Kiai Budi Harjono saat di pesantren Al-Ishah Meteseh, Tembalang," beber dia, Jumat ((3/11/2017). |
Kiai Budi ini mulai membaca Gus Dur melalui tulisan-tulisan yang bertebaran di media masa. Pergumulan membawa kiai Budi hingga akhirnya bertemu langsung dengan beliau secara langsung awal tahun 90an.
Berikut ini merupakan percakapan yang ditulis oleh pewarta NU Online ketika di pesantren beliau dijadikan tempat Halaqah Kebangsaan dengan kegiatan Ngaji Wirausaha dengan tema "Kemandirian Ekonomi Umat dalam Perspektif Ulama" di pesantren Al-Ishah Meteseh, Tembalang," beber dia, Jumat ((3/11/2017).
Dalam perjalannya Gus Dur ini, memiliki perjalanan intelektual yang cukup unik. Dalam pengamatan Kiai Budi, Gus Dur memiliki intelektual yang original dan komprehensif pada awal-awal paska kepulangan dari luar negeri dengan melihat karya tulisannya. Kemudian pada awal tahun 90an pemikiran Gus Dur mulai terlihat ngepop.
"Gus Dur adalah cinta," ungkap Kiai Budi.
Dalam pemahaman Kiai Budi cinta bagi Gus Dur tetesannya sangat besar. Sehingga banyak sekali hal-hal kadang menurut kita tak benar akan tetapi bagi Gus Dur terus saja dikerjakan, bahkan sebaliknya. Dunia paradoks yang terbangun ini dalam analisa Kiai Budi terdapat cinta yang amat dalam terhadap kemanusiaan.
Selain itu, Gus Dur membangun ukhwah insaniyyah selain menguatkan ukhwah islamiyyah dan ukhwah wathaniyyah. Dengan ukhwah insaniyyah inilah Gus Dur mampu dikenal dan dikenang di Indonesia hingga dunia. Nilai-nilai kemanusiaan inilah yang mampu membangun toleransi.
Pernah suatu ketika Kiai Budi ziarah di makam Gus Dur. Beliau bercerita bertemu dengan etnis Tionghoa dari Yogyakarta. Orang ini sempat menitikkan air mata ketika di makam Gus Dur. Dalam percakapannya dia menyatakan bahwa tak sempat bertemu langsung dengan Gus Dur. Dia ingin mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa yang telah dipelopori oleh Gus Dur dalam membina kerukunan dan membangun bangsa ini.
Gus Dur memiliki keragaman dalam berfikir ini akan masuk pada Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu Gus Dur ini merupakan rahmat bagi Indonesia yang bisa kita rasakan hingga sekarang ini. Dalam obrolan singkat ini Kiai Budi berpesan agar selalu cinta tanah air.
"Semoga Semarang ini lahir anak-anak yang memiliki semangat kebangsaan," tutup Kiai Budi. (Red-TB33/Zulfa).
Tambahkan Komentar