TABAYUNA.com - Adanya fitnah keji dan murka yang dialamatkan pada Ketum PBNU, KH Said Aqil Siraj harus diluruskan. Dari data yang didapat Tabayuna.com sampai Senin (7/5/2018), ada beberapa akun medsos yang menyebar hoax dan fitnah pada KH Said Aqil Siraj.
Baca: Inilah Isi Dialog Grand Syaikh Al-Azhar dan Ketum PBNU
Namun pada Senin (7/5/2018), Tabayuna.com mendapatkan tanggapan untuk meluruskan ke publik agar tidak salah paham dan terprovokasi atas isu hoax yang dilontarkan para pembenci ulama NU tersebut.
Baca: Akun Kader FPI ini Sebar Hoax Hasil Pertemuan Syaikhul Azhar dan KH. Said Aqil Siraj
Berikut, tanggapan atau klarifikasi atas fitnah dan tuduhan keji pada KH Said Aqil Siraj dalam kunjungan Grand Syeikh Al-Azhar ke kantor PBNU pada 2 Mei 2018, kemarin.
Habib Umar bin Husein Assegaf
Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Kekerasan dan Intoleransi (GENERASI)
Jangan kebencian kamu kepada suatu kaum menjadikanmu berlaku tak adil, dialog yang cerdas antara Syeikhul Azhar dan Kang Said terlihat jelas bahwa mereka tidak ada saling menegasi, tidak saling mengagresi dan tidak saling merendahkan satu dengan yang lain karena keduanya adalah Ulama yang berwawasan luas, moderat, tawadhuw' dan berakhlaq mulia.
Pembuat potongan video kunjungan Syeikhul Azhar ke Kantor PBNU yang di viralkan itu tidak jujur dalam mengutip poin-poin pembicaraan Kyai Said Aqil Siradj seperti yang dihilangkan dan tidak diterjemahkan adalah ucapan Kyai Said tentang Nasionalisme Arab yang rapuh, absurd dan tidak Islami yang diusung oleh seorang Arab beragama Nasrani Michel Aflaq dan gaung Sosialisme dan Nasionalisme Arab mendapat tempat dan dukungan secara luas kala itu.
Kang Said menjelaskan Islam Nusantara adalah bukan sesuatu yang baru, Islam Nusantara hanyalah sebuah typologi bukan aliran atau mazhab tetapi adalah intisari Islam itu sendiri. Islam Nusantara adalah Islam Washatiyah yaitu Islam moderat (bukan fanatik) dan Islam jalan tengah, tentu penjelasan Kang Said ini mendapat apresiasi oleh Syeikhul Azhar.
Islam di Nusantara khususnya Indonesia adalah Islam yang menggabungkan Nasionalisme dengan keimanann (Islam) sebagaimana yang gariskan oleh pendiri NU Hadratussyeikh Allamah Hasyim Asy'ari Hubbbul Wathon Minal Iman bukan Islam yang memisahkan antara Nasionalisme dengan keIslaman seperti keinginan Bapak Pendiri Nasionalisme dan Sosialisme Arab Michel Aflaq. Ucapan yang terkenal dari Michel Aflaq adalah Islam adalah bagian kecil dari kebudayaan Arab yang besar padahal Arab memiliki kehormatan, memiliki peradaban yang gemilang karena hadirnya Islam dan bukan sebaliknya.
Tuduhan dan fitnah yang dialamatkan kepada Kyai Said sebagai anti Arab selain tidak tepat juga tidak menemukan urgensi dan korelasinya karena beliau adalah seorang penuntut ilmu yang pernah sekolah di negeri Arab, belajar Islam dari literatur bahasa Arab, memiliki guru-guru orang Arab dan beliau sendiri adalah keturunan Arab.
Kyai Said mengatakan Islam yang dikembangkan di Indonesia adalah Islam Nusantara atau dengan kata lain Islam Washotiyah bukan Islam "Arab". Yang dimaksud bukan Islam Arab adalah Islam yang sekarang ini dipromosikan oleh kelompok ekstrem yang dalam perjuangannya mengangkat senjata dan menghalalkan darah sesama kaum muslimin. Bukan Islam "Arab" yang dimaksud Kyai Said adalah sebuah fenomena kekinian, sekelompok orang yang berislam dengan menonjolkan atribut-atribut, yang mudah menyesatkafirkan sesama ahlul qiblah (takfirisme), kelompok yang paling mengaku Islam tetapi jauh dari nilai-nilai Islam seperti ciri-ciri mereka yang kita kenal hari ini mereka sangat intoleran, gemar sebarkan fitnah dan adu-domba sesama kaum Muslimin.
Ala kulli hal marilah kita berfiikr rasional dan bukan mendahulukan kebencian-kebencian karena hanya berbeda pendapat karena kebencian tidak akan membawa kebaikan tetapi akan membawa kehancuran dan perpecahan-perpecahan.Wallahu A'lam Bishowab.
