Ilustrasi: (Foto: birulangitumrohtourtravel.blogspot.co.id). |
Suatu saat di sebuah taxi di Surabaya dalam perjalanan menuju Sidoarjo dari Hotel Ciputra tempat saya bermalam, Pak Sopir yang berumur sekitar 60-an tahun, mengajakku ngobrol dengan ramah dengan bahasa Jawa "setengah halus", bukan "Jawa ngoko" ala Jawa Timuran atau Suroboyonan seperti "jancok, dancok, cok, janjuk, cuk, ancok, ancuk" he he.
Sopir: Panjenengan aslinipun saking pundi, Mas (Anda asalnya dari mana mas?)
Saya: Saking Mbatang (Batang) Pak, tapi KTP kulo Semarang (Dari Batang Pak tapi KTP saya Semarang).
Sopir: Panjenengan nyipeng wonten Ciputra? (Anda bermalam di [Hotel] Ciputra?)
Saya: Njih, Pak. Wonten menopo (Ya Pak. Ada apa?)
Sopir: Mboten nopo-nopo mas. Ngastone wonten pundi? (Nggak apa-apa, Mas. Kerjanya dimana?)
Saya: Wonten Saudi, Pak (Di Saudi Pak).
Sopir: Oh, kerjo wonten Biro Umroh mas? (Oh, kerja di Biro Umroh, Mas?)
Saya: he he
Alhamdulilah sepertinya tampangku tidak "kapir-kapir" amat seperti yang dituduhkan Mamat-Mimin. Buktinya masih ada yang menganggapku sebagai karyawan biro umroh he he.
Baca yuk: Cadar Yahudi Menurut Sumanto Al Qurtuby
Tambahkan Komentar