Blora, TABAYUNA.com - Film pendek karya pelajar Kabupaten Blora nampaknya mampu bersinar di kancah nasional. Dengan mengangkat kisah tentang perjuangan gadis difabel dalam meraih pendidikan di pinggiran Kabupaten Blora, film karya siswa SMA NU 1 Kradenan yang berjudul “Menembus Batas” berhasil meraih Juara 1 ketika mewakili Jawa Tengah dalam perhelatan Pekan Olahraga dan Seni Maarif NU tingkat Nasional (PORSEMANAS) I 2018, 23-26 Juli di Malang, Jawa Timur.
Datang di bawah Bendera PW LP Maarif NU Jawa Tengah, SMA NU 1 Kradenan yang diwakili oleh Fendy Pradana dan Ahmad Rifai mampu mempresentasikan film pendek karyanya di depan para juri di Gedung Fakultas Science dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Menurut, Ahmad Rifai sebagai sutradara, Film pendek “Menembus Batas” yang mengharumkan nama Blora dan Jawa Tengah itu bersaing dengan film pendek dari berbagai daerah di wilayah Indonesia. Film berdurasi 19 menit 17 detik tersebut berhasil meyakinkan Susilo Priyo dan Agwin Degaf yang saat itu menjadi juri.
“ Dalam lomba film pendek itu setiap peserta diharuskan untuk melakukan presentasi singkat sebelum film nya ditonton bersama dan dinilai oleh dewan juri. Dengan gaya bahasa yang meyakinkan sambil membawa poster film yang didesain cantik, alhamdulillah kami berhasil mencuri perhatian hadirin saat itu. Saat ditayangkan film nya, hadirin yang memenuhi ruang tersebut hanyut dalam alur cerita,” ungkap Ahmad Rifai, Kamis (26/7/2018).
Film “Menembus Batas” berkisah tentang gadis difabel (re: tuna wicara) yang bernama Nira. Dalam kekurangan fisiknya tersebut, ia berusaha untuk mendapatkan kesempatan belajar meski harus menghadapi hinaan dan cacian dari lingkungannya. Namun perjuanganya tersebut akhirnya membuahkan hasil manis saat bakat di bidang tarinya diapresiasi pihak sekolah dan berhasil menjuarai kompetisi.
“Dalam film ini, Nira sebagai tokoh tuna wicara memiliki karakter yang kuat didukung oleh kejadian-kejadian yang ditunjukkan dari scene ke scene. Ada beberapa yang mungkin menjadi catatan, tetapi secara keseluruhan bagus. Dan Film ini Benar-benar bikin Baper” kata Susilo Priyo , salah satu juri lomba yang juga pernah menjadi Juri Piala Oscar di Jerman.
Agwin Degaf, salah satu juri dalam lomba itu juga mengagumi film pendek produksi pelajar Blora ini. Menurut dia masih banyak kaum difabel yang tidak seberuntung Nira dan butuh perhatian pemerintah
“Film ini sarat dengan pesan yang menyentuh. Mengangkat kisah gadis difabel yang mungkin di dunia nyata pun belum banyak mendapatkan kesempatan. Jika film ini diviralkan lalu pemerintah juga menonton, bisa jadi lebih banyak lagi orang yang terbuka hatinya untuk memperhatikan saudara-saudara kita para penyandang difabel,” kata Rifai, menirukan Agwin saat memberi penguatan seusai lomba.
Perjalanan Menembus Batas
Suksesnya film “Menembus Batas” menjadi yang terbaik di Porsemanas tidak diraih begitu saja. Ada proses panjang di balik cerita yang menguras emosi tersebut. Pembuatan naskah, pemilihan pemeran, survey lokasi, pengambilan gambar hingga editing membutuhkan waktu sekitar dua bulan sejak akhir 2016.
”Menembus Batas terinspirasi dari saudara-saudara kita penyandang difabel yang sering sekali kurang diperhatikan. Apalagi ada beberapa stigma negatif bagi mereka di lingkungan sekitar. Lalu kami mencoba tuangkan dalam karya film pendek sekaligus persiapan pekan Olahraga dan Seni Maarif (Porsema) tingkat Kabupaten Januari 2017 silam,” lanjut Rifai.
Dalam Porsema tingkat Kabupaten Blora, film ini meraih Juara I dan berhak mewakili Blora ke tingkat Provinsi Jawa Tengah bersama 8 atlet cabang lomba lain dari SMA NU 1 Kradenan.
“Mulai sejak itulah motivasi crew semakin meningkat, bahkan sempat menggelar nonton bareng di lingkungan Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Lalu pada Juli 2017, Film ini meraih juara II Porsema tingkat Jawa Tengah setelah juara I diraih oleh MTs Maarif Batang,” ungkap Rifai.
Di tingkat nasional, ternyata dalam Porsemanas ini kategori film pendek dibedakan antara MTs/SMP dan SMA/SMK/MA sehingga Menembus Batas karya SMA NU 1 Kradenan juga berhak melaju ke Porsemanas di Malang.
“Atas perjuangan yang luar biasa dari crew, pada Kamis 26 Juli 2018 lalu Menembus Batas dinobatkan sebagai yang terbaik tingkat nasional. Alhamdulillah, yang pasti bersyukur sekali bisa mencapai prestasi ini. Tingkat nasional pasti saingannya lebih berat. Tetapi usaha maksimal serta doa dari sekolah, Blora bahkan warga Jawa Tengah membuat kami yakin untuk memberi yang terbaik,” kata Fendy.
Pihaknya belum bisa menunjukkan piala kemenangannya, karena penyerahan piala dilakukan pada saat penutupan Porsemanas 26 Juli 2018. Sedangkan kontingen film pendek SMA NU 1 Kradenan setelah tampil 24 Juli langsung bertolak kembali ke Blora.
