Kyoto, TABAYUNA.com – Musim Panas di Jepang merupakan momen perayaan kebudayaan bagi masyarakat Jepang. Momen ini tidak dilewatkan oleh PPI Kyoto-Shiga, didukung oleh KJRI Osaka, Rumah Budaya KBRI Tokyo, dan Asosiasi Persahabatan Jepang Indonesia di Kyoto untuk ikut memeriahkan bulan-bulan penuh keceriaan ini dengan menyelenggarakan festival budaya nusantara bertajuk Malam Indonesia.
“Kopi dan Ocha” serta sister-city “Yogyakarta dan Kyoto” diangkat menjadi tema utama dalam pagelaran seni, workshop batik, dan festival kuliner kali ini. Melalui Malam Indonesia 2019, PPI Kyoto-Shiga mengeksplorasi romantisme benang merah (akai-ito) yang menyambungkan hubungan persahabatan antara Indonesia dan Jepang. Benang merah tersebut tersirat dalam ekspresi keramahtamahan di Yogyakarta dan Kyoto, yang walaupun terpisah 5,767 km tetapi memiliki kemiripan dalam mengekspresikan kedekatan individu dengan selalu menyuguhkan kopi atau teh sembari bertukar cerita dan mengobrol santai.
“Di kemeriahan Musim Panas dan merayakan Perayaan Hari Kemerdekaan ke 74 mengadakan pagelaran seni ini. Namun, ada pesan terselubung dari diambilnya tema kopi ini dimana kami ingin memperkenalkan kopi Indonesia ke masyarakat Jepang. Kami berharap dari penyelenggaraan acara ini selain bisa menambah kecintaan akan budaya Indonesia serta dapat membuka potensi ekspor kopi Indonesia ke Jepang” jelas Eko Heru Prasetyo, Ketua PPI Kyoto-Shiga. Pentas Budaya Malam Indonesia 2019 dimulai dengan pertunjukkan semi-drama yang menceritakan gadis asal Kyoto, Akari dan temannya dari Yogyakarta, Cahyo, saat meminum rangkaian Kopi Nusantara, dan Teh Jepang di Angkringan Bang Roy dengan mengambil skenario romantisme Yogyakarta. Penampilan seni ini menceritakan pengalaman Akari ketika berlibur ke Indonesia dan merasakan kekayaan budaya Indonesia dari rasa Kopi yang ia cicipi dan melalui visualisasi tarian-tarian Nusantara.
Pengalaman ini semakin terjelaskan dengan baik ketika Cahyo ikut hadir duduk bersama dan bercengkrama dengan Akari. Penampilan ini ditutup dengan pengalaman Cahyo mencicipi Ocha dan merasakan kesamaannya dengan di Kyoto. Melibatkan lebih dari 20 penampil baik dari Jepang dan Indonesia, program ini meninggalkan kesan yang dalam kepada masyarakat Jepang.
Dibuka dengan fashion show karya anak bangsa dari Emma Damayanti (Rumah Betawi), A.R.A, dan Udha (Kyoto University of Art and Design) yang menuangkan keindahan budaya Indonesia dan Jepang dalam koleksi bajunya. Acara turut diramaikan dengan pertunjukkan Angklung dari diaspora Indonesia dan masyarakat Jepang di Kyoto. Selain itu dengan semangat bersinergi untuk Indonesia yang lebih menggema di Jepang, di Malam Indonesia 2019, PPI Kyoto-Shiga juga menyuguhkan hands-on experience unik yang dituangkan dalam Eco-Friendly Batik Workshop persembahan Yayasan Ekonomi Biru Indonesia. Dalam workshop ini memberikan pengalaman langsung kepada pengunjung.
Merayakan Hari Kemerdekaan dengan Kekayaan Kuliner Nusantara Kemeriahan acara pagelaran seni Malam Indonesia di Kyoto juga diramaikan dengan Festival Kuliner Indonesia yang diadakan di 17 kota se-Jepang oleh PPI Jepang dan didukung oleh Rumah Budaya Indonesia KBRI Tokyo pada tanggal 12-18 Agustus 2019 dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke-74. Festival yang diadakan secara nasional di Jepang ini dibuka secara resmi di Kyoto oleh Konsul Mirza Nurhidayat dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia Osaka (KJRI Osaka) ditemani oleh Atase Kebudayaan dan Pendidikan KBRI Tokyo, Ketua PPI Jepang, dan Ketua PPI Kyoto-Shiga.
“Festival Kuliner Indonesia 2019 diadakan sebagai bentuk kontribusi dari PPI Jepang sebagai diaspora Indonesia di Jepang untuk memperkenalkan Indonesia melalui kekayaan kuliner Nusantara di momen perayaan Kemerdekaan RI dan tahun ini lebih spesial karena diadakan di 17 komisariat lokal PPI Jepang” tutup Syaban Mohammad selaku Ketua PPI Jepang.
