TABAYUNA.com - Jika kita teliti mendalam, gerakan Wahabi, Salafi, yang getol mengoyak pemurnian Islam dengan memisahkan nasionalisme dan spirit keagamaan, mereka bisa bar-bar merusak makam-makam wali di Nusantara ini termasuk makam Walisongo. Kita belajar dari tragedi di Timur Tengah.
Sayyidina Abdul Muthalib, kakek Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam adalah pemimpin Makkah yang disegani kaum Quraisy dan bangsa Arab secara umum. Ketika Rasulullah lahir, beliau membawa sang bayi Thawaf lalu memberinya nama Muhammad.
Beliau juga terkenal dengan kedermawanannya, sampai hewan-hewan di gunung pun mengenali beliau sebab seringnya beliau memberi mereka makan.
Beliau pula yang diamanati Allah, untuk kembali menemukan sumur Zamzam setelah ratusan tahun tertimbun.
Beliau memiliki sebuah kursi di depan Ka'bah yang dikelilingi para pembesar kaum lainnya. Tak ada seorang pun yang berani menduduki kursi tersebut karena wibawanya. Tetapi kepada Rasulullah, beliau tak segan-segan mendudukannya di kursi itu, bahkan ketika rapat pembesar Quraisy sekali pun.
Beliau wafat saat Rasulullah berusia delapan tahun. Jenazahnya dimakamkan di Ma'ala, Makkah dengan tempat khusus, dimana makam beliau dinaungi kubah sebagai penghormatan. Ketika kaum Wahabi menguasai Hijaz, makam beliau bersama makam Ummu Khadijah serta semua makam keluarga dan sahabat Rasulullah disana dihancurkan. Peristiwa ini terjadi tahun 1924-1926 M. (tb33/alanu).
Sayyidina Abdul Muthalib, kakek Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam adalah pemimpin Makkah yang disegani kaum Quraisy dan bangsa Arab secara umum. Ketika Rasulullah lahir, beliau membawa sang bayi Thawaf lalu memberinya nama Muhammad.
Beliau juga terkenal dengan kedermawanannya, sampai hewan-hewan di gunung pun mengenali beliau sebab seringnya beliau memberi mereka makan.
Beliau pula yang diamanati Allah, untuk kembali menemukan sumur Zamzam setelah ratusan tahun tertimbun.
Beliau memiliki sebuah kursi di depan Ka'bah yang dikelilingi para pembesar kaum lainnya. Tak ada seorang pun yang berani menduduki kursi tersebut karena wibawanya. Tetapi kepada Rasulullah, beliau tak segan-segan mendudukannya di kursi itu, bahkan ketika rapat pembesar Quraisy sekali pun.
Beliau wafat saat Rasulullah berusia delapan tahun. Jenazahnya dimakamkan di Ma'ala, Makkah dengan tempat khusus, dimana makam beliau dinaungi kubah sebagai penghormatan. Ketika kaum Wahabi menguasai Hijaz, makam beliau bersama makam Ummu Khadijah serta semua makam keluarga dan sahabat Rasulullah disana dihancurkan. Peristiwa ini terjadi tahun 1924-1926 M. (tb33/alanu).
Tambahkan Komentar