Oleh Khaida Baqiyatussholihah
Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam STAINU Temanggung
Kota Temanggung merupakan kabupaten yang memiliki banyak kecamatan dan desa. Sebuah Desa pasti tidak lepas dari asal-usul dari nama Desa tersebut. Ada banyak cerita tentang asal-usul dari sebuah Desa yang ada di Temanggung dan juga sudah tertulis dalam buku “ SEJARAH DAN LEGENDA DESA di Temanggung, Magelang dan Semarang “.
Selain cerita dari daerah masing-masing , juga banyak tradisi yang sangat patut untuk kita lestarikan. Salah satu dari tradisi atau warisan dari budaya adalah Grebeg Religi, yang ada di daerah jumo Temanggung.
Tradisi Grebeg religi berawal dari sejarah seorang ulama` yang sangat berperan dalam mengembangkan Agama Islam di Dusun Mbentisan. Seorang Ulama Sayyid Abdurrahman yang memiliki kesukaan memelihara peternakan bebek, bahkan para penduduk di desa ini juga mengikuti kesukaan dari ulama Sayyid Abdurrahman dengan memelihara bebek, hampir semua penduduk yang ada di desa ini mempunyai peternakan bebek atau ada juga yang memelihara bebek kecil ( meri ). Mata pencahariaan dari penduduk desa ini mayoritas adalah sebagai petani, mereka menggarap sawah ataupun lading mereka dan sambil memelihara bebek.
Bebek dari dusun ini biasa disebut dengan bebek Mbentisan, dan sudah terkenal dikalangan pasar. Bebek ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu kualitasnya yang sangat bagus dibandingkan dengan bebek-bebek yang lain. Memang sangat unik bebek Mbentisan ini, bahkan dikatakan kuat karena dapat bertelur sampai sepuluh bulan. Dan karena bebek Mbentisan ini sangat terkenal, maka harganya pun lumayan sangat mahal. Jadi, ketika di pasar kita akan membeli telur bebek Mbentisan maka jangan kaget kalau harganya paling mahal dibandingkan dengan telur selain dari Mbentisan.
Dan sekarang untuk memperingati ataupun mengenang jasa dari ulama Sayyid Abdurrahman, maka setiap satu tahun sekali di desa sukomarto ini diadakan Grebeg Religi atau bisa juga disebut kirab religi. Grebeg Religi ini dilakukan setiap satu tahun sekali yaitu pada minggu kedua dari bulan Rabiul awwal atau bulan mauled. Grebeg Religi ini berisi beberapa kegiatan di antaranya:
1. Pengajian khol Simbah Kyai Tuan Sayyis Abdul
2. massal oleh para penduduk dusun Mbentis
3. Sedekah massal dengan 1000 ingkung bebek untuk orang-orang umum dan penduduk desa Sukomarto. Kirab dimulai dari balai desa Sukomarto menuju makam Simbah Kyai Tuan Sayyid Abdurrahman dan diikuti oleh seluruh warga desa Sukomarto.
4.Pentas seni tradisional yang ada di wilayah desa Sukomarto.
5.Lomba balap bebek dengan hadiah yang sangat menarik.
Grebeg Religi yang ada di desa Sukomarto ini memang sangat unik dan menarik. Grebeg ini menjadi aset budaya bagi penduduk desa Sukomarto. Selain itu Grebeg Religi ini juga sangat menguntungkan untuk para warga desa Sukomarto dan untuk warga desa lain yang ikut datang menyaksikan kirab 1000 ingkung bebek. Apalagi balapan bebek sungguh unik dan menarik perhatian warga asing untuk menyaksikan itu. Balapan bebek ini sangat menguntungkan bagi yang bebeknya ikut lomba, karena hadiahnya yang cukup menarik, seperti mendapat uang dan ada juga yang mendapat kambing. Kirab ini menggunakan bebek karena ulama Sayyid Abdurrahman sebagai pendiri dusun Mbentisan dulunya sangat menyukai bebek, dan juga menjadi peliharaannya. Bebek ini sangat menguntungkan bagi para pemeliharanya, pendapatan dari memelihara bebek ini bisa sampai ratusan ribu rupiah.(hal 179).
Kelebihan dari buku yang berjudul”SEJARAH DAN LEGENDA DESA di Temanggung, Magelang dan Semarang”. Setelah membaca buku tersebut saya dapat mengetahui bahwa buku tersebut sangat bermanfaat bagi pembaca yang berkalangan pemula karena bahasanya mudah dipahami.
Kritik untuk penulisan asal-usul dusun Mbentisan adalah kata-katanya yang masih banyak yang ditulis secara berulang-ulang dan kalau diteliti kembali pasti ada tradisi-tradisi yang belum ditulis dalam buku tersebut.
Biodata Buku:
Judul: Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang dan Semarang
Nama penulis : Tim PAI 1 B
Nama editor : Hamidulloh Ibda, M.Pd.
