Ponpes Futuhiyah Mranggen, Demak. |
Faiz bersama Mukromin Birry, sudah menemui beberapa ulama alumni
Futuhiyyah untuk mendapatkan karya-karya kitab tersebut. “Menurut
informasi, jumlahnya puluhan bahkan mungkin ratusan. Namun karena belum
diterbitkan secara massal, masih dibawa para santri senior, ini yang sedang
kami kumpulkan,” kata Faiz dalam siaran pers yang diterima Tabayuna.com, Kamis (27/7/2017).
Misalnya mereka menemui KH Shodiq Hamzah, pengasuh pondok pesantren
As-Shodiqiyyah, Sawah Besar, Kaligawe, Semarang dan keluarga KH Khumaidi Umar
Kendal (alm).
Karya-karya monumental dari Kiai Muslih bin Abdurrohman rencananya
akan dipamerkan dalam reuni akbar tersebut. Kiai Shodiq Hamzah yang akrab
disapa Kiai Shodiq Thowil itu, membenarkan tentang banyaknya kitab karya Mbah
Muslih. Dia menyebut antara lain Kitab Uqud al-Juman, Ilmu Tafsir, Syarah
Alfiyah Ibn Aqil, Nurul Burhan, Umdatus Salik, Hizib Shohihul Bukhori, Hizib
Shohihul Muslim lengkap dengan sanad-sanadnya, Hidayatul Wildan, Munajat dan
puluhan kitab-kitab Thoriqoh.
Menurut Kiai Shodiq, kitab-kitab yang telah dimaknai oleh Mbah
Muslih banyak yang dibawa murid-muridnya. “KH
Muslih memberikan kitab-kitab yang sudah dimaknai beliau kepada santri yang
mengaji di kampung-kampung,” kata Kiai Shodiq yang cukup lama menjadi juru
tulis Kiai Muslih. Kiai Shodiq sebagai alumni Futuhiyyah sudah menerbitkan 33
kitab lebih. Yang paling populer adalah Alqoidah Samiyah tentang Nahwu.
“Kalau sudah 33 kitab berarti profesor ya,” katanya sambil tertawa
ngakak.
Di kediaman Alm KH Khumaidi Umar Kendal tim juga mendapatkan
beberapa kitab karya Kiai Muslih. Sama dengan Kiai Shodiq, almarhum KH Khumaidi
Umar adalah salah satu juru tulis (katib) KH Muslih saat mondok. KH Khumaidi
Umar mempunyai beberapa koleksi klasik kitab yang beliau tulis dari Mbah Muslih
antara lain Kitab Yawaqit al-Asaniy Manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan
sekarang sudah tercetak. Juga kitab tasawuf Wasail al-Wushul yang sudah ditulis
ulang.
Saat mondok, KH Khumaidi memang sudah terkenal dengan tulisan
tanganya yang bagus dan rapi. Tidak heran bila Mbah Muslih meminta Kiai
Khumaidi Umar untuk menjadi katibnya.
Muhammad Musta’in memberikan beberapa kitab karangan KH Khumaidi
untuk meramaikan pameran buku-buku alumni Futuhiyyah, di antaranya kitab yang
berisi seribu bait-bait akidah ahli sunnah wal jama’ah, berjudul Aqidah
Munirah. Maraqi al-Ikhlash yang membahas ilmu fikih, dan kitab-kitab lain yang
membahas ilmu gramatikal bahasa Arab, Tauhid dan Tasawuf.
Sebagaimana diketahui nama KH Muslih Abdurrahman Al-Maroqibagi kaum
thariqah di Indonesia, khususnya pengikut Thariqah Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyyah (TQN) sudah sangat masyhur. Bahkan ulama-ulama di Timur Tengah
dan China juga mengenal Mbah Muslih. “Buktinya
belum lama ini ada ulama-ulama dari Tiongkok yang mencari makam Mbah Muslih,”
kata Kiai Hanif Muslih.
Kiai Muslih selain sebagai mursyid Thariqah Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyyah, dia juga sekaligus aktif dalam mengembangkan dan membesarkan
Jam’iyah Ahlit Thariqah Al-Muktabarah An-Nahdliyah (Jatman) hingga akhir hayat
pada tahun 1981. Oleh para murid Thoriqoh, Mbah Muslih dijuluki sebagai Abul
Masyayekh dan Syeikhul Mursyidin. Dia wafat saat menunaikan ibadah haji dan
dimakamkan di Ma’la Makkah. (TB4).
Tambahkan Komentar