hidup. Ketiga, memperingati hari kematian. Tradisi Nyadran juga merupakan momen untuk memperingati hari kematian leluhur. Selain melakukan ritual di makam, keluarga juga bisa mengadakan majelis ta'ziyah atau pengajian untuk mengenang dan mendoakan almarhum.
Keempat, berbagi makanan: Sebagian tradisi Nyadran juga melibatkan pembagian makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk sedekah dan amal kebaikan yang dapat menjadi doa untuk arwah leluhur. Kelima, pemberian sedekah dan amal. Selain makanan, umat Islam juga dianjurkan untuk memberikan sedekah dan amal lainnya sebagai bagian dari tradisi Nyadran. Sedekah dan amal ini diharapkan dapat memberikan manfaat spiritual bagi arwah leluhur dan mendatangkan berkah bagi keluarga yang memberikan.
Tradisi Nyadran adalah bagian dari warisan budaya dan keagamaan masyarakat Jawa yang memiliki nilai-nilai penghormatan terhadap leluhur, kebersamaan antargenerasi, dan kepatuhan kepada ajaran agama. Meskipun berakar dalam kepercayaan lokal, tradisi Nyadran juga mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial yang universal dalam Islam.
2. Memakmurkan Ramadhan di Masjid
Salah satu tradisi paling menonjol selama Ramadan adalah suasana yang khusyuk dan meriah di masjid. Masjid dipenuhi oleh umat Muslim yang datang untuk menunaikan ibadah salat tarawih dan membaca Al-Qur'an. Suasana spiritual yang kuat di masjid memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan koneksi mereka dengan Allah SWT dan memperdalam pemahaman mereka terhadap ajaran Islam.
3. Memberi Sumbangan dan Bersedekah
Ramadan juga dikenal sebagai bulan pemberian dan kebaikan. Umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan amal dan bersedekah selama bulan Ramadan. Tradisi memberi sumbangan kepada yang membutuhkan, memberikan makanan kepada orang-orang yang berpuasa, dan melakukan amal kebaikan lainnya menjadi bagian penting dari ibadah selama bulan suci ini.
4. Tadarus atau Membaca Al-Qur'an
Ramadan adalah waktu yang dipersembahkan untuk meningkatkan hubungan dengan Al-Qur'an. Banyak umat Islam yang menetapkan tujuan untuk membaca seluruh Al-Qur'an selama bulan Ramadan atau setidaknya sebagian besar darinya. Tradisi membaca Al-Qur'an secara rutin dan mendalam selama bulan Ramadan membantu meningkatkan spiritualitas dan pemahaman agama.
5. Berbuka Puasa Bersama (Iftar)
Salah satu momen yang paling dinantikan selama Ramadan adalah berbuka puasa bersama-sama dengan keluarga, teman, dan komunitas. Iftar adalah saat yang penuh kegembiraan di mana orang-orang berkumpul untuk memecah berpuasa dengan makanan dan minuman yang lezat. Tradisi ini memperkuat ikatan sosial antar-umat Islam dan memberikan kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama.
6. Tradisi Tahlilan Saat Ramadan
Tradisi tahlilan adalah salah satu praktik keagamaan yang umum dilakukan oleh umat Islam, terutama di Indonesia, selama bulan Ramadan. Tahlilan biasanya dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk arwah orang yang telah meninggal dunia. Meskipun tahlilan tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam, praktik ini telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Indonesia. Beberapa hal yang umumnya terjadi dalam tradisi tahlilan selama bulan Ramadan yaitu (1) Pengumpulan di rumah-rumah atau masjid. Biasanya, keluarga atau masyarakat setempat akan mengadakan acara tahlilan di rumah-rumah atau di masjid. Mereka berkumpul untuk membaca surah Al-Fatihah dan doa-doa lainnya untuk arwah orang yang telah meninggal dunia; (2) Pembacaan Surah Yasin.Surah Yasin sering kali dibaca dalam tradisi tahlilan karena dianggap memiliki keistimewaan dan memberikan manfaat bagi arwah yang telah meninggal. Pembacaan surah ini dianggap sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk arwah; (3) Pembacaan doa-doa selamat. Doa-doa selamat seperti doa Ta'awwudz (A'udhu billahi minash shaitanir rajim), Ayat Kursi, dan doa perlindungan lainnya juga sering dibaca dalam tradisi tahlilan sebagai bentuk perlindungan dan keselamatan bagi orang yang hadir; (4) Mengingatkan akan kematian. Tradisi tahlilan juga menjadi momen untuk mengingatkan akan kepastian kematian dan pentingnya persiapan untuk kehidupan setelah kematian. Hal ini dianggap sebagai pelajaran moral dan spiritual bagi mereka yang hadir; (5) Sedekah makanan. Sebagai bagian dari tradisi tahlilan, seringkali makanan disediakan untuk para hadirin. Hal ini bisa berupa makanan ringan atau hidangan lebih lengkap tergantung pada kesediaan tuan rumah atau komunitas yang mengadakan acara.
