Oleh Daffa Salsabila
Dalam
kehidupan, mata menjadi “dunia” bagi anak-anak yang sedang menikmati masa
kecilnya. Ketika sakit, mereka tak dapat melihat dan menikmati indahnya dunia.
Namun, kesehatan mata anak selama ini kurang diperhatikan, padahal kegiatan
belajar sangat membutuhkan panca indera ini.
Mengapa
hal itu penting? Sebab, di zaman serba digital ini, anak-anak cenderung
menghabiskan waktunya untuk bermain gawai daripada bermain di luar rumah.
Penggunaan gawai berlebihan yang tidak dikontrol orang tua, lama-kelamaan akan
mengakibatkan gejala kerusakan mata pada anak.
Salah
satu kerusakan mata saat ini sudah banyak diderita anak-anak usia sekolah
adalah rabun jauh atau miopia. Menurut data yang ada, sekitar 17,2 persen dari
anak-anak usia sekolah kini menderita rabun jauh. (Liputan6.com, 11/06/2019). Data
itu dapat dipastikan terus meningkat apabila penggunaan gawai tidak terkontrol
dengan masif, baik di rumah maupun sekolah.
Penyebab
dan Dampak Rabun Jauh
Di
tahun 2019 ini, siapa yang tidak mempunyai gawai? Setiap orang pasti
mempunyainya mulai dari kalangan muda, dewasa bahkan anak-anak. Gawai itu
mempunyai banyak sekali fungsi. Sebagai sarana mencari informasi, mempermudah
komunikasi, dan yang paling sering digunakan anak-anak yaitu sebagai sarana
hiburan. Namun, perlu diketahui penggunaan gawai yang terlalu berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan mata.
Anak
yang sering melihat layar dan jarang menghabiskan waktu bermain di luar lebih
cenderung dapat mengalami rabun jauh atau miopia yang mengakibatkan pandangan
kabur jika melihat benda jauh (CNN Indonesia, 31/10/2018). Gangguan ini muncul
karena anak terbiasa melihat layar dengan dekat. Akhirnya, otot bekerja lebih
keras, lensa mata dipaksa bekerja dan terus mencembung sehingga lebih berisiko
mengalami rabun jauh.
Faktor
lainnya, penyebab rabun jauh pada anak karena faktor keturunan. Meski keturunan
menjadi penyebab rabun jauh, namun intensitas memakai gawai tetap menjadi
faktor utama. Ketika anak sudah terkena rabun jauh, otomatis kegiatan belajar
di rumah maupun sekolah akan terganggung. Maka, menjaga kesehatan mata pada
anak menjadi kewajiban semua kalangan.
Anak
yang mempunyai mata rabun jauh dan tidak menggunakan kacamata tentu mengganggu
aktivitas belajar di sekolah. Mereka kurang jelas saat melihat tulisan guru di
papan tulis. Sehingga, biasanya mereka akan mencatat materi yang diterangkan guru
dengan meminjan catatan milik teman sebangkunya. Masalah lain, anak yang
matanya rabun jauh, kebanyakan malas mencatat, dan mendompleng temannya dalam
belajar maupun mencatat pekerjaan dari guru.
Jika
tidak diobati, aktivitas belajar anak akan kacau. Anak juga terus-menerus
memaksakan membaca dengan kondisi mata minus yang akan mengakibatkan mata malas
(ambliopia). Mata malas di sini berupa
kondisi penglihatan buruk pada satu mata saja yang disebabkan problema pada
saat perkembangan mata.
Hal
ini dapat mengakibatkan risiko kerusakan penglihatan berkepanjangan pada mata itu.
Anak yang sepert ini tak dapat berkonsentrasi belajar, sehingga berpengaruh
pada hasil belajar anak tersebut. Lalu, kapan kita menghentikan kondisi yang
demikian? Sebab, masalah mata adalah masalah dunia.
Solusi
Alternatif
Mencegah
lebih baik daripada mengobati. Pepatah ini tentunya tidak asing lagi. Lalu,
bagaimana cara mencegah rabun jauh? Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan.
Pertama, menjaga makanan anak, khususnya menganjurkan mereka mengonsumsi
makanan yang mendukung kesehatan mata. Kedua, menjaga kebersihan mata melalui
membersihkan dengan air, tisu, dan menjaganya dari debu.
Ketiga,
mengatur pola konsumsi gawai agar anak tidak terkena rabun jauh. Sebab,
intensitas penggunaan gawai yang berlebihan sangat berdampak buruk pada mata.
Orang tua harus selalu mengawasi kesehatan mata anak-anaknya. Mereka hendaknya
mengontrol anak dalam menggunakan gawai, jangan sampai anak bermain gawai
selama berjam-jam tanpa henti karena dapat meningkatkan risiko rabun jauh.
Kemudian
orang tua dapat mengajak anaknya bermain diluar rumah supaya mata anak tidak
hanya terfokus pada benda dekat saja. Direkomendasikan juga untuk membiasakan
anak mengistirahatkan mata setiap menatap layar, hal ini dapat dilakukan dengan
cara setiap 20 menit menatap layar, istirahatkan mata selama 20 detik dengan melihat
jarak jauh minimal 20 feet atau 6 meter. Pada intinya orang tua harus selalu
mengawasi penggunaan gawai anak-anaknya jangan sampai berlebihan dan juga
mengatur pola makan anak dengan memperhatikan asupan vitamin A anak.
Keempat,
bagi penderita rabun jauh berat, dapat menggunakan kacamata atau lensa kontak.
Akan tetapi jika pengguna belum terbiasa pasti akan sangat mengganggu dan
penggunaan kacamata ini hanya sebagai alat perantara untuk melihat normal bukan
sebagai obat sehingga mata akan tetap mengidap rabun jauh.
Selain
peran orang tua, peran guru dalam mengidentifikasi gejala-gejala awal rabun
jauh pada anak sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar anak yang
memunculkan gejala tersebut dapat langsung ditangani orang tuanya dengan memeriksakannya
di dokter mata sehingga dapat meminimalisir terjadinya rabun jauh yang lebih
parah. Adapun gejala-gejala yang mengindikasikan seorang anak mengidap rabun
jauh antara lain anak mengeluh buram saat melihat benda yang berjarak jauh,
anak tampak sering menyipitkan mata, anak sering mengucek mata, dan nyeri di
kepala.
Orang
tua dan guru harus bersinergi dalam menjaga kesehatan anak. Orang tua diharuskan
selalu mengawasi aktivitas anak di rumah dan guru mengawai aktivitas anak di
sekolah. Hal tersebut sangatlah penting dilakukan. Sebab, kemajuan akademik
anak bisa saja terganggu karena ketidakmampuan melihat sesuatu yang jauh.
-Penulis adalah Guru MI Al-iman Bangsren, Magelang
Tambahkan Komentar