Ilustrasi tabayuna.com |
Menyukseskan Pemilu agar tetap terlaksana dengan beradab, dan terpilih calon presiden pilihan rakyat, adalah cara paling maslahah.
Melihat adanya provokasi-provokasi bendera yang sering diusung HTI sebagai simbol, dan yang teranyar adalah pengibaran bendera itu tinggi tinggi di pengi baran merah putih, sungguh provokasi nyata.
Santri jangan menjadi Islam kagetan. Ini tahun politik, menjelang Pilpres. Yang tergambar dari pertunjukan formal simbolik, hanya satu gambaran dari ragam gambaran tahun politik ini, yang tentu lebih dari sekedar itu. Gambaran luar, memiliki spektrum dalamnya, sehingga tidak perlu meladeni pertarungan dan provokasi luar dan di jalanan.
Karenanya, santri tidak perlu terpancing kemarahan dan kekerasan. Pelanggaran-pelanggaran biar polisi yang bertindak. Ada saatnya turun dengan kekuatan penuh, dan ada saatnya perlu dibiarkan, agar tidak mengundang eskalasi yang lebih luas, dan menjadi alasan untuk pelampiasan kekerasan sipil, oleh yang memancing di air keruh.
Saat ini, yang diperlukan adalah, memperbanyak istighotsah, melipatgandakan dzikir, hizib, sholawat, istighfar, dan doa-doa, li ishlahi, li rohmati, wa lihimayati hayatina wa jam'iyatina, wa Indonesiyana thoyyibatan. Juga, menguatkan hubungan silaturahmi dan menjalin komunikasi dengan simpul simpul, mengunjungi guru-guru dan sahabat-sahabat.
Provokasi-provokasi, semoga semakin berlalu. Pemilu tetap sukses, dan pemimpin yang lahir dari pilihan rakyat, tetap akan dilegitimasi dengan diselenggarakannya Pemilu. Wallohu a'lam.
Tambahkan Komentar