Makalah ini Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Bahasa Indonesia Lanjutan
Dosen Pengampu
: Hamidulloh Ibda, M.Pd
Oleh : Sekar Ayu
Nur Azizah
Prodi
ahwal al-syakhsiyyah
Sekolah
Tinggi Agama Islam Nahdotul Ulama Temanggung 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia-Nya sehingga penyusunan dan
penulisan makalah mata kuliah Bahasa Indonesia Lanjutan yang berjudul “Menulis
sebagai keterampilan berbahasa” ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat
waktu.Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terima kasih yang tak
terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik.
Apabila ada kekurangan
dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar -besarnya.Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Wassalamualaikum Wr.Wb
Temanggung, 5 APRIL 2018
PENYUSUN
Abstrak
Menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf
yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan
pungtuasi. Menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan mengandung makna
bahwa menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa). Pesan
adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan
merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau
lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam
komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu
adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3)
saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Belajar
bahasa Indonesia berarti harus belajar mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis dalam bahasa Indonesia. Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa
yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan.
Sekurang-kurangnya,
ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu: (1) penguasaan
bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata,
struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan
isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang
jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan
bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai,
artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang saya tulis diatas, maka kami dapat merumuskan beberapa
masalah, di antaranya ialah :
1.
Pengajaran keterampilan secara tertulis
2.
proses kreatif dalam menulis
3.
proses pembelajaran menulis.
1.3.
Tujuan Makalah
1.untuk mengetahui pengajaran
keterampilan secara tertulis.
2.
untuk mengetahui proses kreatif dalam menulis.
3. untuk mengetahui pembelajaran
menulis.
BAB 11
PEMBAHASAN
Istilah menulis berasal dari kata tulis.Dalam
kamus besar bahassa Indonesia, tulis mengandung arti ada huruf (angka dan
sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil,cat, dan
sebagainya).Menulis adalam hehmbuat angka ,huruf, dan sebagainya dengan pena,
pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang,
membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan.
Menulis adalah suatu
aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu
sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang
tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian
pesan mengandung makna bahwa menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi
verbal (bahasa). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu
tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat.
Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi
tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima
pesan.
Pernyataan Akhadiah di
atas, pada hakekatnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar
komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis
hendaklah menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur,
dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat
menggambarkan suasana hati atai[1]
pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuangkan
isi hati dan pikiran.
Syafi’ie menyatakan bahwa menulis adalah menuangkan gagasan,
pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan
dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain. Hal ini berarti menulis
mengandung makna menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui
tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat,
paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan kepada orang lain harus
dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa
yang ingin dinyatakan. Katakata itu harus disusun secara teratur dalam klausa
dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin
teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menangkap pikiran yang
disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah
sangatlah penting.
Menulis pada hakikatnya
adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah
dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciriciri,
antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah
gramatika. Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah
pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik
dan benar. 2
Sementara itu, WJS
Poerwodarminto secara leksikal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan
pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran,
perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami
tepat seperti yang dimaksud penulis.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi,
yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan
konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk
pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk
berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis
apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan, dan
perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktorfaktor antara
lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/susunan tulisan, keutuhan (koherensi),
kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.3[2]
2.2. Menulis sebagai proses
Kegiatan menulis
merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis
sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. menguraikan lima tahapan
menulis, yaitu pramenulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi.
Pada pramenulis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis,
tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan
ditulis dan sistematika tulisan, siswa mengumpulkan bahanbahan tulisan dengan
menggunakan bukubuku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada
pengedrafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam
bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah
disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu
dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa
dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan
struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan
untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi,
siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru
dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi
sempurna.
Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan
menulis proses: pramenulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga
siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan
ditulis, di benak siswa tergambar sejumlah informasi yang akan ditulis.
