Temanggung, TABAYUNA.com - Sebanyak empat mahasiswa asal Thailand yang mewakili Majelis Muslim Thailand melakukan kunjungan ke kampus STAINU Temanggung dalam rangka studi banding pengembangan pendidikan tinggi.
Baca juga: Target 2018, STAINU Akan Berkonversi Jadi INISNU Temanggung
Mereka disambut M. Abdul Munjid Pembantu Ketua STAINU Temanggung dan Muh. Syafi' Ketua LP3M STAINU Temanggung dan sejumlah dosen, Selasa (28/11/2017). Kemudian, usai berkeliling kampus, mereka juga berdiskusi panjang bersama Ketua STAINU Temanggung Drs H Muh Baehaqi MM dan jajarannya untuk membicarakan kejelasan kerjasama itu.
Sebagai negara yang berada di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat, banyak pemuda Thailand belajar Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Hal itu tentu mendorong perguruan tinggi di Indonesia harus menyesuaikan perkembangan zaman.
Atas dasar itu, Muh. Syafi' Ketua LP3M STAINU Temanggung menegaskan bahwa potensi kerjasama untuk pengembangan pendidikan tinggi sangat besar.
"Kita melihat bahwa potensi ini menjadi celah untuk memajukan STAINU Temanggung. Saat ini kami masih menjajaki, kira-kira wilayah mana yang nanti bisa disinergikan dengan mereka," ujar dia.
Keempat mahasiswa itu adalah Padiran, Ahsan, Akrom, Amron yang berasal dari Pattani. Secara geografis, Pattani merupakan salah satu provinsi di selatan Thailand.
Provinsi-provinsi yang bertetangga adalah Narathiwat, Yala dan Songkhla. Masyarakat Melayu setempat menyebut provinsi mereka, Patani Darussalam atau Patani Raya.
Ke depan, menurut Syafi', akan diadakan kerjasama dengan wujud MoU akademik. "Bentuknya nanti berupa MoU kerjasama peningkatan mahasiswa muslim Thailand untuk kuliah di STAINU Temanggung," ujar dia.
Dalam kunjungan itu, selain berdiskusi, mahasiswa perwakilan Majelis Muslim Thailand itu juga mengunjungi ruang perkuliahan, perpustakaan, laboratorium, KBIH Babussalam juga asrama mahasiswa STAINU Temanggung.
"Kami senang ke sini karena sejuk. Kalau Bahasa Jawa, masih sedikit. Tapi kalau Bahasa Indonesia, alhamdulillah lumayan bisa karena kami juga masih rumpuh Melayu. Ya rumpun Nusantara lah," ujar salah satu mahasiswa tersebut. (tb33/Ibda).
Baca juga: Target 2018, STAINU Akan Berkonversi Jadi INISNU Temanggung
Mereka disambut M. Abdul Munjid Pembantu Ketua STAINU Temanggung dan Muh. Syafi' Ketua LP3M STAINU Temanggung dan sejumlah dosen, Selasa (28/11/2017). Kemudian, usai berkeliling kampus, mereka juga berdiskusi panjang bersama Ketua STAINU Temanggung Drs H Muh Baehaqi MM dan jajarannya untuk membicarakan kejelasan kerjasama itu.
Sebagai negara yang berada di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat, banyak pemuda Thailand belajar Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Hal itu tentu mendorong perguruan tinggi di Indonesia harus menyesuaikan perkembangan zaman.
Atas dasar itu, Muh. Syafi' Ketua LP3M STAINU Temanggung menegaskan bahwa potensi kerjasama untuk pengembangan pendidikan tinggi sangat besar.
"Kita melihat bahwa potensi ini menjadi celah untuk memajukan STAINU Temanggung. Saat ini kami masih menjajaki, kira-kira wilayah mana yang nanti bisa disinergikan dengan mereka," ujar dia.
Keempat mahasiswa itu adalah Padiran, Ahsan, Akrom, Amron yang berasal dari Pattani. Secara geografis, Pattani merupakan salah satu provinsi di selatan Thailand.
Provinsi-provinsi yang bertetangga adalah Narathiwat, Yala dan Songkhla. Masyarakat Melayu setempat menyebut provinsi mereka, Patani Darussalam atau Patani Raya.
Ke depan, menurut Syafi', akan diadakan kerjasama dengan wujud MoU akademik. "Bentuknya nanti berupa MoU kerjasama peningkatan mahasiswa muslim Thailand untuk kuliah di STAINU Temanggung," ujar dia.
Dalam kunjungan itu, selain berdiskusi, mahasiswa perwakilan Majelis Muslim Thailand itu juga mengunjungi ruang perkuliahan, perpustakaan, laboratorium, KBIH Babussalam juga asrama mahasiswa STAINU Temanggung.
"Kami senang ke sini karena sejuk. Kalau Bahasa Jawa, masih sedikit. Tapi kalau Bahasa Indonesia, alhamdulillah lumayan bisa karena kami juga masih rumpuh Melayu. Ya rumpun Nusantara lah," ujar salah satu mahasiswa tersebut. (tb33/Ibda).
Tambahkan Komentar