Asmawi Hasan saat ditemui wartawan, Sabtu (10/3/2018). |
Baca: Jokowi Absen Buka Pembukaan, Muktamar Jatmi di AKN Marzuqi Sangat Sepi
Hal itu diungkapkannya saat konferensi pers di Posko Pengaduan Korban Sodomi/LGBT bersama Aliansi Masyarakat Anti Kekerasan dan Kejahatan Seksual Dukuhseti di Dukuhseti, Pati, Sabtu (10/3/2018).
"Kami menyinalir, ketidakhadiran Pak Presiden Jokowi ini tentu dengan pertimbangan panjang. Justru kalau beliau hadir, kami sebagai masyarakat yang cinta kebenaran tentu akan memiliki kesimpulan kalau Pak Jokowi mendukung LGBT. Ini saya rasa tepat, karena apa? Karena pertimbangan latar belakang seorang kiai yang pernah menjadi narapidana sodomi yang terbukti sah melakukan sodomi terhadap anak-anak santri yang belajar," kata Asmawi Hasan ditemani sejumlah aktivis yang lain.
Baca: Jokowi Absen di Muktamar JATMI, Topeng Napi LGBT Terbongkar Lagi
"Keberadaan Muktamar JATMI secara aspek hukum legal. Tapi kalau secara moral, ini sangat kurang tepat. Karena apa, seseorang yang mengakui kiai ini harus sosok atau figur yang paham Islam dan diteladani di tengah-tengah masyarakat," ujar dia saat diwawancarai.
Pihaknya menilai, adanya Muktamar JATMI di Selempung kurang pas. "Oleh karena itu, dengan latarbelakang seorang kiai yang pernah menjadi narapidana sodomi, melakukan aktivitas yang ditempati Muktamar JATMI, yang mana tarekat itu harus menegakkan ajaran Islam dan akhlakul karimah, tapi yang ditempati itu pernah menjadi narapidana maka kurang tepat," ujar dia.
Seperti diketahui, Muktamar JATMI ke-11 di Dukuhseti, Pati, secara resmi dibuka Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si Sekretaris Jenderal Kementerian Agama R.I, didampingi Drs. H. Farhani, SH., MM Kakanwil Kemenag Jateng dan Haryanto Bupati Pati. Sampai berita ini ditulis, kondisi Muktamar masih berjalan meskipun sepi dari tamu undangan karena hanya didominasi dari anggota JATMI saja. (tb44/hms).
Lihat juga video di bawah ini:
Tambahkan Komentar