Oleh Nafisatul Mutsana
Mahasiswi PGMI STAINU Temanggung
Berbicara mengenai istilah tawadhu’, tentunya tidak asing lagi apalagi
bagi kaum santri. Bagi kalangan santri, tawadhu' sering dijadikan sebagai
senjata mereka untuk mendapat keberkahan ilmu. Tawadhu’ sendiri merupakan
bentuk perilaku manusia yang rendah hati dan tidak sombong. Perilaku inilah
yang pada sekarang ini sangat sulit ditemukan. Apalagi dijaman yang semakin
canggih ini, media elekronik semakin
berkembang dengan muncul-munculnya akun social media dan juga internet
Saya sangat kaget ketika mendengar ada seorang murid yang berbuat
semena-mena sendiri terhadap gurunya. Tak hanya mendengar bahkan saya melihat
sendiri seorang murid membantah perkataan seorang dan juga tidak menghargai dan
menghormati guru. Dalam hari saya hanya berkata “ kalau murid berbuat seperti
itu apakah mungkin, ilmunya dapat masuk dan bermanfaat? “. Tak jarang memang,
apalagi kebanyakan mereka telah terpengaruh oleh social media. Kebanyakan anak
jaman sekarang lebih tertarik dengan sosmed dan internet daripada belajar
dengan seseorang yang lebih paham.
Penampakan yang sering terjadi adalah anak-anak jaman sekarang dalam
mencari tugasnya pasti menggunakan internet. Sedikit-sedikit buka internet,
dapat tugas yang susah buka pencarian di internet. Bahkan tugas yang gampang
saja anak-anak jaman sekarang pakai internet.
Tidak hanya anak-anak saja tetapi orang dewasa juga selalu saja
mengandalkan internet.
Dari hasil yang saya amati, tawadhu’ terhadap guru sudah menjadi
penampakan yang sangat langka. Kebanyakan amalan seperti ini dilakukan oleh
seorang santri, bagi masyarakat umum yang non-santri mereka lebih mengandalkan
internet. Bagi seorang santri memuliakan guru amat sangtlah penting dalam
mencari ilmu. Tetapi bagi masyarakat umum, mereka terlihat santai-santai saja
dengan keinginan memuliakan guru. Mereka tidak terlalu menghiraukan dengan kata
tawadhu’.
Hal ini, sangat disayangkan sekali ketika seorang murid tidak lagi
menghiraukan yang dikatakan oleh guru tetapi lebih manut kepada sosmed atau
internet. Sudah banyak sekali di jaman sekarang ini orang-orang menggunakan
internet. Mereka tidak sadar bahwa dampak dari sosmed ini sangat fatal. Lalu apa
penyebab dari sebagian orang lebih tertarik dengan sosmed daripada bertawadhu’
kepada guru?
Trend Jaman
Trend jaman pada era sekarang ini adalah adanya teknologi yang semakin
canggih. Sebut saja era digital, era yang dimana semua serba mudah dan tidak
ada batasannya. Kita bisa menemukan atau mengerjakan sesuatu menggunakan
digital. Bahkan bisa dibilang era sekarang ini dapat dilakukan secara online
dan dapat dengan mudah ditemukan di internet atau social media.
Kebanyakan orang menganggap apapun sudah terdapat dalam internet dan
mereka akan dengan mudah menemukan sesuatu di dalam internet. Kita tidak perlu
mencari sana-sini untuk mendapatkan suatu informasi. Kita hanya perlu buka smartphone
atau computer untuk menemukan informasi dengan membuka internet atau
social media.
Bagi sebagian orang, internet lebih memudahkan kita dalam menemukan sesuatu. Kita tidak perlu mencari
dari buku perbuku atau bertanya dengan orang yang dengan keilmuan lebih tinggi.
Karena itulah mengapa sebagian orang lebih tertaik dengan sosmed atau internet..
Namun, mereka secara tidak langsung telah mengikuti jejak atau suatu hal yang
mereka sendiri tidak tau dari mana asalnya,
tidak tau sanadnya siapa.
Budaya yang seperti ini yang bisa menimbulkan kesalahpahaman dan
perbedaan pendapat. Orang mengira bahwa ilmu yang terdapat dalam social media
atau internet itu sudah jelas sanadnya. Padahal kita sendiri tidak tau siapa
sanadnya yang dapat dipertanggungjawabkan kecuali tulisan-tulisan yang masyhur.
