Curhatan ini ditulis oleh Dea Magdalena pada 26 Juli 2017, netizen asal Salatiga yang menulis dengan nada satir atas keresahannya karena Gojek di Salatiga dilarang.
Berikut tulisannya:
Salatiga Salatiga Mengapa?
Siang ni terkejut melihat penutupan spanduk GOJEK yang bahkan dijaga oleh Satpol PP. Sedih dan kecewa, kenapa begitu cepat pemerintah Kota Salatiga membuat keputusan hanya karena demo yang baru hari ni? Kenapa gak tanya sama konsumen? Kenapa hanya dari satu pihak penolak saja? kenapa gak dicari jalan keluar terbaik?
Saya ingin memberikan beberapa pengalaman sejak ada GOJEK :
1. Saya bertanya pada teman saya, tempat makan yang juga ada di Gojek, dan juga foodcourt, mengenai gimana nih setelah ada Gojek? Dan semua menjawab hal yang sama, senang, jadi laris, berkat Gojek, padahal tadinya mau tutup abis lebaran karena pasti jadi sepi, tapi berkat Gojek sekarang jadi rame. Bahkan ada yang sudah mempersiapkan dulu banyak ayam, saus dibungkusin dulu, karena mereka tahu pasti Gojek akan rame.
2. Saya merupakan penjual online yang kebetulan akan pindah rumah akhir tahun nanti. Tadinya saya sudah senang karena sekarang ada Gojek yang bisa jadi jalan keluar saya. Nanti customer yang nggak bisa datang ke rumah saya, bisa pake Gojek ke Beringin, ke kota, dan sebagainya. Saya menjadi sedikit lega karena saya pikir Gojek bisa sangat membantu saya. Bahkan tadinya saya berpikir seandainya saya kuliah lagi, tenang ada Gojek yang bisa antar jemput saya.
3. Saya ke gereja menjadi terbantu. Karena biasa jam 6 sore uda jarang angkot lewat dan harus bayar mahal untuk ke gereja karena tidak sesuai jalur. Pasangan saya ke terminal menjadi tidak telat. Karena ada Gojek yang bisa mengantar kemana pun. Orang tua karyawan saya pun bisa diantar kemana saja dan karyawan saya bisa bekerja dengan tenang.
4. Bertambahnya banyak lowongan kerja, untuk driver, untuk CS, dan sebagainya. Dan ini penting. Sangat penting karena agak susah utk mencari kerja di Salatiga.
Kenapa gojek harus dilarang? Bukannya Salatiga itu kota TOLERANSI no 2 se INDONESIA? Seperti inikah hasilnya?
Hrs nya angkot, ojek, dan taksi bercermin dan berbenah diri dgn hadirnya Gojek di Salatiga. Bukankah becak dan Dokar juga tersingkir karena mereka? dan mrk ttapi berusaha dan tidak protes dan menutup. Mau jadi apa Salatiga? Pasar semakin macet karena depan pasar juga dibuka, lowongan kerja juga sedikit (bahkan saya buka lowongan kerja aj, banyak s1 yang mendaftar bahkan da yang memohon karena begitu sedikit na lowongan kerja di salatiga, bahkan pegawai saya 3 org S1 semua lho).
Bukankah angkot tu tidak pasti ada dimana aja? dan tidak mengantar di tujuan pula. Apakah sampai ke perumahan tingkir? apakah sampai ke canden? tidak kan? Kadang saya bayar pun ke gereja skrg mau nya 15rb. itu juga pake NGETEM segala walau sudah dibayar MAHAL.
Utk ojek, kami hrs ke tmpt ojek pangkalan juga. dan kdg mereka juga gak membawa HELM utk customer. Bandingkan dgn driver GOJEK yang mengutamkan SAFETY untuk customernya.
GOJEK sendiri juga hrs berkorban kok, dgn hrg murah, di tambah pulsa mereka keluarkan utk telepon, kdg lg wkt untuk nongkrong menunggu Go Food, dan kdg nek gak dapat TIP dr customer, sementara mrk ttapi hrs setor ke perusahaan. dan kdg da yang msh narik walau jam 10 or 11 malam.
Sebenarnya semua hanya tgl MODERNISASI saja. Seperti mesin tik yang di gantikan komputer, komputer di gantikan laptop, dan sebagainya.
Daripada sibuk utk menutup diri dan berada di jalur aman, kenapa tidak berusaha utk berinovasi dan berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman? Seperti kantor pos yang tak prnh protes kepada JNE dan sebagainya namun ttapi bisa membuat promo baru yang membuat mereka ttapi eksis di bidang ekspedisi?
Kenapa gak mencoba utk membuka diri utk masa depan yang lebih maju?
Mau jadi apa Salatiga? Apakah ini Salatiga yang katanya asri, damai, dan penuh toleransi? Saya berharap penutupan ini msh bisa dipertimbangkan lg. Karena saya mencintai kota Salatiga, dan saya ingin kota ini menjadi lbh maju drpd skrg ini.
