Ilustrasi: Sekretaris PWNU Jawa Tengah KH. Hudallah Ridwan Naim |
Ada tiga hal yang perlu ditekankan untuk menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama (NU). Pertama adalah ideologisasi. Perlu penguatan ideologi Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah di semua lini, di semua sektor dan di semua tingkatkan. Perlu menanamkan kebanggaan kepada NU.
“Jangan sampai ikut organisasi para ulama, kiai, yang didirikan Hadratussyaikh Hasyim Asyari tidak merasa senang, kok malah merasa terbebani mengurus NU. Maka ideologisasi ini menjadi sangat penting,” tegas Gus Huda.
Kedua, penguatan kelembagaan. “Semangat ideologisasi ini harus disalurkan melalui proram-program dan kegiatan-kegiatan dalam bingkai kelembagaan. Sehingga program-program itu tercapai secara optimal dan berkelanjutan,” katanya.
Beberapa waktu ini, lanjutnya, saya keliling di beberapa pasar, di beberapa kecamatan utamanya di Pasar Mranggen, karena saya dari Mranggen. “Saya menemukan, ada beberapa orang, penjual sayur yang statusnya dia warga NU, masih berhutang pada rentenir, seratus ribu untuk beli sayur pagi hari, nanti untuk jualan, nanti siangnya sudah ditagih lagi. Ini masih terjadi di masyarakat kita. Kalau tidak percaya, silakan survei di pasar-pasar desa maupun pasar-pasar kecamatan,” tegasnya.
Maka pihaknya berharap, pengurus MWC NU di masing-masing daerah untuk dapat memanfaatkan iuran secara sederhana untuk menuntaskan problem tersebut. Jika satu MWC NU ada anggota 25 ribu orang dan iuran Rp 1 ribu saja, maka sudah ada Rp 25 juta. “Jika saat ini ada orang kecil tidak dapat makan karena tidak punya uang, itu dosanya siapa? Jika ada anak kecil tidak bisa sekolah, siapa yang berdosa?” tegasnya.
Ketika ada orang pindah ideologi karena uang, katanya, ini dosa siapa?
Mengapa ini tidak dapat teratasi, katanya, karena kita tidak dapat berorganisasi dengan baik, dan ini adalah kelemahan kelembagaan. “Jangan artikan ketika Rasulullah SAW bersabda; ‘Tidaklah sempurna iman seorang mukmin, ketika ia malam dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya dalam keadaan.’ Ini jangan diartikan secara tekstual, dan tetangga kita yang kelaparan harus dituntaskan secara kelembagaan,” katanya.
Artinya, dalam kelembagaan itu dapat menjamin kondisi ekonomi masyarakat maupun anak yang putus sekolah. "Kelembagaan itu penting untuk menjamin masalah itu dan menjamin secara berkelanjutan," jelasnya.
Di dalam kelembagaan, lanjutnya, ada manajemen, ada rencana, ada pembukuan. “NU akan ada sampai kiamat, sedangkan umur kita tidak panjang. Maka kita harus melahirkan sistem di NU yang baik, melahirkan sistem kelembagaan yang bagus, nanti siapapun yang meneruskan akan baik dan akan menjadi amal jariyah kita semuanya,” tegasnya.
Pihaknya berpesan, bahwa apapun tugas di NU khususnya di LAZIZNU bukanlah beban. “Ini adalah kenikmatan dari Allah, karena jenengan semua diberi kesempatan oleh Allah untuk khidmah dengan umatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan suatu kehormatan, kenikmatan, karena dapat memberi manfaat bagi manusia lain, khoirunnas anfauhum linnas, tapi itu semua harus dijawab dengan kelembagaan, sistem, dan manajemen bagus,” katanya.
Ketiga, kita perlu melakukan sinergitas. “Baik itu internal NU, di luar NU, sinergitas menjadi penting. Sinergitas menjadi penting, sehingga antara Cabang, MWC, Ranting ketika dapat bersinergi, akan menjadi kekuatan besar,” bebernya.
Hal itu menurut Gus Huda sesuai perintah Nabi Muhammad, bahwa kekuatan Allah akan diberikan selama manusia masih mau berjamaah. “Maka ini kami terjemahkan ke dalam sinergitas, kerjasama, baik internal, maupun eksternal, lintas lembaga, baik antara PBNU, PCNU, MWCNU, Ranting, Anak Ranting, dan semua lembaga NU harus bersinergi,” tegasnya.
Saya yakin, lanjutnya, dengan tiga strategi ini, insyaallah kita akan masuk Satu Abad NU dengan memberikan kemanfaatan, memberikan pelayanan kepada warga NU, umatnya Nabi Muhammad SAW.
“Intinya, tiga hal itu mulai dari penguatan ideologisasi, penguatan kelembagaan, sinergitas atau persatuan dan kerjasama,” tutupnya. (tb44/HI).
Tambahkan Komentar