Meskipun tahlilan telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Indonesia, beberapa ulama menekankan bahwa praktik ini memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tahlilan tetap menjadi tradisi yang sangat penting untuk menghormati dan mendoakan arwah orang yang telah meninggal dunia, terutama selama bulan Ramadan, apalagi kedua orang tua sudah meninggal dunia. Bagaimana cara Anda berbakti kepada mereka kalau tidak menahlilkannya?
7. Salat Tarawih
Selain salat lima waktu, umat Islam juga memperbanyak salat tarawih selama bulan Ramadan. Salat tarawih dilakukan setelah salat Isya dan merupakan tradisi ibadah yang sangat dianjurkan selama bulan suci ini. Umat Islam berkumpul di masjid untuk melaksanakan salat tarawih bersama, yang terdiri dari serangkaian rakaat yang dilakukan dengan penuh khusyuk dan penghayatan.
8. Menunaikan Zakat dan Zakat Fitrah
Ramadan juga merupakan waktu yang tepat untuk menunaikan zakat dan zakat fitrah. Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam yang mampu untuk memberikan sebagian dari harta mereka kepada yang membutuhkan, sedangkan zakat fitrah adalah sumbangan yang diberikan oleh setiap individu yang berpuasa sebagai bentuk penyucian diri dan penghapus dosa selama Ramadan.
9. Takbir Keliling
Takbir keliling adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh umat Islam, terutama di Indonesia, selama bulan Ramadan. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam-malam menjelang Hari Raya Idul Fitri, terutama pada malam terakhir bulan Ramadan atau malam 1 Syawal. Tradisi ini telah menjadi bagian dari budaya dan kegiatan sosial masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Meskipun demikian, penting untuk tetap memperhatikan nilai-nilai agama dan menjaga kesederhanaan serta kebenaran dalam menjalankan tradisi ini.
Dalam kesimpulan, Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus selama berpuasa, tetapi juga tentang mempraktikkan nilai-nilai dan tradisi Islami yang membawa keberkahan dan kebahagiaan bagi umat Islam. Tradisi-tradisi ini memperkuat ikatan sosial, meningkatkan kesadaran spiritual, dan membawa umat Islam lebih dekat kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan tradisi-tradisi Islami selama Ramadan, umat Islam dapat merasakan keutamaan dan keberkahan dari bulan suci ini. (Tb33).
Ilustrasi: Rekayasa Teknologi |
TABAYUNA.com – Apakah Anda tahu menu berbuka puasa yang dianjurkan Rasullullah Saw? Sobat Tabayuna.com, Rasulullah SAW memberikan pedoman tentang menu buka puasa yang sehat dan dianjurkan untuk dikonsumsi. Berbuka puasa sesuai tuntunan Allah dan Rasullah Saw atau syariat Islam memiliki beberapa alasan penting. Pertama, ketaatan kepada perintah Allah. Salah satu prinsip utama dalam Islam adalah ketaatan kepada perintah Allah SWT. Berpuasa dan berbuka puasa adalah perintah yang diwajibkan Allah SWT kepada umat Islam dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, melaksanakan berbuka puasa sesuai syariat Islam adalah bentuk ketaatan dan pengabdian kepada-Nya.
Kedua, mengikuti teladan Rasulullah SAW. Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan utama bagi umat Islam. Beliau memberikan contoh yang sempurna dalam berpuasa dan berbuka puasa sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, mengikuti syariat Islam dalam berbuka puasa berarti mengikuti teladan dan contoh yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
Ketiga, membangun kesadaran spiritual. Berbuka puasa sesuai syariat Islam juga membantu membangun kesadaran spiritual dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan menjalankan ibadah berbuka puasa sesuai dengan tuntunan agama, umat Islam dapat memperdalam hubungan mereka dengan Allah SWT dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya beribadah dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Keempat, menjaga kesehatan jasmani dan Rohani. Berbuka puasa sesuai syariat Islam juga bertujuan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Syariat Islam memberikan pedoman tentang makanan yang sehat dan bergizi untuk dikonsumsi saat berbuka puasa, seperti kurma, air putih, buah-buahan, dan makanan ringan lainnya. Dengan mematuhi pedoman ini, umat Islam dapat memastikan bahwa mereka memperoleh nutrisi yang cukup untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.
Dengan demikian, berbuka puasa sesuai syariat Islam merupakan bagian integral dari praktik keagamaan umat Islam yang bertujuan untuk meneguhkan ketaatan kepada Allah SWT, menjaga kesehatan jasmani dan rohani, mengikuti teladan Rasulullah SAW, serta membangun kesadaran spiritual dan ketakwaan kepada-Nya.
