Ketua LP Ma'arif PWNU Jateng menyampaikan sambutan |
Ketua LP Ma'arif PWNU Jateng R. Andi Irawan, M.Ag., melaporkan bahwa kegiatan itu bertujuan melahirkan dan mewujudkan yang seutuhnya. "Tidak hanya cerdas secara intelektual saja, namun juga emosional dan spiritual," kata Kak Andi yang mewakili panitia.
Pihaknya menegaskan, bahwa bangsa Indonesia kini pendidikannya mutunya masih rendah, kompetensi, dan banyaknya serangan gerakan radikalisme, liberalisme, dan komunisme. "Ini merupakan tantangan yang harus dijawab dengan berbagai pendekatan yang holistik. Terutama mengatasi krisis moral, krisis karakter. Kami berkeyakinan melalui Pramuka, semua itu dapat terselesaikan," lanjutnya.
Untuk itu, kata dia, melalui Kemah Kebangsaan ini, kami mengangkat tema 'Berakhlakul Karimah, Berkarakter, dan Milenial'. "Kami adalah kader-kader bangsa yang mencintai sesama umat Islam, sesama bangsa, dan kami menolak radikalisme, dan semua ideologi yang merusak bangsa," lanjutnya.
Pihaknya melaporkan, ada 21 Sako Pramuka Ma'arif Cabang se Jateng dengan rincian 364 peserta dari pembina dan penegak. Selain pembacaan ikrar antiradikalisme, kegiatan kemah juga ada penguatan Sakoma, orasi kebangsaan penolakan radikalisme, religion nigth tour (ziarah), Sakoma Jateng Bersholawat, penguatan Aswaja, survival scouting skill, bedah SKU, pembuatan vlog, literasi, dan bakti sosial.
"Semoga kegiatan ini berjalan lancar dan kami memohon doa kepada semua hadirin agar tidak ada halangan," pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah Drs. Suwondo, MSi yang mewakili Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo, menyampaikan apresiasi dan dukungan atas terlaksananya kegiatan Kemah Kebangsaan tersebut.
"Kegiatan Kemah Kebangsaan yang digelar Satuan Komunitas Pramuka Ma'arif NU Jawa Tengah ini bertepatan dengan Hari Pahlawan. Itu menunjukkan Sako Pramuka Ma'arif NU melakukan penghargaan kepada para pendahulu yang berjuang merebut kemerdekaan," katanya.
Pihaknya juga menegaskan, bahwa kegiatan tersebut sudah selaras dengan empat Pilar Unesco. "Learning to know atau belajar menngetahui, learning to do atau belajar melakukan sesuatu, learning to be atau belajar menjadi sesuatu, dan learning to live together atau belajar hidup bersama," lanjutnya.
Salah satu bentuknya, mencegah munculnya radikalisme yang sudah masuk di lembaga pendidikan.
Dalam upacara pembukaan itu, hadir perwakilan dari Kwarda Jateng, Badan Kesbangpol Jateng, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Laziznu Jateng, Ketua Sako Pramuka Ma'arif se Jateng dan ratusan peserta dari pembina dan penegak. (Tb33/Ibda)
Tambahkan Komentar