Bandung, 7 Mei 2018
Baca: Inilah Isi Dialog Grand Syaikh Al-Azhar dan Ketum PBNU
Namun pada Senin (7/5/2018), Tabayuna.com mendapatkan tanggapan untuk meluruskan ke publik agar tidak salah paham dan terprovokasi atas isu hoax yang dilontarkan para pembenci ulama NU tersebut.
Baca: Akun Kader FPI ini Sebar Hoax Hasil Pertemuan Syaikhul Azhar dan KH. Said Aqil Siraj
Berikut, tanggapan atau klarifikasi atas fitnah dan tuduhan keji pada KH Said Aqil Siraj dalam kunjungan Grand Syeikh Al-Azhar ke kantor PBNU pada 2 Mei 2018, kemarin.
Habib Umar bin Husein Assegaf
Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Kekerasan dan Intoleransi (GENERASI)
Jangan kebencian kamu kepada suatu kaum menjadikanmu berlaku tak adil, dialog yang cerdas antara Syeikhul Azhar dan Kang Said terlihat jelas bahwa mereka tidak ada saling menegasi, tidak saling mengagresi dan tidak saling merendahkan satu dengan yang lain karena keduanya adalah Ulama yang berwawasan luas, moderat, tawadhuw' dan berakhlaq mulia.
Pembuat potongan video kunjungan Syeikhul Azhar ke Kantor PBNU yang di viralkan itu tidak jujur dalam mengutip poin-poin pembicaraan Kyai Said Aqil Siradj seperti yang dihilangkan dan tidak diterjemahkan adalah ucapan Kyai Said tentang Nasionalisme Arab yang rapuh, absurd dan tidak Islami yang diusung oleh seorang Arab beragama Nasrani Michel Aflaq dan gaung Sosialisme dan Nasionalisme Arab mendapat tempat dan dukungan secara luas kala itu.
Kang Said menjelaskan Islam Nusantara adalah bukan sesuatu yang baru, Islam Nusantara hanyalah sebuah typologi bukan aliran atau mazhab tetapi adalah intisari Islam itu sendiri. Islam Nusantara adalah Islam Washatiyah yaitu Islam moderat (bukan fanatik) dan Islam jalan tengah, tentu penjelasan Kang Said ini mendapat apresiasi oleh Syeikhul Azhar.
Islam di Nusantara khususnya Indonesia adalah Islam yang menggabungkan Nasionalisme dengan keimanann (Islam) sebagaimana yang gariskan oleh pendiri NU Hadratussyeikh Allamah Hasyim Asy'ari Hubbbul Wathon Minal Iman bukan Islam yang memisahkan antara Nasionalisme dengan keIslaman seperti keinginan Bapak Pendiri Nasionalisme dan Sosialisme Arab Michel Aflaq. Ucapan yang terkenal dari Michel Aflaq adalah Islam adalah bagian kecil dari kebudayaan Arab yang besar padahal Arab memiliki kehormatan, memiliki peradaban yang gemilang karena hadirnya Islam dan bukan sebaliknya.
Tuduhan dan fitnah yang dialamatkan kepada Kyai Said sebagai anti Arab selain tidak tepat juga tidak menemukan urgensi dan korelasinya karena beliau adalah seorang penuntut ilmu yang pernah sekolah di negeri Arab, belajar Islam dari literatur bahasa Arab, memiliki guru-guru orang Arab dan beliau sendiri adalah keturunan Arab.
Kyai Said mengatakan Islam yang dikembangkan di Indonesia adalah Islam Nusantara atau dengan kata lain Islam Washotiyah bukan Islam "Arab". Yang dimaksud bukan Islam Arab adalah Islam yang sekarang ini dipromosikan oleh kelompok ekstrem yang dalam perjuangannya mengangkat senjata dan menghalalkan darah sesama kaum muslimin. Bukan Islam "Arab" yang dimaksud Kyai Said adalah sebuah fenomena kekinian, sekelompok orang yang berislam dengan menonjolkan atribut-atribut, yang mudah menyesatkafirkan sesama ahlul qiblah (takfirisme), kelompok yang paling mengaku Islam tetapi jauh dari nilai-nilai Islam seperti ciri-ciri mereka yang kita kenal hari ini mereka sangat intoleran, gemar sebarkan fitnah dan adu-domba sesama kaum Muslimin.
Ala kulli hal marilah kita berfiikr rasional dan bukan mendahulukan kebencian-kebencian karena hanya berbeda pendapat karena kebencian tidak akan membawa kebaikan tetapi akan membawa kehancuran dan perpecahan-perpecahan.Wallahu A'lam Bishowab.
Bandung, 7 Mei 2018
Tambahkan Komentar