Menu yang Dianjurkan Rasulullah SAW
Berikut adalah beberapa contoh makanan yang disunnahkan untuk dikonsumsi saat berbuka puasa, berdasarkan ajaran Rasulullah SAW:
Kurma:
Sunnah untuk memulai berbuka puasa dengan memakan kurma segar. Kurma merupakan sumber energi yang baik karena mengandung gula alami dan nutrisi penting seperti serat, vitamin, dan mineral.
Air Putih:
Rasulullah SAW juga menyarankan untuk memulai berbuka dengan minum air putih, karena hal ini membantu menghidrasi tubuh yang kekurangan cairan setelah seharian berpuasa.
Sup atau Kaldu:
Sunnah untuk mengonsumsi sup atau kaldu yang ringan sebagai menu pembuka sebelum makanan utama. Sup mengandung banyak air dan nutrisi penting yang dapat membantu mengisi kembali cairan dan elektrolit yang hilang selama berpuasa.
Buah-buahan Segar:
Rasulullah SAW seringkali memulai berbuka puasa dengan memakan buah-buahan segar seperti delima, anggur, atau apel. Buah-buahan mengandung banyak air, serat, dan nutrisi penting lainnya yang baik untuk tubuh.
Makanan Ringan:
Rasulullah SAW juga menyarankan untuk tidak berbuka puasa dengan makanan berat secara langsung. Sebaiknya memulai dengan makanan ringan seperti buah atau sup agar pencernaan tidak terganggu.
Makanan Sehat dan Seimbang:
Ketika memilih makanan utama untuk berbuka, disarankan untuk memilih makanan yang sehat dan seimbang, seperti nasi, protein (daging, ikan, atau kacang-kacangan), sayuran, dan buah-buahan.
Berbagai Jenis Makanan:
Rasulullah SAW menyarankan untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan agar mendapatkan nutrisi yang cukup dan seimbang.
Selain itu, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dengan berbuka puasa dan memperbanyak doa ketika berbuka. Adapun jumlah kurma yang biasa dimakan saat berbuka puasa berdasarkan sunnah adalah tiga buah, jika tidak tersedia, maka satu atau jika lebih lapar lima, namun sebaiknya ganjil.
Sunnah juga untuk memperbanyak membaca doa ketika berbuka puasa, misalnya: "Allahumma laka sumtu wa bika aamantu wa 'alayka tawakkaltu wa 'ala rizq-ika-aftartu." Artinya: "Ya Allah, karenaMu aku berpuasa, dan denganMu aku beriman, kepadaMu aku berserah, dan dengan rezekiMu aku berbuka."
Menu Berbuka Puasa yang Sehat
Berikut adalah beberapa contoh menu berbuka puasa yang sehat dan bergizi seperti:
Kurma:
Sebagai sunnah Rasulullah, mulailah berbuka puasa dengan beberapa buah kurma segar. Kurma mengandung gula alami yang dapat memberikan energi cepat setelah seharian berpuasa.
Air Putih:
Minum air putih secukupnya untuk menghidrasi tubuh setelah seharian tidak minum.
Sup Sayuran:
Sup sayuran ringan adalah pilihan yang baik untuk memulai berbuka puasa. Sup ini kaya akan nutrisi dan air, membantu menghidrasi dan memberikan energi.
Buah-buahan Segar:
Buah-buahan segar seperti semangka, melon, anggur, atau apel mengandung banyak air dan serat, serta kaya akan vitamin dan mineral.
Sayuran Segar dengan Hummus atau Saus Yogurt:
Potongan wortel, seledri, mentimun, dan paprika bersama dengan hummus atau saus yogurt rendah lemak adalah pilihan camilan yang sehat dan menyegarkan.
Protein:
Pastikan ada sumber protein dalam menu berbuka puasa Anda, seperti ayam panggang, ikan panggang, atau tofu. Protein membantu memperbaiki dan membangun jaringan otot setelah berpuasa.
Karbohidrat Sehat:
Pilihlah karbohidrat kompleks seperti nasi merah, quinoa, atau roti gandum utuh. Karbohidrat kompleks memberikan energi bertahap dan membuat Anda merasa kenyang lebih lama.
Sayuran Hijau:
Tambahkan sayuran hijau seperti brokoli, bayam, atau asparagus sebagai sumber serat dan nutrisi tambahan.
Minuman Sehat:
Selain air putih, Anda juga bisa memilih minuman sehat lainnya seperti jus buah tanpa tambahan gula, infused water, atau teh herbal.
Porsi Kecil dan Makan dengan Penuh Kesadaran:
Penting untuk tidak makan berlebihan saat berbuka puasa. Makanlah dengan porsi kecil dan nikmati makanan dengan penuh kesadaran, merasakan setiap gigitan dan bersyukur atas nikmat berbuka puasa.
Pastikan untuk mencari keseimbangan antara berbagai jenis makanan dan mengonsumsi makanan dengan variasi nutrisi yang cukup untuk mendukung kesehatan tubuh Anda selama bulan Ramadan. Semoga menu berbuka puasa ini bermanfaat bagi Anda.