![]() |
Ilustrasi |
Pengajar di Program Pascasarjana UNNES yang mengampu sejumlah mata kuliah menjelaskan, banyak hal dikaji dalam buku terbitan Pilar Nusantara tersebut.
Buku itu, menurut dia, menjawai rumusan yang bisa menjadikan pembelajaran yang bermutu dengan basis digital untuk menyenangkan peserta didik. “Buku ini memberikan spirit dalam merespon kemajuan zaman yang begitu cepat. Era kini tidak hanya generasi digital, namun kehidupan di benua maya membuat orang berpola pikir, berperilaku dengan basis digital, milenial dan semua berbasis internet. Maka semua guru SD di Indonesia harus berkonversi menuju digital,” beber doktor jebolan Central China Normal University (CCNU) tersebut.
Ketua Himpunan Dosen PGSD Wilayah Jawa ini juga menilai, bahwa pembelajaran di SD saat ini memang membutuhkan sosok “guru digital” sebagai figur guru yang mampu memprediksi masa depan peserta didik. Figur ini tidak sekadar figur yang heroik, melainkan guru yang benar-benar paham dunia TIK, literasi digital yang mengajak anak berkonversi di dunia digital dalam pembelajaran.
“Meski dalam pembelajaran berbasis TIK juga memiliki kelemahan dan kelebihan, akan tetapi hal itu justru membuat semakin rajin mencari, mengolah, dan mengalisis masalah itu untuk menemukan solusinya. Sebab, hanya guru digital yang bisa melanjutkan estafet pendidikan sebagai wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini,” beber Ketua Gugus Pengelola Jurnal LP2M Unnes tersebut.
Ia berharap, hadirnya buku tersebut menjadi sumbangsih bagi perkembangan dunia digital dalam dunia pendidikan dasar. Sebab, menurut Farid, hanya guru digital yang bisa menyesuaikan perkembangan dan menentukan masa depan pendidikan dasar di Indonesia. (TB44).
Tambahkan Komentar