Dr Hj Siti Sholihati bersama Umar Lathif |
Berkat penelitian yang dilakukan, sarjana sosial dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo, Muhamad Umar Lathif, berhasil menulis buku bertajuk “Metode Dakwah Khalifah Abu Bakar Assiddiq” yang diterbitkan Formaci. “Alhamdulillah telah terbit buku pertama saya berjudul Metode Dakwah Khalifah Abu Bakar Assiddiq sebelum wisuda,” beber Umar, Selasa (25/7/2017).
Menurut dia, yang paling populer di antara buku tentang Abu Bakar Assiddid adalah buku “Abu Bakar As-Siddiq (Sebuah Biografi dan Studi Analisa Tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi)” karya Muhammad Husain Haekal.
Namun, sebelum wisuda, Umar bertekad menulis buku yang masih langka tersebut. Secara resmi, ia akan wisuda pada 27 Juli 2017 besuk. Umar, merupakan sarjana yang lahir di Desa Gaji, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Jawa Tengah pada 15 April 1993. Anak kedua dari pasangan Ali Mustain dan Siti Amenah tersebut memulai Pendidikan formalnya dari SDN Gaji I (2004) dilanjut MTs N Mranggen (2007) dan MA Miftahul Ulum Ngemplak Maranggen (2010).
Sejalan dengan pendidikan formal yang ia jalankan, ia juga masuk dalam pendidikan non formal. Sejak tahun 2004, Ia memutuskan untuk nyantri di Pondok Pesantren Darus Sholihin Demak di bawah asuhan romo kiai M. Syafi’i. Pada tahun 2010 ia memantapkan diri untuk masuk IAIN Walisongo Semarang yang sekarang menjadi UIN Walisongo Semarang pada Fakultas Dakwah prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) lulus pada tahun 2017.
Pria yang akrab di panggil kang Umar ini sejak kecil sudah menyukai seni musik Islami, maka tak heran sejak dari mulai bangku TPQ dia sudah aktif dan ikut serta dalam berbagai grup rebana yang ada di TPQ maupun di desanya. Bakat seninya itu tak luntur dan malah berkembang setelah ia di pondok pesantren dan berlanjut sampai pada ekstrakurikuler yang ada di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum.
Maka tidak heran jika ia dipercaya sebagai ketua bidan rebana pada waktu di Madrasah Aliyah dan mendapatkan juara II lomba rebana tingkat jawa tengah yang diadakan oleh IKIP PGRI Semarang (UPGRIS).
Sebagai sarjana Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang, ia sadar bahwa tantangan dakwah yang dihadapi oleh da’i semakin hari semakin bertambah komplek, maka dengan diterbitkanya karya pertama ini semoga bisa menjadi solusi yang solutif bagi para da’i untuk menjalankan misi dakwahnya.
Sejalan dengan nama Umar yang diberikan oleh orang tuanya, ia mempunyai mimpi untuk terus mempelajari, berdiskusi dan meneliti tentang Khulafaurrasyiddin yang salah satu namanya adalah sahabat Umar ibn Khattab r.a. Kang Umar berharap dengan diterbitkan karya pertama yang berjudul Metode Dakwah Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq menjadi pintu untuk ia melanjutkan kepada khalifah-khalifah berikutnya.
Sementara itu, Dr. Hj. Siti Sholihati, MA Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakdakom UIN Walisongo Semarang menyambut baik buku tersebut. Menurut dia, Islam dan agama apapun tidak bisa berkembang pesat tanpa adanya dakwah.
Dalam Islam sendiri, lanjut dia, dakwah menjadi salah satu piranti untuk menyebarkan ajaran, faham, juga berbagai kaifiyah (cara) beragama dengan benar baik serta sesuai dengan tujuannya. Salah satunya adalah menebar perdamaian dan kerukunan sebagai representasi agama rahmatal lilalamin.
“Dalam dakwah, tentu tidak bisa linier dan tersampaikan baik tanpa adanya metode. Berbagai metode, bisa dikembangan oleh para kiai, ulama, dosen dan guru atau ustaz untuk menyebarkan agama Islam. Belakangan, banyak gerakan radikalisme tentu menjadi catatan sendiri bagi para pengemban dakwah. Artinya, harus ada formula yang memberi pencerahan bahwa agama itu cinta damai, ramah, santun, toleran, karena prinsipnya adalah memanusiakan manusia bahkan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan,” ujar doktor yang juga memberi prakata dalam buku tersebut.
Dalam buku ini, lanjut dia, ada beberapa nilai-nilai dakwah dan cara menarik yang pernah dilakukan Khalifah Abu Bakar Assiddiq sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad. Artinya, sumbangsih buku ini diharapkan bisa menata kembali cara berdakwah di era digital yang jelas sangat berbeda dengan zaman manual seperti dulu.
“Maka rumusnya, isi dakwah harus menarik, dan metodenya juga harus menarik pula. Keduanya bagaikan dua keping mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Akhirnya, semoga buku yang ditulis saudara Muhamad Umar Lathif ini memberikan manfaat bagi pelaku dakwah, akademisi, maupun masyarakat luas yang haus akan temuan baru di dunia dakwah, komunikasi dan juga penyebaran ajaran Islam,” papar dosen tersebut. (TB43).
Tambahkan Komentar