TABAYUNA.com - Menurut Sumanto Al Qurtuby Guru Besar di King Fahd University for Petroleum and Gas, Arab Saudi, sikap kiai Nahdlatul Ulama (NU) terhadap spirit Hubbul Wathan atau cinta tanah air sudah jelas. Hal itu tentu berbeda dengan yang lainnya, terutama kalangan Wahabi. Hal itu pula yang membedakan antara "Wahabi KW" dan "Mualaf Wahabi" di Indonesia.
Dari penjelaskan umum, wahabi lebih tepatnya wahhabisme atau dikenal salafi merupakan sebuah aliran reformasi keagamaan dalam Islam. Wahabi berkembang oleh dakwah seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd, Arab Saudi, yang bertujuan untuk membersihkan dan mereformasi ajaran Islam kembali kepada ajaran yang sesungguhnya, berdasarkan kepada Qur'an dan Hadis, dari "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik bidah, syirik dan khurafat.
Baca Juga: Islam Di Indonesia Bisa Besar Jika NU, Muhammadiyah Dan FPI Bersatu
Namun, Sumanto memberi pandangan berbeda antara wahabi di Indonesia dengan yang lain. "Sikap para kiai NU yang menggelar Majelis Dzikir "Hubbul Wathon" (Cinta Tanah Air) sebagai ekspresi dukungan terhadap Pemerintah Republik Indonesia itu sama dengan sikap para syaikh Wahhabi di Saudi yang setia kepada kerajaan," jelas Sumanto seperti ditulis di akun resmi Facebooknya, Rabu (2/8/2017).
Kaum Wahabi, kata Sumanto, itu sangat patriotik, nasionalis, dan loyal terhadap pemimpin negara karena itu bagian dari "doktrin" mereka.
Maka, kata dia, kalau ada umat Islam Indonesia yang mengaku "Wahabi" tetapi hobinya nyinyir dengan Presiden Jokowi dan gemar menjelek-jelekkan negara Indonesia, maka perlu diragukan kewahabiannya atau mungkin mereka ini adalah golongan "Wahabi KW" atau "mualaf Wahabi". (TB8).
Dari penjelaskan umum, wahabi lebih tepatnya wahhabisme atau dikenal salafi merupakan sebuah aliran reformasi keagamaan dalam Islam. Wahabi berkembang oleh dakwah seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd, Arab Saudi, yang bertujuan untuk membersihkan dan mereformasi ajaran Islam kembali kepada ajaran yang sesungguhnya, berdasarkan kepada Qur'an dan Hadis, dari "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik bidah, syirik dan khurafat.
Baca Juga: Islam Di Indonesia Bisa Besar Jika NU, Muhammadiyah Dan FPI Bersatu
Kaum Wahabi, kata Sumanto, itu sangat patriotik, nasionalis, dan loyal terhadap pemimpin negara karena itu bagian dari "doktrin" mereka.
Maka, kata dia, kalau ada umat Islam Indonesia yang mengaku "Wahabi" tetapi hobinya nyinyir dengan Presiden Jokowi dan gemar menjelek-jelekkan negara Indonesia, maka perlu diragukan kewahabiannya atau mungkin mereka ini adalah golongan "Wahabi KW" atau "mualaf Wahabi". (TB8).
Tambahkan Komentar