Banjarnegara, TABAYUNA.com - Lembaga Pendidikan Ma'arif PWNU Jawa Tengah dan UNICEF menggelar Training of Trainer (ToT) Fasilitator Inklusi yang resmi dibuka pada Ahad (22/12/2019) dan akan berakhir Selasa (24/12/2019). Kegiatan yang bertempat di Madukara Room Hotel Surya Yudha Jl. Raya Rejasa, Rejasa, Banjarnegara.
Dalam sambutannya, Ketua LP Ma'arif PCNU Banjarnegara Hendro Cahyono mengatakan pihaknya tersanjung karena Banjarnegara dijadikan tempat ToT. "Anak-anak berkebutuhan khusus memang layak mendapat perhatian. Pemerintah Banjarnegara, dari data ada 3 SLB dan 15 sekolah inklusi namun belum maksimal. Dengan adanya ToT ini, kami berharap ke depan pendidikan inklusi di Banjarnegara semakin baik," beber dia.
Semoga acara ini lanjar, lanjut dia, dan bermanfaat bagi ABK karena mereka adalah anak-anak kita, generasi muda kita.
Ketua LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah R. Andi Irawan mengatakan bahwa peserta sekitar 30 orang ini adalah calon fasilitator pendidikan inklusi.
Andi juga mengatakan, LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah memiliki beberapa program. Salah satunya adalah SIMNU yang di dalamnya tahun ini menemukan data ABK se Jawa Tengah. "Data ini menjadi dasar pemetaan apa saja yang akan dilakukan untuk perbaikan ke depan," lanjut dia.
Salah satu program LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah adalah sekolah dan madrasah inklusi. "Kami (LP Ma'arif PWNU Jateng) yang bermitra dengan UNICEF merasa prihatin karena data ABK di Indonesia masih tinggi. Maka kami bersama UNICEF ingin mewujudkan hak pendidikan, hak sosial, hak ekonomi yang ini sesuai spirit nilai Mabadi Khaira Ummah yang salah satunya keadilan, al-adalah," kata dia.
Beberapa kegiatan berjalan lancar di kabupaten/kota yang dijadikan piloting sekolah dan madrasah inklusi telah berjalan maksimal. "Spirit keadilan pendidikan ini adalah ruh agama. Maka nanti ketika misalnya kemitraan LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah dan UNICEF berakhir, pengurus LP Ma'arif harus melanjutkan program inklusi ini karena ini sesuai spirit agama, undang-undang dan kemanusiaan," lanjut dia.
Pihaknya juga menekankan, semua program inklusi tersebut klimaksnya adalah masyarakat inklusif. "Ini membutuhkan paradigma mendasar, karena memandang ABK itu butuh paradigma yang benar. Jika sudah benar, maka untuk mewujudkan inclusive society akan dapat kita capai," katanya.
Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan ToT Fasilitator Inklusi yang diisi narasumber dari UNICEF dan INOVASI. Sedangkan peserta ToT Fasilitator Inklusi tersebut terdiri atas guru, kepala madrasah dan sekolah inklusi, dosen dan psikolog, pengawas SLB, komunitas inklusi, pengurus LP Ma'arif PCNU Banjarnegara, dan pengurus LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah. (Tb55/Ibda).
Dalam sambutannya, Ketua LP Ma'arif PCNU Banjarnegara Hendro Cahyono mengatakan pihaknya tersanjung karena Banjarnegara dijadikan tempat ToT. "Anak-anak berkebutuhan khusus memang layak mendapat perhatian. Pemerintah Banjarnegara, dari data ada 3 SLB dan 15 sekolah inklusi namun belum maksimal. Dengan adanya ToT ini, kami berharap ke depan pendidikan inklusi di Banjarnegara semakin baik," beber dia.
Semoga acara ini lanjar, lanjut dia, dan bermanfaat bagi ABK karena mereka adalah anak-anak kita, generasi muda kita.
Ketua LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah R. Andi Irawan mengatakan bahwa peserta sekitar 30 orang ini adalah calon fasilitator pendidikan inklusi.
Andi juga mengatakan, LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah memiliki beberapa program. Salah satunya adalah SIMNU yang di dalamnya tahun ini menemukan data ABK se Jawa Tengah. "Data ini menjadi dasar pemetaan apa saja yang akan dilakukan untuk perbaikan ke depan," lanjut dia.
Salah satu program LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah adalah sekolah dan madrasah inklusi. "Kami (LP Ma'arif PWNU Jateng) yang bermitra dengan UNICEF merasa prihatin karena data ABK di Indonesia masih tinggi. Maka kami bersama UNICEF ingin mewujudkan hak pendidikan, hak sosial, hak ekonomi yang ini sesuai spirit nilai Mabadi Khaira Ummah yang salah satunya keadilan, al-adalah," kata dia.
Beberapa kegiatan berjalan lancar di kabupaten/kota yang dijadikan piloting sekolah dan madrasah inklusi telah berjalan maksimal. "Spirit keadilan pendidikan ini adalah ruh agama. Maka nanti ketika misalnya kemitraan LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah dan UNICEF berakhir, pengurus LP Ma'arif harus melanjutkan program inklusi ini karena ini sesuai spirit agama, undang-undang dan kemanusiaan," lanjut dia.
Pihaknya juga menekankan, semua program inklusi tersebut klimaksnya adalah masyarakat inklusif. "Ini membutuhkan paradigma mendasar, karena memandang ABK itu butuh paradigma yang benar. Jika sudah benar, maka untuk mewujudkan inclusive society akan dapat kita capai," katanya.
Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan ToT Fasilitator Inklusi yang diisi narasumber dari UNICEF dan INOVASI. Sedangkan peserta ToT Fasilitator Inklusi tersebut terdiri atas guru, kepala madrasah dan sekolah inklusi, dosen dan psikolog, pengawas SLB, komunitas inklusi, pengurus LP Ma'arif PCNU Banjarnegara, dan pengurus LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah. (Tb55/Ibda).
Tambahkan Komentar