- Baca: Antisipasi Terorisme di Perayaan Natal-Tahun Baru 2019 di 3 Pulau Akan Diawasi Polri
- Baca: Ada 12 Ciri Media dan Berita Hoax Menurut Dewan Pers, Inilah Penjelasannya!
Acara ini dihadiri Wakil Bupati Sukoharjo Purwadi, Kapolres Sukoharjo AKBP Iwan Saktiadi, Dandim Sukoharjo Letkol Inf Chandra Ariyadi dan mantan narapidana teroris Abu Tholut.
Acara dibuka sambutan Wakil Bupati Sukoharjo, Purwadi yang menyampaikan bela negara merupakan amanat Undang-Undang yang sesuai dengan program pemerintah yaitu revolusi mental sekaligus membangun pertahanan nasional.
"Bela negara menjadi simbol kekuatan bangsa bahkan ditakuti negara lain yang ingin mengganggu kedaulatan dan kestabilan bangsa," kata Purwadi.
Purwadi berharap bela negara ini mampu membangkitkan semangat khususnya anak muda sehingga bangsa Indonesia menjadi negara kuat dan berdaulat.
Dalam acara ini diisi materi oleh Ustadz Abu Tholut, mantan narapidana terorisme yang menceritakan berbagai kisahnya.
Abu Tholut membagikan pengalaman dari awal ia terpengaruh ideologi radikalisme, yaitu ketika ada Undang-Undang Keormasan pada tahun 1980-an.
Pengalamnnya ke Malaysia diajak temannya dan kemudian ke Afganistan selama 8 tahun.
Abu Tholut juga menyebut ISIS sebagai kelompok Khawarij, atau kelompok pelaku bid'ah.
Ia sangat tidak setuju dengan ISIS hingga akhirnya ia keluar dari Jamaah Islamiah (JI) dan Jamaah Ansarut Tauhid (JAT) karena JAT menyatakan bergabung dengan ISIS.
Dari segi melaksanakan ibadah, mereka hanya mau melaksanakan salat apabila jamaahnya sepaham dengan mereka.
"ISIS itu menggunakan salah satu ayat untuk mengkafirkan orang lain, hal itu juga dilakukan kelompok-kelompok intoleransi lainnya," katanya.
Masyarakat harus belajar ilmu agama dengan kajian-kajian yang benar, dan didampingi ustadz yang terpercaya.
"Pada dasarnya manusia itu tingkatannya sama dilihat dari sisi moral dan agamanya, itu konsep Islam dalam konteks kenegaraan," katanya.
Adapun Kapolres Sukoharjo, AKBP Iwan Saktiadi, menyampaikan beberapa materi mulai dari ISIS hingga masalah bangsa.
Menurut Iwan, bela negara bertujuan untuk menggapai masa depan bangsa, menjaga integritas bangsa, mempererat rasa persatuan, melestarikan budaya, menjadi bangsa yang tangguh.
"ISIS merupakan kelompok yang memiliki divisi propaganda yang menyesatkan," kata Iwan
Divisi ini berhasil menarik warga dari berbagai negara termasuk Indonesia untuk pergi kewilayah kekuasaan ISIS.
Mereka membuat doktrin dan menawarkan pembentukan negara yang damai, ideal, dan sesuai dengan aturan mereka.
"Pada kenyatanya ISIS itu tidak bisa membentuk negara yang damai, ideal seperti yang gembor-gemborkan," katanya.
Menurut Iwan di sana negaranya hancur, bahkan ISIS menyesatkan dengan perkawinan paksa, doktrin-doktrin yang tidak jelas.
"Saya sudah menyaksikan sendiri testimoni dari orang-orang yang keluar dari wilayah ISIS, mereka menyesal karena tidak mendapatkan apa yang mereka gembor-gemborkan, dan mereka merasa dibohongi," ucapnya. (tb44/tribun)
Tambahkan Komentar