Oleh Zakiyatul Mukaromah
Mahasiswa PAI 2 B STAINU Temanggung
Pemilu tahun 2019 menjadi pemilu yang sangat bersejarah bagi banga Indonesia. pemilu yang mengahabiskan anggaran negara sebesar 4 T ini merupakan pemilu terberat dalam sejarah Pemilu bangsa Indonesia. Hingga saat ini tensi politik dikalangan politikus dan masyarakat belum juga menurun.
Ramadhan menjadi bulan yang sangat pas untuk menurunkan panasnya politik dan menjadi ajang untuk kembali merajut tali silaturrahmi.
Tingginya Tensi Pemilu 2019
Ramadhan 1440 H
Pemilu 2019 baru saja rampung. Pemilu ini berlangsung secara meriah di seluruh Indonesia yang berlangsung pada Rabu 17 April 2019 lalu. Seluruh warga negara berupaya untuk menjaga keutuhan, ketentraman, dan kedamaian , dimana bisa kita lihat politik kali ini begitu panas dan membara.
Pemilu yang diikuti oleh 16 Partai politik ini semakin meriah ketika setiap warga diharuskan untuk menuangkan 5 hak suaranya yaitu suara untuk presiden dan wakil presiden, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten atau kota, dan DPD RI.
Yang paling menarik di pemilu tahun ini adalah hadirnya calon yang sama untuk memperebutkan kursi yang sama. Tentu saja, perebutan kursi presiden dan wakil presiden untuk jabatan 2019-2024 manjadi hal yang sangat ditunggu oleh masyarakat. tagar-tagar ganti presiden maupun tagar tidak ganti presiden banyak bermunculan di kalangan masyarakat, bahkan tak tak sedikit mereka menyuarakan hak mereka di ranah umum.
Paslon urut 01 maupun urut 02 sama-sama memiliki visi dan misi yang sangat baik. Keduanya putra terbaik bangsa. Dan keduanya sama sama memiliki pendukung yang kuat.
Sekalipun pemilu telah selesai diselenggarakan, namun tensi politik sesama paslon maupun pendukung masih tinggi hingga muncul berbagai konflik dalam masyarakat. Dari kedua kubu bersikeras mengawal perhitungan suara dengan seksama. Tujuan ini dilakukan tak lain untuk mengawal KPU dalam perhitungan suara dan menghindari kecurangan yang mungkin terjadi selama perhitungan berlangsung.
Seluruh kompenen masyarakan harus bekerja sama dalam menjaga kedamaian pasca pemilu ini. Tidak termakan berita hoax, Tidak mudah terprofokasi dan tetap menjaga persaudaraan walaupun beda pilihan merupakan hal dasar yang bisa dilakukan dalam menurunkan tensi politik.
Hingga kini KPU masih melaksanakan perhitungan suara untuk tingkat Nasional. Sehingga sebagai warga negara yang baik yang tau mekanisme hukum dan juga aturan undang-undang, diharapkan kepada seluruh masyarakan untuk menerima segala hasil ahir keputusan KPU dan tetap menjaga kedamain selama proses perhitungan suara berlangsung.
Ramadhan 1440 H ajang penurun tensi politik
Ramadhan merupakan bulan paling mulia dalam agama islam. Dimana dalam bulan ini seluruh umat islam diseluruh dunia menyambut dengan suka, tak terkecualai Indonesia. Diawali dengan saling memaafkan dan memperkuat silaturrahmi merupakan tradisi masyarakat bangsa Indonesia dalam menyambut bulan penuh berkah ini.
Ramadahn 1440 H jatuh pada 6 mei 2019 M. Sesaat setelah pemilu yang berlangsung pada 17 april 2019. Ramadhan kali ini digadang-gadang sebagai ramadhan penurun tensi politik setelah proses Pemilu 2019 berlangsung. Bagi kubu manapun seharusnya bisa menghindari gerakan yang bersifat inskonstitusional, karena sifat inilah yang bisa menimbulkan konflik di masyarakat. baik kalah maupun menang merupakan hal yang pasti dalam suatu pertandingan. Sehingga bagi setiap caleg harus bisa menerima dan siap mengikuti mekanisme hukum yang ada.
Ramadhan kali ini menjadi ajang yang sangat komperatif untuk menurunkan tensi politik yang masih tinggi. Dalam bulan ramadhan seharusnya seluruh masyarakat pendukung maupun para calon legeslatif menjalin kembali tali silaturrahmi.
Menunjukan sikap pendidikan politik yang tinggi merupakan cerminan bangsa yang cerdas. Sehingga sebagai warga negara yang taat hukum kita seharusnya menunggu keputusan KPU sebagai tokoh utama yang memiliki panggung, dan tetap mengawal demokrasi agar tetap terjaganya kedamaian bangsa, tanpa membuat onar yang memecah belah bangsa.
Tambahkan Komentar