TABAYUNA.com - Usai diterbitkannya PERPPU No.2 Tahun 2017 tentang Ormas, PBNU atau NU secara umum memang kembali menjadi sasaran bully di media sosial (medsos). Yang paling hot adalah tuduhan tidak berdasar bahwa PBNU mendapat kucuran dana dari pemerintah sebesar 1,5 triliun sebagai konpensasi atas dukungan PERPPU hingga dibubarkannya ormas HTI secara resmi.
Bagi pengguna aktif medsos tentu tidak kaget dengan perilaku para bani "pentol korek-sumbu pendek" ini, apalagi pendukung mereka semakin banyak dengan lahirnya generasi baru seperti si "mamat, mimin dan momon" yang aktivitas bermedsosnya selalu dibumbui dengan penyebaran informasi hoax, jika berkomentar mudah tersulut amarah, hobi sekali melempar tuduhan keji, bahkan suka sekali memberikan cap syiah, pki bahkan mensesatkafirkan sesama.
Justru yang mengagetkan adalah statemennya Cak Nun yang beredar luas di medsos. Sekalipun menggunakan redaksi yang berbeda, tetapi secara substantif memiliki "arah" yang sama. Entah dasar dan sumbernya dari mana (mohon maaf) beliau malahan jadi "ikut-ikutan" cara mereka.
Entahlah, hanya Tuhan dan Cak Nun yang tahu maksudnya apa. Kecuali beliau berkenan langsung untuk mengklarifikasinya. Bukan bacaan atau analisa yang bersumber dari orang lain yang mengakselerasikan statemen tersebut dengan sikap dan pemikiran Cak Nun selama ini.
Supaya lebih afdol, betikut ini ada 2 tautan media online yang memberitakan kegiatan yang sama di dua tempat yang berbeda. Tanggal 23 Februari 2017 tiga Kementerian jalin MoU dengan NU di PBNU. (Baca: Sri Mulyani Teken MoU dengan PBNU, Salurkan Kredit Rp 1,5 T).
Sementara tanggal 24 Februari 2017 dengan Muhammadiyah saat Sidang Tanwir di Ambon. (Baca: KOPERASI DAN BMT BISA JADI PENYALUR, KREDIT UMI SASAR 40 JUTA UKM YANG TAK TERJANGKAU KUR).
Dengan demikian soal uang yang informasinya trilyunan itu clear dan terang benderang ya, baik kegunaan/peruntukannya untuk apa, dan siapa saja yang berhak untuk menerimanya. Makanya mulai dari sekarang jangan terlalu "memuja" kebencian agar pintu cinta dan kasih tetap terbuka sekalipun hanya sedikit saja.
Kalam akhir: kalau antum mau bully mbok ya jangan hanya NU (PBNU) saja, yang lain juga harus diperlakukan sama. Berani nggak?
Soucer: Shoib Nur
Bagi pengguna aktif medsos tentu tidak kaget dengan perilaku para bani "pentol korek-sumbu pendek" ini, apalagi pendukung mereka semakin banyak dengan lahirnya generasi baru seperti si "mamat, mimin dan momon" yang aktivitas bermedsosnya selalu dibumbui dengan penyebaran informasi hoax, jika berkomentar mudah tersulut amarah, hobi sekali melempar tuduhan keji, bahkan suka sekali memberikan cap syiah, pki bahkan mensesatkafirkan sesama.
Justru yang mengagetkan adalah statemennya Cak Nun yang beredar luas di medsos. Sekalipun menggunakan redaksi yang berbeda, tetapi secara substantif memiliki "arah" yang sama. Entah dasar dan sumbernya dari mana (mohon maaf) beliau malahan jadi "ikut-ikutan" cara mereka.
Entahlah, hanya Tuhan dan Cak Nun yang tahu maksudnya apa. Kecuali beliau berkenan langsung untuk mengklarifikasinya. Bukan bacaan atau analisa yang bersumber dari orang lain yang mengakselerasikan statemen tersebut dengan sikap dan pemikiran Cak Nun selama ini.
Supaya lebih afdol, betikut ini ada 2 tautan media online yang memberitakan kegiatan yang sama di dua tempat yang berbeda. Tanggal 23 Februari 2017 tiga Kementerian jalin MoU dengan NU di PBNU. (Baca: Sri Mulyani Teken MoU dengan PBNU, Salurkan Kredit Rp 1,5 T).
Sementara tanggal 24 Februari 2017 dengan Muhammadiyah saat Sidang Tanwir di Ambon. (Baca: KOPERASI DAN BMT BISA JADI PENYALUR, KREDIT UMI SASAR 40 JUTA UKM YANG TAK TERJANGKAU KUR).
Dengan demikian soal uang yang informasinya trilyunan itu clear dan terang benderang ya, baik kegunaan/peruntukannya untuk apa, dan siapa saja yang berhak untuk menerimanya. Makanya mulai dari sekarang jangan terlalu "memuja" kebencian agar pintu cinta dan kasih tetap terbuka sekalipun hanya sedikit saja.
Kalam akhir: kalau antum mau bully mbok ya jangan hanya NU (PBNU) saja, yang lain juga harus diperlakukan sama. Berani nggak?
Soucer: Shoib Nur
Tambahkan Komentar