Temanggung, TABAYUNA.com - Sekitar 500 orang peserta Pengajian Selapanan Ahad Kliwon Pagi MI Manbaul Huda Purwodadi Tembarak pada Minggu, 05 Januari 2020 dengan penuh khidmat mendengarkan kajian keagamaan oleh K. M. Suryadharma dari Ngebel Kandangan Temanggung, kiai muda yang juga cucu Simbah Mandzur, salah seorang ulama kharismatik Kabupaten Temanggung era 60-70an, memaparkan bahwa para nabi mewariskan 3 (tiga) hal yang harus menjadi pegangan hidup. "Wirotsah ilmiah, wirotsah Khuluqiyah, dan wirotsah jihadiyah," papar beliau.
Menurut dia, ketiga-tiganya harus jadi satu kesatuan dalam berdakwah, sebab semangat keagamaan yang tinggi tanpa diimbangi dengan keilmuan dan akhlak hanya akan menghasilkan ekstrimisme dan radikalisme.
Selain itu beliau juga memaparkan betapa pentingnya arti santri dan pondok pesantren bagi bangsa Indonesia, karena berdasarkan temuan riset banyak BUMN, ASN, bahkan TNI yang telah terpapar radikalisme, tidak mau mengakui Pancasila sebagai dasar negara, sedangkan santri atau pesantren khususnya pesantren NU merasa bahwa bangsa Indonesia ini adalah rumah bersama yang tidak mungkin seorang pemilik rumah mau menghancurkan rumahnya sendiri.
"Pengajian selapanan ini adalah bentuk kerjasama antar stakeholder madrasah yakni guru, pengurus dalam hal ini NU Ranting Purwodadi Tembarak, dan Wali Murid," jelas Muhamad Adib, S.Pd.I, Kepala Madrasah.
Pengajian selapanan ini dalam tiap kajiannya diisi oleh dai-dai yang berbeda dari kabupaten Temanggung dan sekitar, tercatat KH. Said Asrori, KH
Furqon Mashuri, KH Nur Badri, KH. Mukhit Kholil, KH. Anyudi, Gus Karim, Gus Yahya, Gus Lamik, Gus Nurul Yakin, dan banyak lagi kyai-kyai lain pernah mengisi acara ini, jelas Ustadz Edy Musthofa salah satu staf pengajar di madrasah ini. (Tb55/Mahrus).
Menurut dia, ketiga-tiganya harus jadi satu kesatuan dalam berdakwah, sebab semangat keagamaan yang tinggi tanpa diimbangi dengan keilmuan dan akhlak hanya akan menghasilkan ekstrimisme dan radikalisme.
Selain itu beliau juga memaparkan betapa pentingnya arti santri dan pondok pesantren bagi bangsa Indonesia, karena berdasarkan temuan riset banyak BUMN, ASN, bahkan TNI yang telah terpapar radikalisme, tidak mau mengakui Pancasila sebagai dasar negara, sedangkan santri atau pesantren khususnya pesantren NU merasa bahwa bangsa Indonesia ini adalah rumah bersama yang tidak mungkin seorang pemilik rumah mau menghancurkan rumahnya sendiri.
"Pengajian selapanan ini adalah bentuk kerjasama antar stakeholder madrasah yakni guru, pengurus dalam hal ini NU Ranting Purwodadi Tembarak, dan Wali Murid," jelas Muhamad Adib, S.Pd.I, Kepala Madrasah.
Pengajian selapanan ini dalam tiap kajiannya diisi oleh dai-dai yang berbeda dari kabupaten Temanggung dan sekitar, tercatat KH. Said Asrori, KH
Furqon Mashuri, KH Nur Badri, KH. Mukhit Kholil, KH. Anyudi, Gus Karim, Gus Yahya, Gus Lamik, Gus Nurul Yakin, dan banyak lagi kyai-kyai lain pernah mengisi acara ini, jelas Ustadz Edy Musthofa salah satu staf pengajar di madrasah ini. (Tb55/Mahrus).
Tambahkan Komentar