Temanggung, TABAYUNA.com - Tepat pukul 14.00 WIB, STAINUTemanggung mengadakan Stadium General dengan tema "Penguatan STAINU
Temanggung Berwawasan Riset Islam Nusantara dalam Menjawab Tantangan Era
Revolusi Industri 4.0" di lantai 3 Aula STAINU Temanggung, Sabtu
(08/09/2018).
Dalam penyampaian materinya, Muhammad Aziz Hakim, Kepala
Seksi Pengabdian Kepada Masyarakat Subdirektorat Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI menegaskan banyak hal tentang
riset berwawasan Islam Nusantara.
Dalam acara itu, ada beberapa kata kunci yang Aziz katakan.
"Ada tiga kata kunci dalam tema ini. Kampus riset, Islam Nusantara dan
Revolusi Industri 4.0. Tema ini berat dan minimal kita mulai dari hal-hal
kecil," beber Wakil Sekjen PP GP Ansor 2015-2020 tersebut yang didampingi
moderator Nashih Muhammad.
Untuk STAINU sendiri, Aziz menegaskan harus dikuatkan pada
peran Tri Darma Perguruan Tinggi. "Ada pendidikan dan pengajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ini harus terkoneksi dan saling
mendukung karena menjadi tiga hal yang tidak bisa dipisahkan," lanjut dia.
Pihaknya juga menegaskan, riset yang berwawasan Islam
Nusantara bisa dimulai dengan pola pikir tawazun, moderat sebagai ruh dari
Islam Nusantara itu sendiri. "Islam Nusantara itu ya tipe Islam di
Indonesia yang tengah-tengah. Tidak mainstream kanan dan kiri. Harus paham
tekstual dan kontekstual. Saya merujuk Rais Am PBNU KH. Ma'ruf Amin. Intinya,
Islam Nusantara itu pada wilayah fikrah (pemikiran), akidah (keyakinan),
amaliyah (amalan), harakah (gerakan)," lanjut dia.
Makanya, kata dia, karena kita di tengah-tengah, harus siap
dihantam kelompok kanan dan kelompok kiri.
Sementara apa bisa STAINU menjawab era Revolusi Industri
4.0? Aziz menegaskan bisa. "Minimal dikuatkan pada penelitiannya. Karena
di sini belum ada fakultas atau jurusan eksak, FMIPA. Tapi kemarin sudah ada
beberapa dosen sini lolos kluster penelitian Kemenag," lanjut dia.
Di sisi lain, mantan aktivis PB PMII ini juga menjelaskan
bahwa ada beberapa tipologi mahasiswa, salah satunya Mahasiswa yang memiliki
pengetahuan intelektual dan aktif dalam kegiatan organisasi maupun pengabdian
masyarakat. "Dari beberapa tipologi mahasiswa, mahasiswa STAINU Temanggung
harus mampu mengembangkan pengetahuan intelektual akademis dan mampu
berkontribusi dalam kegiatan organisasi ataupun pengabdian masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya," ujar Muhammad Aziz Hakim yang berdarah Temanggung
tersebut.
Selain itu beliau juga menambahkan bahwa Mahasiswa dan Dosen
STAINU Temanggung harus percaya diri (PD) aatu tidak minder dalam
menghadapi tantangan zaman saat ini.
Beliau juga menegaskan salah satu cara kampus riset menjawab
tantangan saat ini dengan cara menulis.
"Dengan menulis dosen dan mahasiswa STAINU Temanggung
dapat memperkenalkan lembaganya dalam kancah nasional maupun internasional.
Seperti yang sudah diikuti beberapa dosen STAINU Temanggung yang mengikuti
karya tulis ilmiah nasional, yang hasilnya tak kalah dengan penulis luar dan
menyabet juara salah satunya dosen tetap PGMI Hamidulloh Ibda, M. Pd. Beberapa
waktu silam," jelasnya semangat.
Dosen dan Mahasiswa STAINU Temanggung juga harus keluar dari
zona aman dalam mencari peluang dalam menghadapi tantangan era Revolusi
Industri 4.0.
Dalam kegiatan tersebut, dihadiri oleh Jajaran penjabat,
Kaprodi, Sekprodi, dosen dan karyawan serta Mahasiswa STAINU Temanggung.
Di akhir acara, Nashih menyimpulkan bahwa peran STAINU bisa
menggalakkan gagasan kampus riset dari hal-hal kecil. "Islam Nusantara
harus menjadi landasan dalam riset. Dan STAINU Temanggung harus bisa
mengimplementasikannya dalam aspek Tri Darma Perguruan Tinggi," ujar dia. (Dama/Ibda).
Tambahkan Komentar