Rocky Gerung. (dok-republika). |
TABAYUNA.com
- Pernyataan dosen Filsafat UI, Rocky Gerung yang begitu kontoversial dan
kontra dengan aliran beragama. Seperti silat lidah yang begitu kaku. Gelar
profesor yang didapatkan dari sidang jalan, masih dalam tahap perjalanan
menjadi provokator.
Rocky
Gerung menjelaskan bahwa kitap suci adalah fiksi. Kaum beragama sangat tidak
sependapat dengan hal tersebut. Termasuk mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) Ruhut Sitompul dalam kiacauannya di Twitter. Mantan anggota DPR ini
berujar bahwa “Gelar Profesor dianugerahkan oleh Forum Akademisi melalui Sidang
Senat Guru Besar di Universitas.
Rocky
Gerung yang bukan profesor tapu bangga menerima gelar profesor melalui sidang
jalanan, ya beginilah akibat menjadu profesor fiksi yang linglung. Merdeka”. Disambung
dengan mengatakan bahwa RG tidak diizinkan mengajar di UI karena tidak memenuhi
kualifikasi dosen. Sehingga dengan mengeluarkan tersebut yang tidak sesuai di
sebut storke lidah.
Bukan
hanya Ruhut semua kalangan menanggapai tersebut. Mereka beranggapan bahwa RG (Rocky
Gerung) adalah sesorang yang tidak
beragama dengan merendahkan kitab suci. Kitab suci merupakan pedoman bagi
seluruh agama yang sangat di sakralkan oleh pemeluknya.
Abu Janda atau
Arya Permadi ikut berkomentar karena tidak terima dengan pernyataan RG. "si @rockygerung prof-nya org2 dungu bilang di
ILC smua kitab suci (AlQuran,Injil,dll) adalah FIKSI. Para Penjahat Pembela
Agama tdk akan teriak penistaan krn tdk ada manfaat politik. tapi sudah kena
pasal kau.. tunggu kami di POLDA. hanya org dungu msh anggap anda prof stelah
ini," ujar Permadi Arya dalam
kicauannya.
Manusia yang sesat apabila
mengatakan bahwa kitab suci adalah fiksi. Berpedoman dengan akal suatu hal yang
sangat tidak rasioanal apabila RG beragama. Satu cacat perlu dihilangakan agar
tidak merambah kepada yang lain. Jangan sampai satu virus membuat semuanya
menjadi kacau.
Seorang pemdidika sangatlah
tidak etis memandang sesuatu secara rasioanal. Apalagi menyangkut agama yang
perlu dilihat dalam sudut pandang naturalisme bukan rasionalisme yang dalam
waktu sekejab terdapat bukti konkret. Akan sangat berpengaruh terhadap khalayak
dengan doktrin tidak sesuai dengan naturalisme setiap agama.
Perlukah
untuk menjadi sosok panutam dengan statemen tersebut? Sudut pandang negara yang
demokratis dan agamis. Sangat disayangkan untuk dipelihara menjadi akar
perpecahan di Indonesia yang berafiliasi NKRI harga mati. (Tb44/ Egi Widayat).
Tambahkan Komentar