Muh. Syafi', Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) STAINU Temanggung |
Untuk itu, ada beberapa konsep yang disiapkan Lembaga Penelitian, Pengembangan
dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) STAINU Temanggung. Berikut wawancara langsung
dengan Ketua LP3M STAINU Temanggung, Moh, Syafi’, M.Hum oleh redaksi BUMI pada
13 September 2018.
Menurut Anda, apa itu kampus
riset?
Namanya kampus atau perguruan tinggi pasti berbasis
riset. Ada tuntutan wajib berupa Tri Dharma Perguruan Tinggi, tidak boleh
ditinggalkan salah satu aspeknya. Ciri kampus berbasis riset tidak hanya
tercantum dalam semangat akademisi meneliti atau mengabdi berbasis riset, namun
juga dapat dilihat sistem kampus, baik dari kebijakan tentang penelitian atau
anggaran tentang penelitian.
Bagaimana konsep kampus
riset bagi LP3M?
Konsep penelitian yang akan dilakukan, yaitu kerjasama
integral antara lembaga penelitian ini dengan semua prodi di STAINU untuk
mendukung penuh penelitian, baik tataran kebijakan sampai teknis. Rencananya,
kami bagi menjadi beberapa kluster penelitian. Pertama, penelitian berbasis
kompetensi prodi. Tujuannya menguatkan kompetensi dan mengembangkan hasil
penelitian berdasarkan kompetensi dosen di prodi masing-masing. Kedua,
pengabdian kepada masyarakat berbasis riset. Sebenarnya sudah diterapkan secara
integral dalam PPL atau KKN, oleh dosen pembimbing serta mahasiswa. Konsep ini
tidak jauh beda dengan konsep riset itu sendiri, hanya berbeda pada partisipatory action research dalam
menggali data. Ketiga, mendorong dosen STAINU untuk masuk dalam kualifikasi dan
hibah nasional maupun internasional, baik dari Kementerian atau lembaga lain.
Bagaimana langkah konkret
LP3M untuk menggenjot riset dosen?
Pertama, memfasilitasi penguatan metodologi dan cara
membuat karya ilmiah penelitian melalui workshop untuk dapat dimuat di jurnal
bereputasi. Kedua, LP3M akan menentukan arah kebijakan penelitian tiap tahun.
Ketiga, menyediakan dana hibah tiap tahun minimal 10 persen anggaran perguruan
tinggi. Keempat, kerjasama dengan prodi untuk memfasilitasi dosennya meneliti
dengan mengacu pada pedoman dan juknis penelitian LP3M. Kelima, menguatkan
kapasitas dosen menulis karya dan mapping
jurnal bereputasi, baik dari metodologi, teknis atau substansinya. Keenam, memfasilitasi
publikasi internal dosen melalui diskusi dosen (sebulan sekali) dan publikasi
ilmiah di Jurnal Ilmiah Cita Ilmu yang sudah OJS, terindeks Acedemia Edu, dan
Issuu.
Apa peran mahasiswa bagi
perkembangan kampus riset?
Pertama, melalui prodi dan dosen pengampu, mahasiswa
harus membuat makalah berbasis mini riset. Kedua, integrasi pembelajaran dengan
hasil-hasil penelitian mutakhir dibuktikan dengan mahasiswa mampu
mensitasi/mengutip sumber karya ilmiah dengan benar dan baik. Ketiga,
melibatkan langsung mahasiswa sebagai peneliti/asisten peneliti dalam
penelitian dosen. Keempat, membuat kebijakan, semua skripsi mahasiswa harus
sudah dimuat di jurnal berbasis OJS sebagai syarat wisuda yang difasilitasi
LP3M baik dari aspek pendampingan sampai pada publikasi.
Harapan apa saja dari wacana
besar ini?
Pertama, perubahan pola pikir, dosen berbeda dengan
guru. Dosen adalah peneliti dan pengabdi yang mengajar, bahkan yang diajarkan
harus berbasis hasil riset. Kedua, saya ingat Prof Amin Abdullah, ciri-ciri
mahasiswa yang sudah ngelantur ngomongnya, berarti mereka tidak membaca buku
selama tiga hari. Apalagi, mahasiswa tidak punya koleksi satu bukupun di
kamarnya. Berarti mereka bukan mahasiswa yang rajin membaca, apalagi menulis.
Ketiga, adanya sistem integral antara dosen-mahasiswa serta kampus dalam
mendukung terlaksananya penelitian. Sistem integral itu berupa, kebijakan
kampus yang riil mendukung adanya penelitian.
Wawancara ini dimuat di Buletin PGMI (BUMI) Prodi PGMI STAINU Temanggung, edisi 1 (Agustus-September 2018).
Tambahkan Komentar