Ilustrasi |
Oleh Chafidhotun Nisa
Mahasiswi PAI STAINU Temanggung
Pemilihan Umum (Pemilu) bukanlah kata
yang asing ditelinga rakyat Indonesia. Bahkan saat ini menjadi hal yang sangat
menarik untuk diperbincangkan di berbagai golongan. Mulai anak sekolah,
mahasiswa, pengusaha, hingga para pegawai pemerintah. Lebih-lebih mengenai
pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia. Seseorang yang memegang
kendali penuh sekaligus pemimpin tertinggi di negara kita ini.
Presiden Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala
negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan,
Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden dan Wakil
Presiden menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.
Pemilih cerdas
Menentukan pilihan mengenai siapakah yang
akan memimpin Indonesia lima tahun ke
depan memang bukanlah perkara yang mudah. Butuh pertimbangan dalam menentukan
suatu pilihan. Begitupun yang seharusnya rakyat Indonesia lakukan. Tidak hanya
sekedar menggunakan hak suara demi menjalankan kewajiban. Maka tak hanya
pemimpin yang cerdas, Indonesia juga butuh pemilih yang cerdas. Cerdas dalam
menggunakan hak pilihnya. Karena satu suara rakyat sangat berpengaruh bagi
kelanjutan Indonesia di masa mendatang. Sebagai pemilih yang cerdas sudah
seharusnya kita mengetahui hak dan kewajiban kita sebagai pemilih.
Dalam proses demokrasi,
tiap warga negara mempunyai beberapa hak yang melekat dalam dirinya, yaitu
mengikuti proses pemilu, mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, memilih wakil
rakyat, mendirikan dan menjadi anggota partai politik. Selain itu juga mendapatkan perlakuan dan pelayanan yang sama dalam proses Pemilu, menggunakan hak
pilihnya secara bebas dan bertanggung jawab tanpa adanya paksaan maupun tekanan
pihak lain.
Mendapat perlindungan dari negara atas
pelaksanaan hak-hak yang dimilikinya. Adapun kewajiban warga negara
dan proses demokrasi antara lain melaksanakan hak pilihnya secara bebas dan
bertanggung jawab, mengembangkan sikap toleransi dan tenggang rasa terhadap
sesama.
Mengetahui saja tidak
cukup, jadi sudah seharusnya kita menerapkan hak dan kewajiban tersebut. Berperan dalam proses pemilu atau pesta demokrasi. Tak cukup sebagai
pemilih dalam pemilu, namun juga sebagai pengawas berjalannya pemerintahan.
Apakah mereka yang akhirnya terpilih mampu menjalankan janji-janji manis
mereka. Atau justru berleha-leha seolah-olah tak pernah menebar janji. Apakah
visi misi mereka dapat terlaksana dengan baik atau tidak?
Siapa Pemenangnya?
Semua rakyat Indonesia pasti tidak asing
lagi dengan kedua kandidat calon presiden Indonesia, Jokowi dan Prabowo. Dua orang dengan latar belakang yang sangat berbeda. Jokowi dengan
masa kecilnya dari keluarga sederhana. Bahkan kediamannya sempat digusur hingga
tiga kali. Namun hal ini tidak mematahkan semangat beliau dalam belajar. Hingga
beliau berhasil menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada.
Berbeda dengan Prabowo yang dilahirkan dari
keluarga berada. Ayahnya seorang pakar Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno
dan Soeharto. Ia menempuh pendidikan kemiliteran di Akademi Militer Magelang,
kemudian lulus pada tahun 1974 dari Akademi Militer. Tahun 1976, ia ditugaskan sebagai Komandan
Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan
ditugaskan sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur.
Meski memiliki latar belakang yang berbeda,
keduanya telah memiliki banyak pengalaman dalam dunia politik. Jokowi memulai
dunia politiknya sebagai walikota Surakarta, kemudian menjabat sebagai Gubernur
DKI Jakarta, hingga akhirnya terpilih menjadi Presiden Indonesia ke tujuh.
Sedangkan Prabowo yang terjun ke dunia politik dengan mendirikan partai politik
yaitu Gerindra (Gerakan Indonesia Raya).
Memilih satu di antara mereka bukanlah
perkara mudah, meskipun dengan berbagai pertimbangan. Karena keduanya sama-sama
memiliki pengalaman yang tidak sedikit. Selama 4,5 tahun Indonesia telah
melihat bagaimana saja kerja Jokowi sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan. Telah banyak yang beliau lakukan bagi Indonesia. Begitupun dengan
Prabowo yang telah berperan dalam pertahanan dan keamanan negara Indonesia
sebagai TNI.
Tidak ada paksaan bagi warga negara
Indonesia dalam memilih salah satu dari kedua kandidat calon prediden. Yang ada
hanya tanggung jawab bersama dalam menentukan pemimpin bagi Indonesia. Semua
berhak menyuarakan pendapatnya. Entah itu Jokowi maupun Prabowo? Kita hanya
perlu menjadi pemilih cerdas yang bertanggung jawab untuk Indonesia hebat ke
depannya.
Sebagai pemilih cerdas kita patut
meramaiakan pesta demokrasi dengan menggunakan hak pilih kita. Kita tunggu
siapa pemimpin Indonesia 2019-2024. Apakah Indonesia memilih kembali mengulang
pemerintahan Jokowi atau justru memilih dunia baru dengan memilih Prabowo?
Tambahkan Komentar