Jepara, TABAYUNA.com - Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu)
Kabupaten Jepara menggelar Seminar dan Bedah Buku “Madrasah Menatap Masa
Depan, Mencari Format Sekolah Unggul” yang dilaksanakan di Aula Kampus
Universitas Diponegoro (Undip) desa Teluk Awur kecamatan Tahunan kabupaten
Jepara, Selasa (30/1/2018) kemarin.
Kegiatan yang diikuti oleh ratusan guru se-kabupaten
Jepara itu menghadirkan dua narasumber Prof. Dr. H. Fatah Syukur, guru besar
ilmu manajemen pendidikan UIN Walisongo Semarang dan Drs. M. Asyhari, S.H. M.SI (penulis buku).
Hadir dalam
kesempatan itu Fatkhul Huda, Ketua LP Maarif Kabupaten Jepara serta KH Hayatun
Abdullah Hadziq, Ketua PCNU Jepara yang juga membuka acara tersebut.
Prof. Fatah Syukur
yang diberi kesempatan perdana untuk berbicara menyampaikan madrasah adalah
lembaga pendidikan Islam yang selalu menarik untuk diperbincangkan.
Madrasah kata dia
lahir sekitar abad ke-18 dilahirkan dari ruh pesantren. Masih kata Fatah
madrasah boleh mengambil terobosan yang lebih, tidak hanya sesuai dengan
regulasi sekolah tetapi yang penting digarisbawahi tidak boleh meninggalkan
ruhnya (pesantren, red.)
Lembaga pendidikan
Islam itu memiliki keunggulan daripada lembaga yang lain yaitu bisa
mengintegrasikan nilai-nilai pesantren dan manajemen modern.
Dalam kesempatan itu
Profesor kelahiran Kudus, 12 Desember 1968 itu melansir data yang keluarkan
Kemenag Jawa Tengah. Pada tahun 2014 – 2015 Jawa Tengah sebutnya memiliki
10.740 madrasah.
“10.441 madrasah atau
95.21 % adalah swasta. Sisanya sejumlah 229 atau 4.79 % adalah madrasah
negeri,” jelasnya.
Setiap tahun
lanjutnya ada sekitar 100 pemohon yang mengajukan izin operasional madrasah
baru. Meski demikian dari tahun ke tahun perkembangan madrasah semakin tambah
jumlahnya perlu juga dipikirkan kualitasnya.
Suami dari Uswatun
Marhamah membeberkan hasil akreditasi madrasah di tahun itu juga. Untuk madrasah
yang terakreditasi A ada 1796 madrasah atau 16.72 %, madrasah akreditasi B
sebanyak 5581 atau 51.96 %. Sedangkan akreditasi C sejumlah 1.327 setara dengan
12.36 % dan yang belum terakreditasi di angka 2036 atau 18.96 %.
Dari data yang
dipaparkannya guru besar bidang ilmu manajemen pendidikan itu berharap madrasah
tidak hanya investasi di bidang fisiknya saja tetapi juga penting untuk
investasi di bidang sumber daya manusia (SDM).
Sementara itu,
penulis buku, M. Asyhari mengungkapkan buku kedua yang telah ditulisnya itu
prosesnya 60 % digarap saat dirinya menginap di Rumah Sakit (RS).
Sesuai judul buku
yang ditulisnya, bahwa ciri-ciri madrasah yang unggul ungkap Pengawas MTs di
Jepara itu ada dua syaratnya. Pertama, murid harus fasih membaca al-quran.
Kedua, madrasah tegas
Asyhari harus menjamin moralitas anak. “Dangdut adalah “musuh” madrasah. Maka,
kami sangat menunggu stake holder terkait untuk segera melarang hiburan
yang kerap untuk konsumsi miras dan narkoba,” harapnya.
Pengurus Yayasan
Pendidikan Darul Hikmah desa Menganti kecamatan Kedung kabupaten Jepara
menambahkan Islam di Indonesia dijaga oleh 3 pilar; masjid, madrasah dan
pesantren.
Salah satu dari 3
pilar itu yang memiliki tugas berat ialah madrasah. “Mari kita pelihara
“makhluk-makhluk” madrasah dengan sebaik-baiknya,” tandas Asyhari. (tb34/sm).
Tambahkan Komentar