Parakan tempo dulu (detik.com). |
Masalahnya, mengapa bagi orang luar Temanggung, Parakan lebih terkenal? Dan, seolah-olah menjadi "Kabupaten" sendiri. Untuk itu, berikut penjelasan dari akademisi STAINU Temanggung, Khamim Saifuddin dosen Sejarah Peradaban Islam yang berhasil diwawancarai.
"Secara historis, Parakan iku sama dengan Lasem, Kabupaten Rembang," katanya, Kamis (7/3/2019).
Lain halnya dengan Temanggung dan Parakan, ada beberapa daerah yang kadang lebih terkenal atau dikenal publik daripada kabupaten atau kotanya. Seperti contoh antara Kabupaten Grobogan dengan Purwodadi, Kabupaten Pati dengan Juwana, Blora dengan Cepu, Rembang dengan Lasem, Jepara dengan Karimunjawa, Kabupaten Semarang dengan Ungaran, Demak dengan Kadilangu atau Mranggen, Kendal dengan Kaliwungu, Brebes dengan Bumiayu, dan lainnya.
Khamim menjelaskan, bahwa ada akar historis yang mendasari Parakan lebih dikenal. Selain peran KH. Subkhi sebagai pelopor Bambu Runcing yang dikenal se Nusantara, ada beberapa alasan mendasar dalam sejarah di Temanggung.
"Sebelum ibukotanya Temanggung, dulu zaman Belanda, Parakan itu kawedanan," lanjut penulis buku biografi KH. Ilyas Kalipaing tersebut.
Pihaknya juga menganalisis, bahwa ada beberapa hal unik antara orang Temanggung dengan Parakan. "Temuan saya, sampai hari ini orang Parakan secara psikologis belum bisa welcome dengan orang Temanggung. Di bidang apapun, orang Parakan pasti tidak mau kalah dengan orang Temanggung," lanjut Kepala Lembaga Penjamin Mutu STAINU Temanggung tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, disebutkan bahwa Kabupaten Temanggung terdiri dari 20 kecamatan, 23 kelurahan, dan 266 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 769.843 jiwa dengan luas wilayah 837,71 km² dan sebaran penduduk 919 jiwa/km². Sedangkan Parakan sendiri bagian dari Kabupaten Temanggung.
Parakan Ibukota Temanggung
Tiap Kabupaten atau Kota, pasti memiliki pusat pemerintahan. Dalam sejarahnya, seperti dinukil dari detik.com, bahwa Parakan masih menjadi ibu kota Temanggung sebelum pecah Perang Jawa (Perang Diponegoro tahun 1820-an) dengan pemimpin pertamanya yaitu Tumenggung Soemodilogo.
Diketahui, bahwa peristiwa yang terkenal kala itu adalah pertempuran antara pasukan Tumenggung Soemodilogo melawan pasukan Diponegoro yang dipimpin oleh Sentot Alibasjah dan Kyai Maja dan diakhiri kekalahan pasukan Soemodilogo dengan dipenggalnya Mustaka Soemodilogo oleh pemimpin pasukan Diponegoro, yaitu Sentot Alibasjah tapi ada yang berkeyakinan bahwa eksekutornya adalah Kyai Maja.
Pertempuran tersebut merupakan bukti nyata politik Devide et Impera yang biasa dipraktekkan Belanda untuk menguasai dan mencengkeram daerah jajahannya.
Hingga sekarang alasan Tumenggung Soemodilogo memutuskan untuk melawan Pangeran Diponegoro masih merupakan misteri karena menurut cerita rakyat yang beredar diketahui bahwa Tumenggung Soemodilogo dan Pangeran Diponegoro masih memiliki hubungan darah karena masih sama-sama darah biru Mataram-Menoreh.
Usai perang jawa berakhir dan dimenangkan Belanda maka ibu kota Temanggung dipindahkan ke Kecamatan Temanggung (ibu kota kabupaten yang sekarang) dan keturunan Tumenggung Soemodilogo ditunjuk Belanda sebagai Bupati Temanggung pertama (peristiwa ini juga dijadikan peringatan ulang tahun kelahiran Kabupaten Temanggung).
Jika Anda berjalan-jalan di pusat Parakan maka Anda akan merasakan berada di masa lalu karena masih banyak dokar yang lalu-lalang di jalan dan masih menjadi mode transportasi favorit selain ojek. Terutama jika Si Penumpang membawa barang bawaan banyak.
Sayangnya, daerah ini tidak memiliki buah tangan khas tapi Anda bisa membeli sayuran segar dengan harga yang sangat murah dengan kualitas yang sangat baik.
Kiai Parak Bambu Runcing
Nama Parakan makin membumi ketika KH. Subchi atau KH. Subkhi diusulkan menjadi Pahlawan Nasional beberapa tahun ini. Dalam profilnya, buku "Karomah Para Kiai" yang ditulis Samsul Munir Amin (2008:134) menyebut KH. Subchi memiliki nama asli, kecill, atau nama lahir Mohamad Benjing,
Nama setelah berumah tangga R Somowardojo, Nama setelah haji menjadi Subchi/ Subki/ Subeki) merupakan tokoh nasional yang lahir di Parakan, Temanggung pada 31 Desember 1858 dan beliau meninggal di Parakan, Temanggung, 6 April 1959 pada umur 100 tahun.
KH. Subchi adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan penggagas senjata bambu runcing. Ia merupakan penasihat Barisan Bambu Runcing bersama dengan Kyai-kyaipengurus lain diantaranya K.H. Sumogunardho, K.H. M. Ali dan K.H. Nawawi.
Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Parakan, Temanggung. Senjata bambu runcing dan fotonya juga terpampang pada Vitrin Sudut I di Monumen Yogya Kembali Yogyakarta. Hal inilah yang menjadi Parakan lebih dikenal dari Temanggung.
Meski demikian, tidak ada perbandingan antara Temanggung dan Parakan. Temanggung tetaplah Temanggung sebagai Kabupatennya Parakan. Dan Parakan tetaplah Parakan sebagai bagian dari Kecamatannya Temanggung. Jadi tidak ada perdebatan antara Temanggung dan Parakan. Jika Anda memperdebatkan, njuk ngopo?
Tambahkan Komentar