Suasana diskusi |
Purwokerto, TABAYUNA.com - LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah membahas strategi komunikasi program pendidikan
inklusif bersama Savica, Yayasan Jamur Dipa, dan LP Ma’arif PCNU Banyumas.
Diskusi dilakukan di sekitar alun-alun Purwokerto usai mengikuti kegiatan
kampanye pendidikan inklusif bersama Fatayat NU Banyumas, hari Ahad tanggal 8
September 2019.
Savica yang merupakan konsultan
komunikasi Unicef hadir di Banyumas untuk memperoleh informasi dan masukan
terhadap penerapan strategi komunikasi dalam berbagai kegiatan untuk mempromosikan
inklusi disabilitas dan pendidikan inklusif di wilayah kerja mitra pelaksana,
termasuk LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.
Tim dari Savica, Vida A Parady,
mengemukakan bahwa Savica berharap ada masukan mengenai hal-hal yang perlu
ditingkatkan untuk penerapan strategi komunikasi yang efektif dalam mencapai
tujuan program. “Mengenai penggunaan pesan-pesan pokok, siapa saja kelompok
sasaran, melalui saluran apa saja dalam menyampaikan pesan, kendala yang
mungkin dihadapi, serta sejauh mana penerapan program berjalan," jelas
Vida.
Tri Mulyanto dari Yayasan Jamur
menyampaikan bahwa rencana pelaksanaan kampanye pendidikan inklusif melibatkan
kader PKK atau Posyandu. Dari kegiatan kampanye atau sosialisasi ini diharapkan
akan tercetak kader-kader relawan yang akan mendampingi desa peduli anak
berkebutuhan khusus (ABK), dan di tiap kecamatan secara bertahap akan terbentuk
ABK center yang akan melayani terapi dan konsultasi gratis. “Diharapkan orang
tua ABK bisa mendapatkan layanan konsultasi dan terapi gratis, tidak perlu ke
rumah sakit yang membutuhkan biaya mahal," katanya.
LP Ma’arif PCNU Banyumas yang
diwakili Mujiburrohman menuturkan bahwa berkonsentrasi pada guru, yayasan, dan
komite madrasah dan sekolah sebagai sasaran kampanye. Manfaat yang didapatkan dari
kampanye ini tumbuh kesadaran di tingkat lembaga pendidikan untuk memberikan
kesempatan dan pelayanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus (ABK).
“Harapannya anak-anak ABK bisa diterima dengan baik untuk belajar di madrasah
dan sekolah reguler," tuturnya.
Program Officer Kemitraan LP
Ma’arif PWNU Jawa Tengah dan Unicef, Miftahul Huda, menjelaskan bahwa di
Banyumas LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah menggandeng tiga mitra kampanye yang
memiliki sasaran yang berbeda. “Fatayat lebih fokus pada ibu-ibu muda, Ma’arif
Banyumas konsentrasi pada para guru dan komunitas pendidikan, serta Yayasan
Jamur Dipa lebih kepada kader penggerak PKK dan Posyandu. Saya kira penyebaran
informasi akan lebih lengkap dan menyeluruh,” tegasnya.
Lebih jauh, dia menjelaskan bahwa
tim juga melakukan komunikasi dengan pemangku kebijakan di daerah seperti
Bupati, Bappeda, Dinas Pendidikan, Kemenag. Komunikasi juga dilakukan kepada
pengurus NU dan jajarannya. Keterlibatan semua pihak dibutuhkan agar program
inklusi cepat diterima dan diterapkan. “Sekolah-madrasah, orang tua,
masyarakat, dan pemerintah harus sama pemahamannya,” lanjutnya yang juga
sebagai pengurus bidang kerjasama antara lembaga LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah. (tb44/Hi).
Tambahkan Komentar