Informasi yang tersimpan di benak siswa dituangkan dalam sebuah tulisan dengan
bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan
gagasan dengan cara menghubungkan kalimat secara utuh dan padu membentuk sebuah
paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahanbahan pustaka
untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila
ada bahan tulisan yang kurang jelas.[3]
2.3. Tujuan dan manfaat menulis
Kegiatan menulis
dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk
mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca,
dan untuk menghasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut
tujuan menulis sebagai berikut.
1)Narasi yakni
karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik
menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam
suatu rangkaian waktu.
2) Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan
(kebendaan ataupun kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa
adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi yakni
karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu
hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan
menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan
dengan tujuan mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif:karangan/tulisan
yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan mempengaruhi, meyakinkan,
dan mengajak
Graves (dalam Akhadiah
dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa: (1)
menulis mengasah kecerdasan, (2) menulis mengembangkan daya inisiatif dan
kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong
kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
1) Menulis Mengasah
Kecerdasan
Menulis adalah suatu
aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan
mengharmonikan berbagai aspek. Aspekaspek itu meliputi (1) pengetahuan tentang
topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa
yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan
(3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai
pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan
pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan
daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai
evaluasi.
2) Menulis Mengembangkan
Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang
mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu
adalah (1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi,
pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban
yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka
apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3) Menulis Menumbuhkan
Keberanian
Ketika menulis, seorang
penulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan
gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan
mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik
yang bersifat positif ataupun negatif.
4) Menulis Mendorong
Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena
mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu
disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak
selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat menyampaikan banyak hal
dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang
apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya
hanya sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari,
mengumpulkan, dan menyerap informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu,
ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi
penulis, pemerolehan informasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan
mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam
menulis. Implikasinya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu
serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan
agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan
dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan
kesungguhan dalam mengumpulkan informasi serta strategi yang ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1)
wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari
sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan
bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubunghubungkan, dan
menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4)
akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis
memungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif,
dan (6) menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan
sistematis.
2.4.
Prinsip menulis
Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang
ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan menulis menyibukan
para siswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan dalam bentuk tulis.
Walaupun demikian, para guru masih mengeluhkan bahwa masih ada siswa tidak
mempunyai keterampilan menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa
untuk dapat menetralisir keluhan para guru bahasa, maka perlu diingatkan mereka
dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang pandai sangat lemah dalam
keterampilan menulis, fakta kedua, hanya sekelompok kecil orang yang dapat
menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan di luar sekolah.
Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu
keterampilan yang harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa
meskipun dalam bentuk sederhana.[4]
Selanjutnya menurut Rivers dalam Parera dan Tasai
mengemukakan keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang elegan dari
para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya tidak akan tercapai untuk
tingkat sekolah menengah ke bawah. Keterampilan menulis menuntut penguasaan
bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh semua orang. Untuk memenuhi
keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu diperhatikan. Belajar
keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan
Tasai (1995:15) adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan
kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca, (3) melakukan kombinasi
antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi kecil, (4) menulis
terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi dengan tema, judul, atau
topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan
pembelajaran keterampilan penggunaan Bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis.
Keterampilan menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca.
Menurut Pirera dan Tasai mengemukakan prinsip
prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada
jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara
serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan
disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis
atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis
berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis
ilmiah.
Berdasarkan
perinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran
menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) membuat
ikhtisar, (4) menulis laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara,
(6) membuat catatan, (7) menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato,
dan laporan, (9) menulis surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi,
dinas, perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat
(telegram), (10) menulis poster dan iklan, (11) menulis berita, (12) melanjutkan
tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan , (14) mengisi formulir
yang terdiri dari: wesel dan cek, (15) menulis kuitansi, (16) menulis riwayat
hidup, (17) menulis lamaran kerja, (18) menulis memorandum, (19) menulis
proposal/usul penelitian, (20) menulis rancangan kegiatan, (21) menulis
pidato/sambutan, (22) menulis naskah, (23) menyusun formulir, (24) membentuk
bagan, denah, grafik, dan tabel, dan (25) menulis karya ilmiah.
