Ilustrasi bbc |
Kekecewaan para pengikut Rizieq Shihab (FPI, GNPF Ulama dan PA 212) terhadap rekonsiliasi (ishlah) yang dilakukan Prabowo kepada Jokowi langsung disamber HTI dengan mengundang Plt. PA 212 Asep Syarifuddin pada forum diskusi di Gedung Joeang 45 Cikini kemarin 18 Juli 2019. Diskusi yang menampilkan pembicara resmi HTI yaitu Juru Bicara M. Ismail Yusanto dan wakilnya Farid Wadji sebagai moderator ditambah jurnalis senior yang berbau HTI, Usman Asy’ari.
HTI melihat rasa kecewa para pengikut Rizieq Shihab ini dapat di-trigger menjadi emosi bersama melawan demokrasi, pemerintah Jokowi dan NKRI dengan menegakkan Khilafah.
Terlepas dari Khilafah yang diperjuangkan HTI sebenarnya berbeda dengan yang dimaksud Rizieq Shihab dan pengikutnya, HTI setidaknya mendapatkan kembali “teman” seperjuangan yang sempat “sesat” di jalan demokrasi karena turut serta mendukung pasangan 02.
Keahlian HTI membaca situasi politik dan kepandaian mereka melipat isi hati di balik retorika Jubirnya membuat masyarakat sulit tercium maksud HTI mengadakan acara diskusi tersebut.
Sebenarnya di tengah derasnya asprasi masyarakat agar pemerintah segera menangkap tokoh-tokoh HTI, HTI terus berjuang untuk mendapat perlindungan dan pertolongan dari pihak-pihak yang dianggap bisa melakukannya. Harapan HTI agar FPI, GNPF U dan PA 212 mau melindungi mereka ketika pemerintah menangkap mereka.
Saya pikir harapan begini sangat berlebihan sebab para pengikut Rizieq Shihab memiliki agenda sendiri yang lebih urgen dan mendesak yaitu memulangkan Rizieq Shihab ke tanah air dengan selamat dari segala tuntutan hukum. Oleh karena itu pernyataan Plt. PA 212 Asep Syarifuddin bahwa Khilafah akan tegak 2024 tidak lebih sebagai pemanis bibir di depan orang-orang HTI.
FPI, GNPF U, PA 212 dan HTI sangat sulit berkoalisi menuju tegaknya Khilafah 2024. Bukan hanya soal konsep dan definisi Khilafah antara mereka berdua yang berbeda akan tetapi seperti yang saya tulis dalam tulisan saya yang berjudul “Pasang Surut Hubungan FPI dan HTI”, perbedaan para pengikut Rizieq Shihab dan Atha Abu Rusytah sangat fundamental.
Sejarah hubungan FPI dan HTI juga buruk. FPI sudah punya pengalaman pahit dikadali HTI waktu Insiden Monas 2008 dan keluarnya HTI dari FUI. HTI sangat ingin rekonsiliasi dengan FPI, karena mereka butuh teman pelindung.
Mereka tidak mau sendirian menjadi bulan-bulanan penguasa. Namun FPI sepertinya enggan masuk lubang sama untuk keduakalinya. Unsur utama PA 212 adalah FPI. Sikap PA 212 pasti mengikuti sikap FPI.
Koalisi HTI dengan kelompok manapun tidak akan terwujud karena Amir Hizbut Tahrir sendiri melarang hal tersebut. Amir Hizbut Tahrir dalam suratnya pasca Insiden Monas 2008 mengatakan bahwa HTI harus menjadi pemimpin bagi ormas-ormas yang lain.
HTI dilarang melebur, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan ormas lain. HTI harus menjadi imam bagi ormas-ormas Islam yang lain. Mana ada ormas Islam di muka bumi ini mau menjadi makmum HTI!
Oleh karena itu santai saja merespon pernyataan Plt PA 212 Asep Syarifuddin bahwa 2024 Khilafah tegak di Indonesia. Saya yakin 2024 Khilafah tidak akan tegak.
Bandung, 19 Juli 2019
Pengurus LD PWNU Jabar. Ketua LTN NU Kota Bandung
Tambahkan Komentar