Memang, sangatlah sulit ketika kita untuk menghindari memperoleh ilmu
di internet. Namun, kita haruslah pintar-pintar dalam memilih. Kebanyakan orang
malas untuk bertanya kepada orang yang memiliki keilmuan lebih tinggi karena
harus meluangkan waktu lebih banyak daripada yang hanya bertanya kepada
internet atau social media. Sehingga mereka lupa bahwa sebuah ilmu pastilah
harus dapat dipertanggungjawabkan.
Tak ada yang menyalahkan ketika ingin mencari solusi masalah secara
cepat dengan penggunaan internet. Hal ini sudah sangat wajar bagi kalangan
masyarakat. Namun lain halnya dengan seseorang yang telah mengetahui bahwa ilmu
yang ada di dalam internet tidak dapat dipertanggungjawabkan, tidak tau menahu
siapa sanadnya. Apalagi perihal agama, ini sangat rentan sekali. Jika kita
salah sedikit saja dalam memahami maka sangat mungkin terjadi perbedaan
pendapat. Inilah mengapa kita harus bertawadhu’ kepada guru.
Tawadhu’ Terhadap Guru
Ketika kita bertawadhu’ terhadap guru pastilah sudah jelas
pertanggungjawabannnya. Bertawadhu’ terhadap guru juga wajib karena sudah jelas
guru menjadi teladan, sanad keilmuannya juga sudah jelas. Berbeda dengan
internet atau social media yang kita sendiri tidak tau siapa sanad yang dapat
mempertanggungjawabkan. Kata tawadhu’
sendiri memiliki arti rendah hari atau merendahkan diri. Namun, kata tawadhu’
di sini mengarah kepada memuliakan seorang guru atau dalam hal sikap kita yang
yang rendah hati terhadap guru.
Diriwayatkan oleh imam Thabrani “ sebagian dari tawadhu’ kepada Allah
itu ridho terhadap majlismu tanpa orang yang mulia “. Nah, sudah jelas dalam
mencari ilmu atau bertawadhu’ kepada Allah adalah dengan cara mencari ilmu
dengan seseorang yang memiliki keilmuan lebih tinggi.
Dalam kitab karangan Muhammad bin Ahmad terdapat syi’ir yang berbunyi
الالا
تنال العلم الاٌ بستة # سأ نبيك عن
مجموعها ببيان
ذكاءوحرص
واصطبار وبلغة # وارشاد استاذ وطول زمان
menjelaskan bahwa ketika ingin mendapat hasil ilmu yang bermanfaat itu
ada enam perkara salah satunya adalah pada kata
وارشاد استاذ yang artinya piwulange
guru. Maksudnya, seorang murid apabila
ingin mencari ilmu wajib dengan seorang guru, dan guru ilmu telah memiliki
keilmuan yang lebih tinggi. Dalam mencari ilmu kita pasti sangatlah membutuhkan
seorang guru. Jikapun tidak membutuhkan seorang guru itu hanya beberapa saja
dalam awal pencarian ilmu kita pasti belajar dengan seorang guru terlebih
dahulu.
Lalu apakah dalam pencarian ilmu hanya di dapat dengan seorang guru
saja? Tidak, dalam pencarian ilmu bisa
melalui media apa saja. Namun, apakah mungkin
kita dapat memahaminya secara otodidak? Jikapun memahami tidak menutup
kemungkinan akan terjadi kesalahpahaman. Nah inilah mengapa dalam mencari ilmu
harus ada seorang guru. Dan ketika ingin mendapatkan keberkahan ilmu adalah
dengan cara bertawadhu’ terhadap guru.
Diriwayatkan juga oleh Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan “
bertawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian “. Dalam hal ini
kita diperintahkan untuk belajar atau mencari ilmu dengan seorang guru karena
tanpa seoang guru mungkin saja kita akan tersesat. Maka dari itu kita
diperintahkan untuk bertawadhu’ kepada guru.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan “ Aku adalah hamba dari
siapapun yang mengajariku walaupun hanya satu huruf. Aku pasrah padanya. Entah
aku mau dijual, dimerdekakan atau tetap sebagai seorang hama”. Perkataan beliau
sangat menunjukkan beliau memuliakan dan rela mengabdi kepada seseorang yang
telah mengajarinya meskipun hanya satu huruf.
Guru kami juga mengatakan “ jika ilmumu ingin berkah manfaat,
hormatilah gurumu, muliakanlah mereka. Jika kamu su’ul adab (berbuat
buruk) kepada gurumu maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula. Kerana Ridhonya
Allah itu ada pada ridhonya guru”. Dari perkataan beliau sudah jelas kita
dianjurkan untuk kita bertawadhu’ kepada guru.
Tambahkan Komentar