Ciputat: Mahasiswa penghafal alQuran di Jakarta yang tergabung dalam organisasi JHQ(Jamaah Hafazah alQuran) pada Sabtu 15/12 gelar murajaah menulis yang pertama kali, berlokasi di Perumahan Depkes, Ciputat, Tangsel.
Sebagaimana tugas para penghafal al-Quran, aktifitas murajaah atau mengulang hafalan dilakukan setiap hembusan nafas. Untuk itu, dengan diadakannya peluncurangerakan Murajaah menulis ini diharapkan para mahasiswa penghafal al-Quran bisa memiliki peran ganda. Yaitu selain lanyah hafalan al-Quran-nya juga lanyah menulisnya.
Selain dari dorongan tersebut, sebenarnya masih banyak dorongan lain yang menjadi faktor pendukung untuk saatnya cerdas di bidang jurnalistik. Sebab mengingat dunia media yang sudang sangat terbuka menyebabkan informasi yang sangat beragam datang dengan mudah. Dan jika tidak bijak, akan menjadi sasaran media yang menyebar hoax.
Sebagaimana tugas para penghafal al-Quran, aktifitas murajaah atau mengulang hafalan dilakukan setiap hembusan nafas. Untuk itu, dengan diadakannya peluncurangerakan Murajaah menulis ini diharapkan para mahasiswa penghafal al-Quran bisa memiliki peran ganda. Yaitu selain lanyah hafalan al-Quran-nya juga lanyah menulisnya.
Selain dari dorongan tersebut, sebenarnya masih banyak dorongan lain yang menjadi faktor pendukung untuk saatnya cerdas di bidang jurnalistik. Sebab mengingat dunia media yang sudang sangat terbuka menyebabkan informasi yang sangat beragam datang dengan mudah. Dan jika tidak bijak, akan menjadi sasaran media yang menyebar hoax.
Khoirul Anwar Afa sebagai inisiator sekaligus narasumber pada acara tersebut menegaskan jika eksistensi para penghafal al-Quran sudah saatnya memberikan kontribusi kepada masyarakat di bidang literasi. Dan gerakan demikian tujuan utama agar para peserta khususnya melek terhadap peran literasi yang hingga saat ini, para penghafalalQuran masih minim ikut andil di dalamnya.
“Khususnya Mahasiswa PTIQ dan IIQ Jakarta yang latar belakangnya sebagai mahasiswa penghafal al-Quran harus memberikan banyak warna di bidang keilmuan. Maka tidak hanya dalam bidang sebagai qari’ yang handal, akan tetapi perlu juga menjadi penulis yang produktif,” papar dia.
Dengan meluncurkan program murajaah jurnalistik ini, para peserta nantinya bisa menghasilkan peran ganda. Sebab, jika satu hari para peserta bisa mengulang hafalan hingga 20 halaman, maka minimal dalam menulis pun bisa 2 halaman. Meskipun terlihat sedikit, tetapi jika sudah istikamah dan dilakukan setiap hari, maka akan menjadi terbiasa dan mendapatkan hasil yang baik.
“Khususnya Mahasiswa PTIQ dan IIQ Jakarta yang latar belakangnya sebagai mahasiswa penghafal al-Quran harus memberikan banyak warna di bidang keilmuan. Maka tidak hanya dalam bidang sebagai qari’ yang handal, akan tetapi perlu juga menjadi penulis yang produktif,” papar dia.
Dengan meluncurkan program murajaah jurnalistik ini, para peserta nantinya bisa menghasilkan peran ganda. Sebab, jika satu hari para peserta bisa mengulang hafalan hingga 20 halaman, maka minimal dalam menulis pun bisa 2 halaman. Meskipun terlihat sedikit, tetapi jika sudah istikamah dan dilakukan setiap hari, maka akan menjadi terbiasa dan mendapatkan hasil yang baik.
“Saya optimis jika murajaah jurnalistik disamakan dengan murajaah al-Quran, besar kemungkinan akan lahir para penghafal alQuran yang kaya karya. Bukan mandul karena dibebani dengan aktivitas menghafal al-Quran,” tegas Anwar.
Sementara itu, Anas Munaji sebagai ketua devisioner Jurnalistik bersedia untuk menjadi promotor para peserta dalam menjaga konsisten murajaah ini. Dan langkah selanjutnya, menurut Anas perlu diadakan pendampingan kepada para peserta agar tidak mengalami kejenuhan yang mengakibatkan mandek berkarya,begitu juga solusi yang ia tawarkan, nantinya kepada para peserta yang sudah memiliki karya yang layak diusahakan menjadi buku cetak.
“Program pembinaan murajaah tidak hanya untuk satu kali ini saja, akan tetapi untuk langkah kedepannya tetap kita adakan lagi setiap akhir bulan. Untuk itu, kami meminta kepada para peserta menyiapkan diri menjaga konsistensi murajaah menulis dan tidak meninggalkan murajaah hafalan al-Qurannya, sebab tetap menjadi kebutuhan primer,” ujar Anas.
Tambahkan Komentar