Suasana Seminar Nasional |
Temanggung, TABAYUNA.com – Dalam Seminar Nasional dan Call for Paper
Lembaga Bahasa STAINU Temanggung bertajuk “Peran Akademisi di Era Revolusi
Industri 4.0 dalam Mengembangkan IPTEKS” di aula STAINU Temanggung, Sabtu
(6/4/2019), Dosen S3 Politik Islam-Ilmu Politik, Pascasarjana, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Dr Hasse J, MA menegaskan bahwa akademisi khususnya di
STAINU Temanggung harus menjadi pioner dalam pengembangan IPTEKS.
Pihaknya menegaskan, bahwa perkembangan era Revolusi Industri
4.0 begitu pesat, dan mencerabut kehidupan termasuk agama dan nilai-nilai luhur
yang diwariskan ulama. “Seolah-olah, dunia virtual telah menggantikan peran
agama. Jika dulu orang ada orang mati ya datang takziyah, sekarang cukup kirim
gambar tanda duka, ini harus dijawab dan diantisipasi agar agama tidak
ditinggalkan generasi milenial,” beber jebolan Center for Religious and
Cross-cultural Studies (CRCS) Sekolah Pascasarjana UGM yang mewakili pembicara
Prof Irwan Abdullah tersebut.
Pihaknya berharap, bahwa akademisi perlu melakukan inovasi
terutama dalam mepertahankan nilai-nilai agama karena saat ini eranya adalah
pos truth, antara yang hoaks dengan yang benar beda tipis. “Kita perlu bekerja
kolektif, baik melalui pengembangan IPTEKS maupun melakukan inovasi dalam
mempertahankan nilai-nilai agama,” beber pria kelahiran Bolabulu, Sidrap 09
September 1976 tersebut.
Dalam menjawab era pos truth ini, menurut pria
tersebut, akademisi harus mengomparasikan agama dan teknologi. Sebab, kata dia,
saat ini agama dan teknologi sangat berpotensi dijadikan propaganda asing
khususnya penyebaran fitnah, ujaran kebencian, bahkan radikalisme.
Sementara itu, dosen Universitas Negeri Semarang Dr. Rochmad,
MSi sebagai pembicara kedua mengatakan, untuk menjawab era Revolusi Industri
4.0 membutuhkan beberapa pendekatan. “Dalam pembelajaran, kita harus melakukan
blended learning, pembelajaran berbasis daring. Ini harus dilakukan dan sudah
dapat dilakukan karena boleh di atas lima puluh persen perkuliahan dengan
memanfaatkan teknologi yang ada seperti SPADA,” beber dosen asal Temanggung
tersebut.
Pihaknya juga menambahkan, akademisi harus dapat melakukan perkuliahan
yang mengarah pada skill abad 21. “Selain itu, akademisi baik itu dosen
atau mahasiswa harus dapat menerapkan berpikir kritis, berpikir logis, dan
berpikir kreatif sesuai gradasinya,” tandasnya dalam seminar yang dimoderatori
Kaprodi PGMI STAINU Temanggung Hamidulloh Ibda tersebut.
Untuk menjawab Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, menurut
Rochmad, akademisi harus memperkuat agama dengan cara memahaminya dengan benar.
“Selain teknologi, kita harus bernalar, berlogika, bahkan akademisi harus punya
amalan berupa hafalan Asmaul Husna, bahkan hafalan Quran sebagai solusi untuk
menjawab era Revolusi Industri 4.0 ini, karena yang fisik itu pastik digerakkan
yang metafisik,” beber dia.
Hadir dalam seminar itu Ketua STAINU Temanggung Dr. H. Muh Baehaqi,
MM dan jajarannya serta ratusan mahasiswa, dan puluhan dosen, guru, akademisi
yang telah mengikuti presentasi artikel hasil riset dalam Call for Paper yang
dirangkai dalam kegiatan tersebut. (TB44).
Tambahkan Komentar