Festival Kuliner Indonesia 2019 menyajikan menu olahan nasi serta Kopi dari Indonesia yang akan disajikan kepada masyarakat Indonesia dan Jepang. Acara ini menargetkan menghadirkan 1,800 publik Jepang dan turut merasakan kemeriahan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-74. (tb44/Hms).
“Kopi dan Ocha” serta sister-city “Yogyakarta dan Kyoto” diangkat menjadi tema utama dalam pagelaran seni, workshop batik, dan festival kuliner kali ini. Melalui Malam Indonesia 2019, PPI Kyoto-Shiga mengeksplorasi romantisme benang merah (akai-ito) yang menyambungkan hubungan persahabatan antara Indonesia dan Jepang. Benang merah tersebut tersirat dalam ekspresi keramahtamahan di Yogyakarta dan Kyoto, yang walaupun terpisah 5,767 km tetapi memiliki kemiripan dalam mengekspresikan kedekatan individu dengan selalu menyuguhkan kopi atau teh sembari bertukar cerita dan mengobrol santai.
“Di kemeriahan Musim Panas dan merayakan Perayaan Hari Kemerdekaan ke 74 mengadakan pagelaran seni ini. Namun, ada pesan terselubung dari diambilnya tema kopi ini dimana kami ingin memperkenalkan kopi Indonesia ke masyarakat Jepang. Kami berharap dari penyelenggaraan acara ini selain bisa menambah kecintaan akan budaya Indonesia serta dapat membuka potensi ekspor kopi Indonesia ke Jepang” jelas Eko Heru Prasetyo, Ketua PPI Kyoto-Shiga. Pentas Budaya Malam Indonesia 2019 dimulai dengan pertunjukkan semi-drama yang menceritakan gadis asal Kyoto, Akari dan temannya dari Yogyakarta, Cahyo, saat meminum rangkaian Kopi Nusantara, dan Teh Jepang di Angkringan Bang Roy dengan mengambil skenario romantisme Yogyakarta. Penampilan seni ini menceritakan pengalaman Akari ketika berlibur ke Indonesia dan merasakan kekayaan budaya Indonesia dari rasa Kopi yang ia cicipi dan melalui visualisasi tarian-tarian Nusantara.
Pengalaman ini semakin terjelaskan dengan baik ketika Cahyo ikut hadir duduk bersama dan bercengkrama dengan Akari. Penampilan ini ditutup dengan pengalaman Cahyo mencicipi Ocha dan merasakan kesamaannya dengan di Kyoto. Melibatkan lebih dari 20 penampil baik dari Jepang dan Indonesia, program ini meninggalkan kesan yang dalam kepada masyarakat Jepang.
Dibuka dengan fashion show karya anak bangsa dari Emma Damayanti (Rumah Betawi), A.R.A, dan Udha (Kyoto University of Art and Design) yang menuangkan keindahan budaya Indonesia dan Jepang dalam koleksi bajunya. Acara turut diramaikan dengan pertunjukkan Angklung dari diaspora Indonesia dan masyarakat Jepang di Kyoto. Selain itu dengan semangat bersinergi untuk Indonesia yang lebih menggema di Jepang, di Malam Indonesia 2019, PPI Kyoto-Shiga juga menyuguhkan hands-on experience unik yang dituangkan dalam Eco-Friendly Batik Workshop persembahan Yayasan Ekonomi Biru Indonesia. Dalam workshop ini memberikan pengalaman langsung kepada pengunjung.
Merayakan Hari Kemerdekaan dengan Kekayaan Kuliner Nusantara Kemeriahan acara pagelaran seni Malam Indonesia di Kyoto juga diramaikan dengan Festival Kuliner Indonesia yang diadakan di 17 kota se-Jepang oleh PPI Jepang dan didukung oleh Rumah Budaya Indonesia KBRI Tokyo pada tanggal 12-18 Agustus 2019 dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke-74. Festival yang diadakan secara nasional di Jepang ini dibuka secara resmi di Kyoto oleh Konsul Mirza Nurhidayat dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia Osaka (KJRI Osaka) ditemani oleh Atase Kebudayaan dan Pendidikan KBRI Tokyo, Ketua PPI Jepang, dan Ketua PPI Kyoto-Shiga.
“Festival Kuliner Indonesia 2019 diadakan sebagai bentuk kontribusi dari PPI Jepang sebagai diaspora Indonesia di Jepang untuk memperkenalkan Indonesia melalui kekayaan kuliner Nusantara di momen perayaan Kemerdekaan RI dan tahun ini lebih spesial karena diadakan di 17 komisariat lokal PPI Jepang” tutup Syaban Mohammad selaku Ketua PPI Jepang.
Festival Kuliner Indonesia 2019 menyajikan menu olahan nasi serta Kopi dari Indonesia yang akan disajikan kepada masyarakat Indonesia dan Jepang. Acara ini menargetkan menghadirkan 1,800 publik Jepang dan turut merasakan kemeriahan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-74. (tb44/Hms).
Tambahkan Komentar