Berikut tulisannya:
Salatiga Salatiga Mengapa?
Siang ni terkejut melihat penutupan spanduk GOJEK yang bahkan dijaga oleh Satpol PP. Sedih dan kecewa, kenapa begitu cepat pemerintah Kota Salatiga membuat keputusan hanya karena demo yang baru hari ni? Kenapa gak tanya sama konsumen? Kenapa hanya dari satu pihak penolak saja? kenapa gak dicari jalan keluar terbaik?
Saya ingin memberikan beberapa pengalaman sejak ada GOJEK :
1. Saya bertanya pada teman saya, tempat makan yang juga ada di Gojek, dan juga foodcourt, mengenai gimana nih setelah ada Gojek? Dan semua menjawab hal yang sama, senang, jadi laris, berkat Gojek, padahal tadinya mau tutup abis lebaran karena pasti jadi sepi, tapi berkat Gojek sekarang jadi rame. Bahkan ada yang sudah mempersiapkan dulu banyak ayam, saus dibungkusin dulu, karena mereka tahu pasti Gojek akan rame.
2. Saya merupakan penjual online yang kebetulan akan pindah rumah akhir tahun nanti. Tadinya saya sudah senang karena sekarang ada Gojek yang bisa jadi jalan keluar saya. Nanti customer yang nggak bisa datang ke rumah saya, bisa pake Gojek ke Beringin, ke kota, dan sebagainya. Saya menjadi sedikit lega karena saya pikir Gojek bisa sangat membantu saya. Bahkan tadinya saya berpikir seandainya saya kuliah lagi, tenang ada Gojek yang bisa antar jemput saya.
3. Saya ke gereja menjadi terbantu. Karena biasa jam 6 sore uda jarang angkot lewat dan harus bayar mahal untuk ke gereja karena tidak sesuai jalur. Pasangan saya ke terminal menjadi tidak telat. Karena ada Gojek yang bisa mengantar kemana pun. Orang tua karyawan saya pun bisa diantar kemana saja dan karyawan saya bisa bekerja dengan tenang.
4. Bertambahnya banyak lowongan kerja, untuk driver, untuk CS, dan sebagainya. Dan ini penting. Sangat penting karena agak susah utk mencari kerja di Salatiga.
Kenapa gojek harus dilarang? Bukannya Salatiga itu kota TOLERANSI no 2 se INDONESIA? Seperti inikah hasilnya?
Hrs nya angkot, ojek, dan taksi bercermin dan berbenah diri dgn hadirnya Gojek di Salatiga. Bukankah becak dan Dokar juga tersingkir karena mereka? dan mrk ttapi berusaha dan tidak protes dan menutup. Mau jadi apa Salatiga? Pasar semakin macet karena depan pasar juga dibuka, lowongan kerja juga sedikit (bahkan saya buka lowongan kerja aj, banyak s1 yang mendaftar bahkan da yang memohon karena begitu sedikit na lowongan kerja di salatiga, bahkan pegawai saya 3 org S1 semua lho).
Bukankah angkot tu tidak pasti ada dimana aja? dan tidak mengantar di tujuan pula. Apakah sampai ke perumahan tingkir? apakah sampai ke canden? tidak kan? Kadang saya bayar pun ke gereja skrg mau nya 15rb. itu juga pake NGETEM segala walau sudah dibayar MAHAL.
Utk ojek, kami hrs ke tmpt ojek pangkalan juga. dan kdg mereka juga gak membawa HELM utk customer. Bandingkan dgn driver GOJEK yang mengutamkan SAFETY untuk customernya.
GOJEK sendiri juga hrs berkorban kok, dgn hrg murah, di tambah pulsa mereka keluarkan utk telepon, kdg lg wkt untuk nongkrong menunggu Go Food, dan kdg nek gak dapat TIP dr customer, sementara mrk ttapi hrs setor ke perusahaan. dan kdg da yang msh narik walau jam 10 or 11 malam.
Sebenarnya semua hanya tgl MODERNISASI saja. Seperti mesin tik yang di gantikan komputer, komputer di gantikan laptop, dan sebagainya.
Daripada sibuk utk menutup diri dan berada di jalur aman, kenapa tidak berusaha utk berinovasi dan berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman? Seperti kantor pos yang tak prnh protes kepada JNE dan sebagainya namun ttapi bisa membuat promo baru yang membuat mereka ttapi eksis di bidang ekspedisi?
Kenapa gak mencoba utk membuka diri utk masa depan yang lebih maju?
Mau jadi apa Salatiga? Apakah ini Salatiga yang katanya asri, damai, dan penuh toleransi? Saya berharap penutupan ini msh bisa dipertimbangkan lg. Karena saya mencintai kota Salatiga, dan saya ingin kota ini menjadi lbh maju drpd skrg ini.
Tambahkan Komentar