“Sehingga piala dan medalinya masih dibawa PW LP Maarif NU Jawa Tengah,” pungkasnya.
- Baca: Kritik Film Avatar Aang yang Paradoks
- Baca: Prabowo dan Fadli Zoon Tonton Film '212: The Power of Love', Tapi Nyatanya 'Sepiiiii'
Datang di bawah Bendera PW LP Maarif NU Jawa Tengah, SMA NU 1 Kradenan yang diwakili oleh Fendy Pradana dan Ahmad Rifai mampu mempresentasikan film pendek karyanya di depan para juri di Gedung Fakultas Science dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Menurut, Ahmad Rifai sebagai sutradara, Film pendek “Menembus Batas” yang mengharumkan nama Blora dan Jawa Tengah itu bersaing dengan film pendek dari berbagai daerah di wilayah Indonesia. Film berdurasi 19 menit 17 detik tersebut berhasil meyakinkan Susilo Priyo dan Agwin Degaf yang saat itu menjadi juri.
“ Dalam lomba film pendek itu setiap peserta diharuskan untuk melakukan presentasi singkat sebelum film nya ditonton bersama dan dinilai oleh dewan juri. Dengan gaya bahasa yang meyakinkan sambil membawa poster film yang didesain cantik, alhamdulillah kami berhasil mencuri perhatian hadirin saat itu. Saat ditayangkan film nya, hadirin yang memenuhi ruang tersebut hanyut dalam alur cerita,” ungkap Ahmad Rifai, Kamis (26/7/2018).
Film “Menembus Batas” berkisah tentang gadis difabel (re: tuna wicara) yang bernama Nira. Dalam kekurangan fisiknya tersebut, ia berusaha untuk mendapatkan kesempatan belajar meski harus menghadapi hinaan dan cacian dari lingkungannya. Namun perjuanganya tersebut akhirnya membuahkan hasil manis saat bakat di bidang tarinya diapresiasi pihak sekolah dan berhasil menjuarai kompetisi.
“Dalam film ini, Nira sebagai tokoh tuna wicara memiliki karakter yang kuat didukung oleh kejadian-kejadian yang ditunjukkan dari scene ke scene. Ada beberapa yang mungkin menjadi catatan, tetapi secara keseluruhan bagus. Dan Film ini Benar-benar bikin Baper” kata Susilo Priyo , salah satu juri lomba yang juga pernah menjadi Juri Piala Oscar di Jerman.
Agwin Degaf, salah satu juri dalam lomba itu juga mengagumi film pendek produksi pelajar Blora ini. Menurut dia masih banyak kaum difabel yang tidak seberuntung Nira dan butuh perhatian pemerintah
“Film ini sarat dengan pesan yang menyentuh. Mengangkat kisah gadis difabel yang mungkin di dunia nyata pun belum banyak mendapatkan kesempatan. Jika film ini diviralkan lalu pemerintah juga menonton, bisa jadi lebih banyak lagi orang yang terbuka hatinya untuk memperhatikan saudara-saudara kita para penyandang difabel,” kata Rifai, menirukan Agwin saat memberi penguatan seusai lomba.
Perjalanan Menembus Batas
Suksesnya film “Menembus Batas” menjadi yang terbaik di Porsemanas tidak diraih begitu saja. Ada proses panjang di balik cerita yang menguras emosi tersebut. Pembuatan naskah, pemilihan pemeran, survey lokasi, pengambilan gambar hingga editing membutuhkan waktu sekitar dua bulan sejak akhir 2016.
”Menembus Batas terinspirasi dari saudara-saudara kita penyandang difabel yang sering sekali kurang diperhatikan. Apalagi ada beberapa stigma negatif bagi mereka di lingkungan sekitar. Lalu kami mencoba tuangkan dalam karya film pendek sekaligus persiapan pekan Olahraga dan Seni Maarif (Porsema) tingkat Kabupaten Januari 2017 silam,” lanjut Rifai.
Dalam Porsema tingkat Kabupaten Blora, film ini meraih Juara I dan berhak mewakili Blora ke tingkat Provinsi Jawa Tengah bersama 8 atlet cabang lomba lain dari SMA NU 1 Kradenan.
“Mulai sejak itulah motivasi crew semakin meningkat, bahkan sempat menggelar nonton bareng di lingkungan Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Lalu pada Juli 2017, Film ini meraih juara II Porsema tingkat Jawa Tengah setelah juara I diraih oleh MTs Maarif Batang,” ungkap Rifai.
Di tingkat nasional, ternyata dalam Porsemanas ini kategori film pendek dibedakan antara MTs/SMP dan SMA/SMK/MA sehingga Menembus Batas karya SMA NU 1 Kradenan juga berhak melaju ke Porsemanas di Malang.
“Atas perjuangan yang luar biasa dari crew, pada Kamis 26 Juli 2018 lalu Menembus Batas dinobatkan sebagai yang terbaik tingkat nasional. Alhamdulillah, yang pasti bersyukur sekali bisa mencapai prestasi ini. Tingkat nasional pasti saingannya lebih berat. Tetapi usaha maksimal serta doa dari sekolah, Blora bahkan warga Jawa Tengah membuat kami yakin untuk memberi yang terbaik,” kata Fendy.
Pihaknya belum bisa menunjukkan piala kemenangannya, karena penyerahan piala dilakukan pada saat penutupan Porsemanas 26 Juli 2018. Sedangkan kontingen film pendek SMA NU 1 Kradenan setelah tampil 24 Juli langsung bertolak kembali ke Blora.
“Sehingga piala dan medalinya masih dibawa PW LP Maarif NU Jawa Tengah,” pungkasnya.
Tambahkan Komentar