Gus Subkhan Aan Agoesta, pengasuh Ponpes Sabilurrosyad, Banjarejo, Blora. |
KENDAL, TABAYUNA.com - Akhlak merupakan tindakan spontan yang dilakukan tanpa melalui kontrol
pikiran. Namun baik buruknya akhlak seseorang bisa dilatih hingga menjadi
kebiasaan.
"Apa
yang anda katakan ketika tersandung. Mengucapkan Innalilah atau malah mengumpat? Kata-kata yang keluar dari mulut
kita waktu tersandung itu reflek, bukan mikir dulu mau mengucapkan apa.
Ekspresi spontan yang muncul itu akhlak. Bedanya akhlak yang baik dan
buruk," kata Gus Subkhan Aan Agusta.
Menurut
pengasuh ponpes Sabilurrosyad Banjarejo Blora ini, setiap orang bisa melatih
dirinya untuk menanamkan akhlak yang baik. Dimulai dari hal sederhana dengan
mengucapkan Basmalah setiap kali akan melakukan sesuatu.
"Mau
pakai baju baca bismillah. Keluar rumah baca bismillah. Semuanya diawali dengan
bismillah, termasuk mau melakukan yang tidak terpuji sekalipun," tegasnya.
Dikisahkan
Gus Subkhan, seorang karibnya yang dulu gemar meminum minuman keras suatu
ketika mendapat ijazah dari kiai.
Kepada karibnya itu, sang kiai memintanya untuk membaca basmalah setiap setiap
kali akan minum. Tambah minum lagi baca basmalah.
Walhasil,
karibnya itu sama sekali tak merasakan mabuk meski sudah banyak botol minuman
dia habiskan. Kemudian dia cari cara lain, minuman dia bungkus untuk diminum di
tempat lain. Tapi begitu dibuka dan baru mencium baunya saja perutnya sudah
mual. Singkat kata akhirnya kawan itu berhenti minum minuman keras hingga
sekarang.
Dari
peristiwa itu, menegaskan bahwa akhlak seseorang bisa dilatih untuk menjadi
kebiasaan. Mula-mula diucapkan dengan lisan, diulang secara terus menerus
perlahan akan meresap dan akan menjadi kebiasaan.
"Syaratnya,
dalam belajar perlu Istiqomah. Ada kemauan, lakukan secara konsisten. Mulai
dari hal yang sederhana, baca basmalah," lanjutnya.
Akhlak
menurut Gus Subkhan cermin dari keimanan dan ketaqwaan seseorang. Nabi Muhammad
SAW diutus oleh Allah dengan misi utama untuk mengajarkan ahlak yang terpuji.
"Nabi
Muhammad itu akhlaknya Al Qur'an. Ucapan dan tindak tanduk beliau cerminan dari
akhlak yang diajarkan dalam Al Qur'an," terangnya.
Pernyataan
Gus Subkhan itu disampaikan dalam mauidhoh
hasanah Haflah Qur’an dan Wisuda Santri Tahfidz angkatan ke-6 Ponpes
Tahfidzul Qur’an Al Istiqomah Desa Penaruban, Weleri, Kendal, baru-baru ini.
Sebanyak 35 santri yang berasal dari berbagai daerah diwisuda dari ponpes
asuhan Gus Ali Shodiqun.
"Ini
wisuda para calon waliyullah. Syarat
menjadi wali Allah itu memiliki keimanan dan ketaqwaan. Insya Allah santri yang
telah menghafal Al Qur'an ini sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan yang
kuat," terang Gus Subkhan.
Untuk
menjadi waliyullah, menurut Gus
Subkhan kita sebagai umat Muhammad bisa mencontoh tiga hal.
Pertama,
berharap pada Allah bahwa semua yang dilakukan karena mengharap ridhoNya.
Kedua, berharap pada hari akhir bahwa dalam mengharapkan hasil akhir, ibarat
petani yang berharap panen, kita perlu bertindak agar yang diharapkan terwujud.
Ketiga, perbanyak dzikir karena akan menjaga diri kita dari hal-hal yang tidak
baik.
"Dzikir
itu ada yang diucapkan, ada yang dilakukan dalam hati. Fisik kita sedang
bekerja, tapi hati kita senantiasa berdzikir. Saat nyawa dicabut kita sedang
berdzikir, insya Allah khusnul khotimah," pungkas Gus Subkhan. (tb33/Sulhan).
Tambahkan Komentar