Kondisi jembatan Progo, Temanggung pada Kamis (22/2/2018). |
Baca: Jembatan Angker Sungai Progo Temanggung Roboh
Robohnya jembatan itu, seperti diberitakan di Tabayuna.com ini, menjadi hal menarik untuk mengingat sejarah Temanggung di masa lalu. Seperti diketahui, penjajahan di Indonesia yang dilakukan Belanda selama kurang lebih 350 tahun menyisakan sisa-sisa bersejarah. Di Temanggung sendiri, salah satu yang tersisa adalah jembatan sungai Progo Kranggan tersebut yang sudah roboh.
Dari berbagai cerita, jembatan Progo tersebut, adalah salah satu tempat pembantaian massal saat itu. Pembantaian itu tidak hanya dilakukan penjajah kepada masyarakat sipil, namun juga masyarakat non-sipil di Temanggung oleh kolonial Belanda.
Seperti dilansir dari krjogja.com, pembantaian massal tersebut terjadi ketika Agresi Militer II pada tahun 1949. Disebutkan, kurang lebih 1200an orang dibunuh secara massal di jembatan Progo tersebut.
Sebelum dibunuh massal, mereka diikat tangan dan ditutup matanya oleh tentara Belanda, lalu para tentara Belanda dengan keji menembak dan bahkan ada yang dipenggal kepalanya. Mayat-mayat merekapun diarahkan langsung ke sungai Progo sehingga langsung terjatuh ke sungai saat pembantaian.
Bahkan sungai Progo ini kala itu sempat berubah warna menjadi merah dikarenakan banyaknya darah dari para korban pembantaian kejam tersebut.
Untuk mengenang kejadian tragis tersebutlah, maka Pemerintah Kabupaten Temanggung membangun “Monumen Bambu Runcing” atau biasa disebut “Monumen Bambang Sugeng” sebagai saksi bisu sejarah kelam dan kejinya Belanda di Temanggung.
Monumen tersebut terletak di sebelah komplek makam pahlawan Mayjend TNI Bambang Sugeng. Mayjend TNI Bambang Sugeng sendiri adalah pahlawan yang berusaha melawan Belanda. Dia juga merupakan orang yang mengibarkan Bendera Merah Putih di Alun-alun Temanggung saat kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
Saat ini, komplek Kali Progo telah dibangun Taman Kali Progo. Di dalam taman ini terdapat gardu pandang dan permainan anak. Ada pula gazebo untuk anda yang ingin bersantai sambil menikmati pemandangan Kali Progo. Tempat yang dulunya dikenal sebagai tempat yang angker, kini telah berubah menjadi tempat yang banyak dikunjungi oleh masyarakat.
Akan tetapi, jembatan tempat pembantaian itu tetap dibiarkan sehingga jalanannya sudah banyak yang berlubang dan rapuh, kemudian dibangun jembatan baru di sebelahnya yang Rabu (21/2/2018) malam sudah roboh.
Di bagian atas Kali Progo juga terdapat rel kereta peninggalan Belanda yang sudah tidak digunakan lagi. Rel ini dijadikan sebagai tempat untuk berfoto oleh para pengunjung Taman Kali Progo ini.
Kondisi jembatan, Kamis (22/2/2018). |
Bongkar Misteri Jembatan Progo
Robohnya jembatan bersejarah ini tentu hanya menjadi kenangan sejarah. Sebagian warga, juga sering mengaku ditemui hal-hal aneh saat mencari rumpuh, memancing, atau berfoto di lokasi. Sebab, warga setempat meyakini banyak hal-hal gaib dan mistis di jembatan tersebut.
Sebagian warga yang mengaku mengalami hal mistis itu kebanyakan mereka yang mencari rumput, atau saat mancing di lokasi. Ada yang mengaku melihat kepala-kepala berserakan, ada juga yang mengaku melihat sungai menjadi berwarna merah dan seterusnya. Pengakuan-pengakuan itu, meski tidak dipublikasikan, menjadi bukti bahwa jembatan ini memang angker.
Misteri itu sah-sah saja karena jika melihat sejarah di atas, jembatan tersebut adalah saksi bisu sejarah dan ribuan orang mati dibunuh tak manusia di sekitar jembatan tersebut. Bukti itu tidak hanya katanya dan katanya, namun beberapa kali, warga dan petugas keamanan juga menemukan mortir dan benda-benda aneh.
Dari beberapa buku, dijelaskan juga bahwa ribuan nyawa gugur sebagai suhadak dalam perang kemerdekaan. Sejarah telah mencatat beribu pahlawan tak dikenal, darahnya memerahkan Kali Progo Temanggung tersebut.
Bau anyir darah mengalir bersama derasnya arus yang menghanyutkan jasad-jasad pahlawan tak dikenal. Ketika Letjen Bambang Soegeng meninggal lantaran sakit, menjelang ajalnya, dia meninggalkan amanat agar jasadnya dikubur di tepi Kali Progo tidak jauh dari jembatan tempat pembantaian, untuk menemani rekan-rekan pejuang yang pernah dipimpinnya.
Sekadar tahu saja, Bambang Soegeng adalah tokoh TNI asal Temanggung yang memimpin pertempuran di berbagai kawasan tidak terkecuali Temanggung serta sebagai pelopor dan pemrakasa awal mula persahabatan Indonesia-Jepang. Berkait dengan catatan sejarah perang kemerdekaan dan semangat heroisme di Temanggung, nama Kali Progo tampaknya banyak memberikan inspirasi bagi semua kalangan untuk menguak misterinya.
Budi Marwoto (54) warga Dusun Kenalan Desa/Kecamatan Kranggan menuturkan, saat dirinya hendak mencari batu disungai tersebut, dirinya melihat benda lancit yang mirip dengan ujung mortir, 22 Agustus 2017. Benda itu kemudian diamankan polisi untuk ditindaklanjuti lebih jauh
Tinggal Kenangan
Jembatan sungai Progo Temanggung ini merupakan peninggalan zaman perang melawan penjajah, karena lokasi di jembatan sungai atau kali Progo Kranggan Temanggung tersebut di kala itu dijadikan kawasan peperangan. Hal itu, dikuatkan dengan penemuan proyektil meriam yang juga pernah ditemukan sekitar lokasi tersebut sekitar satu tahun lalu.
Namun, kini semua tinggal kenangan saja karena jembatannya sudah roboh dan bangkainya yang menjadi saksi bisu sejarah kelam di Kota Tembakau ini.
Di situlah mengapa warga Temanggung meyakini bahwa jembatan itu menjadi jembatan mistis sekaligus meninggalkan kenangan perih. Akan tetapi, kini saksi sejarah pembantaian mayat di Temanggung telah roboh. Semua tinggal kenangan dan hanya foto-foto visual yang akan berbicara. (htm44).
Tambahkan Komentar