Ilustrasi mystagogy resource center |
Oleh Ahmad Fauzi
Mazhab Frankfurt adalah kumpulan para filsuf yang berusaha memadukan secara eklektis berbagai varian tradisi pemikiran mulai dari Filsafat Kant, Hegel dan Marx, Sosiologi Weberian, Psikoanalisa Sigmund Freud atau Historisisme Dilthey dan lainnya. Dengan anggotanya, mulai dari Horkheimer, Adorno, Marcuse, Erich Fromm, Habermas dan seterusnya.
Mazhab Frankfurt merupakan salah satu gerakan revisionisme dalam Marxisme yang mengembalikan Marx pada kesadaran Hegelian. Neo-Marxist yang bersama Lukasc, Korsch, Ernest Bloch, atau Gramsci menyerang determinisme ortodoks yang menafikan otonomi kesadaran dan terlalu reduksionis memandang semuanya disederhanakan dalam satu impuls kekuatan material.
Salah satu manifesto Mazhab ini adalah menolak teori tradisional yang memisahkan antara Theoria (perenungan dan pemikiran) dan Praxis (tindakan). Menurut Habermas, Praxis tidak bisa dipahami hanya dalam bentuk dimensi kerja saja, tapi juga komunikasi inter-relasi. Praxis tidak bisa dipisahkan dari dimensi theoria karena keduanya satu dan saling melengkapi.
Medsos adalah wilayah komunikasi antar pribadi dan kolektif. Bergerak dan berbicara dalam ruang ini tidak bisa dikatakan hanya omong doang dan tidak memiliki aksi. Medsos telah menjadi public sphere yang memiliki daya tawar sangat kuat dalam banyak hal. Bahkan tidak jarang memiliki potensi seperti sejuta tangan dan kaki. Medsos bukan sekedar omong biasa, ia merupakan jelmaan praxis yang mampu menggerakan tubuh ribuan bahkan jutaan orang. Apalagi jika omongan medsos diresapi oleh theoria yang memberi nyawa dan otak juga ideologi bagi pembacanya yang siap bergerak dan bertindak.
Medsos bukanlah dunia maya. Ia sangat nyata. Pengaruhnya jelas dan terbukti sangat signifikan. Oleh karena itu, bagi mereka yang meremehkan omongan dalam medsos hanya bualan pepesan kosong sama saja meremehkan buku buku ilmu pengetahuan yang hanya berisi teori tanpa bisa bertindak dan berbuat.
Revolusi Perancis yang menjadi dasar kebebasan dunia takkan terjadi apabila Robespierre tidak membaca buku Social Contract Rousseau. Islam menjadi ajaran agama yang sangat berpengaruh di dunia ini berpusat pada buku kitab sucinya Al Quran.
Banyak ilmuwan hanya berpikir dalam tataran teoritis, mulai dari matematika hingga fisika dan sejenisnya. Mereka berkutat dalam bilangan rumus dan teori semata. Sehari hari dihabiskan dalam laboratorium bisu, tapi dunia banyak berubah hanya karena ide dan teori mereka yang sering tak bertangan dan berkaki.
Yang kita butuhkan adalah sinergi. Saling menunjang dan melengkapi. Bukan merasa paling efektif dan telah banyak berbuat sendiri.
Tambahkan Komentar