TABAYUNA.com - Pendidikan seks bagi remaja sangat penting. Mengingat maraknya pergaulan bebas dan pacaran yang lebih mengedepankan hubungan fisik dari pada pendalaman karakter dan emosi yang berujung merugikan masa depan.
Hal ini disampaikan Arif Setiawan dalam kegiatan "Sosialisasi Pendidikan Remaja dan Seks" yang diselenggarakan mahasiswa Kuliyah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Reguler Angkatan 70 Posko 11 pada Minggu, (13/5/2018).
Bertempat di Balai Desa Gaji Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, acara ini dihadiri puluhan remajakarang taruna, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) mulai dari usia SMP sampai kuliyah dan beberapa ibu PKK.
Arif menyampaikan, di Demak di antara kasus kekerasan seksual, 2 % hamil karena diperkosa,12 % hamil di luar nikah, 22% lari dari rumah untuk seks bebas, 2 % dilacurkan, 60% berciuman dan meraba/memegang.
"Di tempat kita yang masih berbudaya patriarkhi, selalu perempuan yang di rugikan. Makanya buat remaja yang cewek, pacaran boleh, tapi jangan sampai ada kontak fisik. Dijaga sendiri harga dirinya ya," ingatnya.
Sementara pergaulan bebas, lanjutnya juga akan mengakibatkan di antaranya HIV/AIDS karena kemungkinan mereka bergonta ganti pasangan.
"Kalau sudah terserang HIV/AIDS akan menyesal seumur hidup. Imun dalam tubuh melemah. Hidupnya akan bergantung dengan obat dan sulitnya melawan stigma masyarakat. Makanya adek-adek, jangan sampai terpengaruh pergaulan bebas," ujar Arif yang juga aktivis HIV/AIDS.
Choirul Imam Mahdi, ketua panitia berharap acara yang diselenggarakan itu menambah wawasan bagi para remaja di desa Gaji.
"Dengan sosialisasi, akan mendapat pengetahuan. Dengan pengetahuan akan mendapat pelajaran untuk berhati-hati menjalani masa remaja," katanya.
Dwi Ariwibowo, kepala desa Gaji mengajak masyarakat remaja untuk menghindari pergaulan bebas dan nongkrong yang merugikan dirinya, keluarga dan lingkungannya.
"Remaja desa Gaji harus mempunyai kegiatan positif agar tidak terjerumus ke pergaulan bebas. Bagi anak rw yang masih nongkrong tidak jelas karena tidak punya pekerjaan kita harap punya solusi bersama," harapnya. [tb33/Faiz].
Hal ini disampaikan Arif Setiawan dalam kegiatan "Sosialisasi Pendidikan Remaja dan Seks" yang diselenggarakan mahasiswa Kuliyah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Reguler Angkatan 70 Posko 11 pada Minggu, (13/5/2018).
Bertempat di Balai Desa Gaji Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, acara ini dihadiri puluhan remajakarang taruna, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) mulai dari usia SMP sampai kuliyah dan beberapa ibu PKK.
Arif menyampaikan, di Demak di antara kasus kekerasan seksual, 2 % hamil karena diperkosa,12 % hamil di luar nikah, 22% lari dari rumah untuk seks bebas, 2 % dilacurkan, 60% berciuman dan meraba/memegang.
"Di tempat kita yang masih berbudaya patriarkhi, selalu perempuan yang di rugikan. Makanya buat remaja yang cewek, pacaran boleh, tapi jangan sampai ada kontak fisik. Dijaga sendiri harga dirinya ya," ingatnya.
Sementara pergaulan bebas, lanjutnya juga akan mengakibatkan di antaranya HIV/AIDS karena kemungkinan mereka bergonta ganti pasangan.
"Kalau sudah terserang HIV/AIDS akan menyesal seumur hidup. Imun dalam tubuh melemah. Hidupnya akan bergantung dengan obat dan sulitnya melawan stigma masyarakat. Makanya adek-adek, jangan sampai terpengaruh pergaulan bebas," ujar Arif yang juga aktivis HIV/AIDS.
Choirul Imam Mahdi, ketua panitia berharap acara yang diselenggarakan itu menambah wawasan bagi para remaja di desa Gaji.
"Dengan sosialisasi, akan mendapat pengetahuan. Dengan pengetahuan akan mendapat pelajaran untuk berhati-hati menjalani masa remaja," katanya.
Dwi Ariwibowo, kepala desa Gaji mengajak masyarakat remaja untuk menghindari pergaulan bebas dan nongkrong yang merugikan dirinya, keluarga dan lingkungannya.
"Remaja desa Gaji harus mempunyai kegiatan positif agar tidak terjerumus ke pergaulan bebas. Bagi anak rw yang masih nongkrong tidak jelas karena tidak punya pekerjaan kita harap punya solusi bersama," harapnya. [tb33/Faiz].
Tambahkan Komentar