Ilustrasi foto terselubung |
Direktur Eksekutif Nusantara Centre Indonesia
Kesejahteraan itu ialah hak segala warga-negara. Kebahagiaan itu ialah milik segala manusia. Keadilan itu ialah hak segala insan manusia. Maka, bukan hanya kalian bunga peradaban yang boleh sejahtera, bahagia dan adil, melainkan semua.
Dus, kalian harus mengerti. Beberapa kerinduan atas hak sejahtera-bahagia-adil yang dahsyat itu tidak dapat ditemukan tanpa lebih dulu tersesat. Walau begitu, aku tetap ditakdir setia buat kalian.
Begitu setianya, saat aku terduduk di belakang mihrab; tersujud di atas sajadah; kuwiridkan nama-nama kalian. Kekasih sejatiku dalam kudeta kebangsaan. Agar Tuhan curahkan kasih dan dollar yang berlimpah. Seperti limpahan kangenku buat trias-revolusi.
Aku merasa kalian mengambil hatiku. Membawanya. Lalu menguburnya di bawah pohon semboja. Setelah seribu purnama, kirain kalian kan datang berdoa. Tak taunya kalian seperti penghuni istana: tuli, bisu dan buta. Kasih dan setiaku kalian balas dengan air tuba.
Kalian. Pada tiap musim penghujan hadir tanpa pesan. Diam-diam membawa kenangan lama yang telah menghilang. Tentu indah saat yang renyah ada di pelukan. Seperti nafas para ahli syorga yang diangankan jadi milikku.
Kalian. Melihatku gelisah terpancar dari wajah yang kalah. Bagai menghalau hantu jahat yang kentut berlipat-liput. Sekejap badai datang. Akhiri kangen yang berkerut. Mengoyak kedamaian. Hancurkan kesetiaan. Segalanya musnah. Lalu, bumi langit menangisiku.
Kalian. Andai saja mengerti. Harusnya kita semua mampu lewati kejahiliyahan ini. Harusnya kita ikrar kembali seperti proklamasi. Walau kutahu, kalian yang tak butuh cintaku lagi.(*)
Tambahkan Komentar