Semarang, TABAYUNA.com - Dalam kegiatan Kemah Kebangsaan Satuan Komunitas Ma'arif NU Jawa Tengah, pengamat intelijen dan terorisme Dr. Wawan Hari Purwanto menyampaikan banyak hal tentang radikalisme dan bahayanya.
"Gerakan radikal bermetamorfosis dengan merekrut generasi muda. Mereka mengganti sistem yang ada, Pancasila mau diganti dan meski gelut akan dilakukan, kan ini merusak namanya," tegas juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN) tersebut, Jumat malam (8/11/2019).
Dijelaskannya, kelompok radikal mengatakan sistem yang ada di Indonesia salah. "Mereka ingin mengganti dengan sistem yang mereka yakini dianggap paling benar dan menilai yang lain salah," tegasnya.
Perbedaan keyakinan, katanya, menjadi alat mereka untuk merusak tatanan kehidupan yang sudah damai. "Beda keyakinan ya sudah, tidak perlu diperdebatkan. Saya contohkan, saya dulu putus sama pacar karena beda keyakinan. Saya yakin saya ganteng, tapi pacar saya yakin saya tidak ganteng, maka akhirnya putus," kelakarnya.
Menurut dia, karakteristik radikalisme salah satunya membuat kondisi negara dengan status quo, dan mengganti dengan gerakan revolusioner. "Mereka ingin melakukan perubahan cepat, dengan cara-cara kekerasan, violence hearing. Mereka pokoknya keras, bahkan ekstrem untuk melancarkan kehendak mereka meski dengan cara-cara kekerasan," kata dia.
Hadir Ketua PWNU Jateng KH. Muhamad Muzamil, Ketua LP Ma'arif PWNU Jateng R. Andi Irawan, Ketua Sakoma NU Jateng H. Shobirin, Pencipta Senam Islam Nusantara H. Muslih, dan ratusan peserta Kemah Kebangsaan tersebut.
Pelajar dalam kesempatan itu, untuk berhati-hati dalam menggunakan media sosial. "Jangan salah pilih organisasi, jangan salah bergaul, karena kurikulum di sekolah tidak pernah mengajarkan radikalisme," kata doktor lulusan UNPAD tersebut. (Tb66/Ibda).
"Gerakan radikal bermetamorfosis dengan merekrut generasi muda. Mereka mengganti sistem yang ada, Pancasila mau diganti dan meski gelut akan dilakukan, kan ini merusak namanya," tegas juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN) tersebut, Jumat malam (8/11/2019).
Dijelaskannya, kelompok radikal mengatakan sistem yang ada di Indonesia salah. "Mereka ingin mengganti dengan sistem yang mereka yakini dianggap paling benar dan menilai yang lain salah," tegasnya.
Perbedaan keyakinan, katanya, menjadi alat mereka untuk merusak tatanan kehidupan yang sudah damai. "Beda keyakinan ya sudah, tidak perlu diperdebatkan. Saya contohkan, saya dulu putus sama pacar karena beda keyakinan. Saya yakin saya ganteng, tapi pacar saya yakin saya tidak ganteng, maka akhirnya putus," kelakarnya.
Menurut dia, karakteristik radikalisme salah satunya membuat kondisi negara dengan status quo, dan mengganti dengan gerakan revolusioner. "Mereka ingin melakukan perubahan cepat, dengan cara-cara kekerasan, violence hearing. Mereka pokoknya keras, bahkan ekstrem untuk melancarkan kehendak mereka meski dengan cara-cara kekerasan," kata dia.
Hadir Ketua PWNU Jateng KH. Muhamad Muzamil, Ketua LP Ma'arif PWNU Jateng R. Andi Irawan, Ketua Sakoma NU Jateng H. Shobirin, Pencipta Senam Islam Nusantara H. Muslih, dan ratusan peserta Kemah Kebangsaan tersebut.
Pelajar dalam kesempatan itu, untuk berhati-hati dalam menggunakan media sosial. "Jangan salah pilih organisasi, jangan salah bergaul, karena kurikulum di sekolah tidak pernah mengajarkan radikalisme," kata doktor lulusan UNPAD tersebut. (Tb66/Ibda).
Tambahkan Komentar