ISBN : 978-602-53552-7-1
Penerbit : CV. Pilar Nusantara
Tahun terbit : 2019
Cetakan dan tebal : 1, 21x14 cm, xiv + 301 Halaman
Harga : 55.000,00
Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam STAINU Temanggung
Kota Temanggung merupakan kabupaten yang memiliki banyak kecamatan dan desa. Sebuah Desa pasti tidak lepas dari asal-usul dari nama Desa tersebut. Ada banyak cerita tentang asal-usul dari sebuah Desa yang ada di Temanggung dan juga sudah tertulis dalam buku “ SEJARAH DAN LEGENDA DESA di Temanggung, Magelang dan Semarang “.
Selain cerita dari daerah masing-masing , juga banyak tradisi yang sangat patut untuk kita lestarikan. Salah satu dari tradisi atau warisan dari budaya adalah Grebeg Religi, yang ada di daerah jumo Temanggung.
Tradisi Grebeg religi berawal dari sejarah seorang ulama` yang sangat berperan dalam mengembangkan Agama Islam di Dusun Mbentisan. Seorang Ulama Sayyid Abdurrahman yang memiliki kesukaan memelihara peternakan bebek, bahkan para penduduk di desa ini juga mengikuti kesukaan dari ulama Sayyid Abdurrahman dengan memelihara bebek, hampir semua penduduk yang ada di desa ini mempunyai peternakan bebek atau ada juga yang memelihara bebek kecil ( meri ). Mata pencahariaan dari penduduk desa ini mayoritas adalah sebagai petani, mereka menggarap sawah ataupun lading mereka dan sambil memelihara bebek.
Bebek dari dusun ini biasa disebut dengan bebek Mbentisan, dan sudah terkenal dikalangan pasar. Bebek ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu kualitasnya yang sangat bagus dibandingkan dengan bebek-bebek yang lain. Memang sangat unik bebek Mbentisan ini, bahkan dikatakan kuat karena dapat bertelur sampai sepuluh bulan. Dan karena bebek Mbentisan ini sangat terkenal, maka harganya pun lumayan sangat mahal. Jadi, ketika di pasar kita akan membeli telur bebek Mbentisan maka jangan kaget kalau harganya paling mahal dibandingkan dengan telur selain dari Mbentisan.
Dan sekarang untuk memperingati ataupun mengenang jasa dari ulama Sayyid Abdurrahman, maka setiap satu tahun sekali di desa sukomarto ini diadakan Grebeg Religi atau bisa juga disebut kirab religi. Grebeg Religi ini dilakukan setiap satu tahun sekali yaitu pada minggu kedua dari bulan Rabiul awwal atau bulan mauled. Grebeg Religi ini berisi beberapa kegiatan di antaranya:
1. Pengajian khol Simbah Kyai Tuan Sayyis Abdul
2. massal oleh para penduduk dusun Mbentis
3. Sedekah massal dengan 1000 ingkung bebek untuk orang-orang umum dan penduduk desa Sukomarto. Kirab dimulai dari balai desa Sukomarto menuju makam Simbah Kyai Tuan Sayyid Abdurrahman dan diikuti oleh seluruh warga desa Sukomarto.
4.Pentas seni tradisional yang ada di wilayah desa Sukomarto.
5.Lomba balap bebek dengan hadiah yang sangat menarik.
Grebeg Religi yang ada di desa Sukomarto ini memang sangat unik dan menarik. Grebeg ini menjadi aset budaya bagi penduduk desa Sukomarto. Selain itu Grebeg Religi ini juga sangat menguntungkan untuk para warga desa Sukomarto dan untuk warga desa lain yang ikut datang menyaksikan kirab 1000 ingkung bebek. Apalagi balapan bebek sungguh unik dan menarik perhatian warga asing untuk menyaksikan itu. Balapan bebek ini sangat menguntungkan bagi yang bebeknya ikut lomba, karena hadiahnya yang cukup menarik, seperti mendapat uang dan ada juga yang mendapat kambing. Kirab ini menggunakan bebek karena ulama Sayyid Abdurrahman sebagai pendiri dusun Mbentisan dulunya sangat menyukai bebek, dan juga menjadi peliharaannya. Bebek ini sangat menguntungkan bagi para pemeliharanya, pendapatan dari memelihara bebek ini bisa sampai ratusan ribu rupiah.(hal 179).
Kelebihan dari buku yang berjudul”SEJARAH DAN LEGENDA DESA di Temanggung, Magelang dan Semarang”. Setelah membaca buku tersebut saya dapat mengetahui bahwa buku tersebut sangat bermanfaat bagi pembaca yang berkalangan pemula karena bahasanya mudah dipahami.
Kritik untuk penulisan asal-usul dusun Mbentisan adalah kata-katanya yang masih banyak yang ditulis secara berulang-ulang dan kalau diteliti kembali pasti ada tradisi-tradisi yang belum ditulis dalam buku tersebut.
Biodata Buku:
Judul: Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang dan Semarang
Nama penulis : Tim PAI 1 B
Nama editor : Hamidulloh Ibda, M.Pd.
ISBN : 978-602-53552-7-1
Penerbit : CV. Pilar Nusantara
Tahun terbit : 2019
Cetakan dan tebal : 1, 21x14 cm, xiv + 301 Halaman
Harga : 55.000,00
Tambahkan Komentar