Semarang, TABAYUNA.com - Dalam rangka menumbuhkembangkan dan
meningkatkan kulitas literasi di Jawa Tengah, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif
PWNU Jawa Tengah melaunching logo Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) pada Ahad
(6/10/2019). Launching logo itu dihadiri pengurus dan sejumlah guru, dosen, di
kantor LP Ma’arif PWNU Jateng di sela-sela sidang pleno kurikulum Aswaja
Annahdliyah.
Dalam kesempatan
itu, Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah R. Andi Irawan mengatakan bahwa literasi
merupakan program prioritas LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah periode ini. “Komitmen
ini berangkat dari keprihatinan terhadap krisis dan rendahnya tingkat literasi
pendidikan nasional, termasuk di antaranya madrasah dan sekolah Ma'arif baik di kalangan guru maupun peserta didik.
Karena itu, LP Maarif meluncurkan Gerakan Literasi Ma'arif atau GLM,” katanya.
Tujuan GLM, menurut
Andi tidak sekadar untuk diterapkan di sekolah atau madrasah. “Namun juga untuk
mendorong usaha meningkatkan literasi melalui penerbitan Jurnal Ilmiah
Ahlussunnah Waljamaah (ASNA), membuat penerbitan Asna Pustaka yang fokus menerbitkan buku-buku karya
guru-guru Ma'arif, penguatan website Ma'arif, pelatihan dan kelas menulis, gerakan
mendirikan perpustakaan, dan lainnya,” ujarnya.
Dengan program ini,
katanya, kami berharap literasi di madrasah dan sekolah Maarif bisa meningkat
dan lebih memajukan kualitas pendidikan nasional. “Sebab, suatu peradaban bisa
diukur dari seberapa besar dan majunya literasi suatu bangsa,” katanya.
Sementara itu, Pengurus
Bidang Diklat dan Litbang LP Ma’arif PWNU Jateng dan Ketua Tim GLM, Hamidulloh
Ibda, menegaskan bahwa hadirnya GLM ini berawal dari rumus kemajuan bangsa yang
sudah disepakati di WEF, yaitu kompetensi, karakter, dan literasi. “Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sejak 2016 juga menggagas Gerakan Literasi Nasional
(GLN) yang menjadi bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. GLN ini nanti
muncul literasi sekolah, keluarga, dan masyarakat,” kata penulis buku Media
Literasi Sekolah tersebut.
Sedangkan LP Ma’arif,
kata dia, karena menaungi sekolah dan madrasah, maka tidak cocok jika gerakan
literasi madrasah atau gerakan literasi sekolah. “Yang cocok adalah Gerakan
Literasi Ma’arif yang mendorong peningkatan penulisan karya jurnalistik, karya
tulis ilmiah, dan karya sastra,” lanjut peraih Juara I Lomba Artikel Tingkat
Nasional Kemdikbud 2018 itu.
Wujud riilnya,
selain yang sudah dijelaskan di atas, program GLM ini terbagi atas beberapa
program. Pertama, penguatan literasi ilmiah. Wujudnya berupa penerbit Asna
Pustaka, Jurnal ASNA (Jurnal Kependidikan dan Keislaman) yang sudah OJS dan
versi cetak.
Penguatan ini juga
diimbangi dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah dari empat unsur, yaitu
pelajar,mahasiswa, guru/dosen, dan umum. "Kami sudah membuka LKTI ini
sejak 27 Juni 2019 dan akan berakhir
pada 30 November 2019. Silakan cek di website Ma’arifnujateng.or.id atau bisa
ketika saja LKTI Ma’arif NU Jateng di Google,” tandas penulis buku Konsep dan
Aplikasi Literasi Baru tersebut.
Kedua, GLM diperkuat
dengan Modul dan Panduan GLM yang nanti menjadi acuan sekolah dan madrasah Ma’arif
untuk menguatkan literasi di satuan pendidikannya masing-masing. Ketiga,
program perlombaan yang kontinu pada aspek penulisan karya karya jurnalistik, tulis
tulis ilmiah, dan karya sastra.
“Kita punya Jurnal
ASNA, penerbit ASNA Pustaka, Majalah Mopdik, website Ma’arif, juga program
pelatihan, penerbitan, dan percetakan. Di tahun 2019 ini kita fokus penataan
internal, dan 2020 kita siap turun ke cabang-cabang untuk menguatkan tiga
elemen di atas, yaitu karya jurnalsitik, karya tulis ilmiah, dan karya sastra,”
papar penulis buku Sing Penting NUlis Terus tersebut.
Dengan dirillisnya
logo GLM itu, menurut dia tidak sekadar logo, melainkan menjadi identitas dan
simbolisasi. “Ini penanda bahwa Ma’arif itu bisa loh berliterasi. Maka, logonya
ya bermakna siswa-siswi dengan identitas membaca, dengan pilihan batik Ma’arif
untuk siswa, dan identik warna hijau yaitu kesuburan,” jelas dosen STAINU
Temanggung itu.
Logo ini, menurut
dia, akan menjadi branding literasi di sekolah dan madrasah Ma’arif se Jateng. “Akan
kita buat stiker, kaos, dan kita siapkan modul dan panduannya. Yang paling
penting, sudah saatnya semua pelajar, guru, tenaga kependidikan, kepala sekolah
dan madrasah serta pengurus Ma’arif itu literat,” jelas dia. (tb55).
Tambahkan Komentar