2.5. Aspek menulis karangan
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang
siswa untuk menghasilkan tulisan yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan
bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan masalah yang
akan ditulis, (2) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (3) kemampuan menyusun
rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai
tulisan, dan (6) kemampuan memeriksa tulisan. Kemampuan tersebut akan
berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang
dimilikinya.
Selain persyaratan tersebut di atas, untuk menghasilkan
tulisan yang baik perlu adanya pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam
menulis yang harus dikuasai. Badudu (1992:17) mengemukakan yang perlu
diperhatikan dalam menulis, yaitu (1) menggunakan kata dalam kalimat secara
tepat makna, (2) menggunakan kata dengan bentuk yang tepat, (3) menggunakan
kata dalam distribusi yang tepat, (4) merangkaikan kata dalam frasa secara
tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat, (6)
merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat
dan baik, (7) menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat
karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi,
persuasi, argumentasi, (9) membuat surat (macam-macam surat), (10) menyadur
tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan (penelitian, pengalaman,
dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan
sebaliknya, kalimat langsung menjadikalimat[5]
tak langsung), (13) mengubah wacana (wacana percakapan menjadi wacana cerita
atau sebaliknya).
BAB III
Penutupan
3.1 Simpulan
Dari
tahap-tahap pembelajaran menulis dengan pendekatan/model proses sebagaimana
dijabarkan di atas dapat dipahami betapa banyak dan bervariasi kegiatan
pembelajar dalam proses menulis. Keterlibatannya dalam berbagai kegiatan
tersebut sudah barang tentu merupakan pelajaran yang sangat berharga guna
mengembangkan keterampilan menulis. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
pembelajar pada setiap tahap, upaya-upaya mengatasi kesulitan tersebut, dan
hasil terbaik yang dicapai oleh para pembelajar membuat mereka lebih tekun dan
tidak mudah menyerah dalam mencapai hasil yang terbaik dalam mengembangkan
keterampilan menulis.
Hal ini
dimungkinkan karena diterapkannya proses kreatif dalam menulis yang
diimplementasikan melalui tahap-tahap kegiatan yang dapat dilakukan pembelajar
(pramenulis, membuat draft, merevisi, menyunting, dan berbagi (sharing).
Proses menulis itu tidak selalu bersifat linear tetapi dapat bersifat
nonlinier, dan perlu disesuaikan dengan berbagai jenis tulisan yang mereka
susun.
3.2
Saran
Dari makalah menulis sebagai ketrampilan
berbahasa penulis berharap mahasiswa dapat lebih meningkatkan minat menulis.
Karna dengan menulis dapat menuangkan ekspresi, ide, dan bakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, M. 1988. Materi
Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, S., Maidar,
G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Haryadi dan Zamzami.
1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Dikti
Keraf, G. 1997.
Komposisi. Ende Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2002.
Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Musaba, Z. 1994.
Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin: Sarjana
Indonesia.
Soedjito dan Hasan, M. 1986.
Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Malang: Tanpa Penerbit
Spandel, V. and
Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers. London: Longman.
Suparno. 2002.
Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: DepdiknasUT
Syafi’ie, I. 1988.
Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H.G. 1987.
Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
[1] Akhadiah dkk (1998:1.3) Akhadiah, S., Maidar,
G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
[2] Syafi’ie (1998:45)
3 WJS Poerwodarminto (1987:105)
[3] Tompkins (1994) dan
Ellis dkk. (1989)
[4] Rivers dalam Parera dan
Tasai (1995:15)
5Pirera dan Tasai (1995:27)
[5] Syafi’ie (1988:45)
Anda bisa mendapatkan file asli dengan format pdf atau doc ke email redaksitabayun@gmail.com
Anda bisa mendapatkan file asli dengan format pdf atau doc ke email redaksitabayun@gmail.com
Tambahkan Komentar