Semarang, TABAYUNA.com – Bertempat di ICT Kampus III UIN Walisongo Semarang pada Kamis (5/11/2020), Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang mengadakan Webinar International dengan tema "Islamic Perspective on Psychopathology in the Era of Disruption. Webinar International ini, diselenggarakan FPK UIN Walisongo bekerjasama dengan: International Institute of Islamic Thought (IIIT), Asosiasi Psikologi Islam (API), dan Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I).
Acara ini menghadirkan para pakar praktisi psikopatologi, yaitu Hanan Dover, M.Psych, MA Hons - Clinical and Forensic Psychologist, Psychentral, Sydney-Australia, Dr. Nada Ibrahim - Center for Islamic Thought and Education, UniSA Education Futures, University of South Australia, Olga Pavlova, Ph.D. - Moscow State University of Psychology and Education, Moscow- Russian Federation, Dr. Ahmad Gimmy Prathama Siswadi, M.Si - Islamic Psychology Association (API).
Dekan FPK Prof. Dr. Syamsul Ma'arif, M.Ag., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. "Tema yang diangkat sangat kekinian dan berusaha menjawab berbagai persoalan yang sedang dihadapi masyarakat kontemporer; era disruptif melahirkan berbagai problem psikologis, seperti stress berkepanjangan, disorientasi, suka marah, dan merasa teraliniasi yang terkadang akumulasi penyakit kesehatan mental ini melahirkan disorder sosial. Sementara menghadirkan prespektif Islam dalam Psikopatologi diyakini, dapat memecahkan berbagai problem masyarakat modern. Sebab Islam akan mengembalikan seseorang untuk mengenali dirinya sendiri, menghadirkan kekuatan keimanan pada Allah Swt., yang menuntun seseorang mengoptimalkan seluruh fungsi akal, hati, dan perilaku secara berimbang dan beriringan,” katanya.
Di samping itu, Prof. Syamsul menyampaikan bahwa salah satu tujuan webinar internasional ini adalah sebagai upaya untuk mendukung pembaharuan fokus dan scope Jurnal Psikohumaniora. Sebelumnya, jurnal Psikohumaniora menerbitkan artikel-artikel penelitian dalam bidang psikologi secara umum, mulai awal tahun 2021 Jurnal Psikohumaniora hanya akan menerbitkan artikel penelitian lapangan tentang kesehatan jiwa, berdasarkan kajian empiris di bidang psikologi dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Saya yakin, acara ini bisa dijadikan kesempatan yang baik untuk memperkuat Jurnal Psikohumaniora menjadi jurnal bereputasi Internasional dan terndiks Scopus dan WoS.
Dr. Baidi Bukhari, selaku Pimred Psikohumaniora secara khusus menyatakan sangat berterimaksih pada semua pihak; terutama kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam yang telah mentapkan Jurnal Psikohumaniora sebagai salah satu penerima bantuan peningkatan kualitas jurnal bereputasi internasional tahun anggaran 2020. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pimpinan dan seluruh sivitas akademika UIN Walisongo, Editorial Board, editor, reviewer, para penulis, International Institute of Islamic Thought (IIIT) Perwakilan Indonesia, Asosiasi Psikologi Islam (API) Pusat, dan Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I) Pusat, dan panitia yang telah mensukseskan kegiatan seminar ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Rektor UIN Walisongo dalam Keynote Speechnya merasa senang atas dukungan dan antusiasme Webinar ini yang telah menarik hampir 1.000 peserta dari seluruh dunia, Asia, Eropa, Amerika Serikat, hingga Afrika. Minat dan partisipasi Anda dalam webinar ini akan menjadi kontribusi untuk memperkaya ide tentang bagaimana Islam memandang kesehatan mental dan psikopatologi. Sebagaimana diketahui sudut pandang dalam psikologi dari perspektif Islam, bahwa sebagai manusia, kita secara alami tertarik untuk mencari tahu siapa kita, apa sifatnya, dan bagaimana kita dapat meningkatkan diri kita sendiri untuk mencapai kesehatan mental yang baik.
“Saya mungkin berkata, pikiran yang damai, adalah kunci kesehatan mental. Sebagai Muslim, kami menemukan jawaban atas semua pertanyaan tentang kehidupan di dalam Alquran dan contoh Nabi Muhammad. Psikolog juga ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, tetapi dengan pendekatan, penelitian dan teori yang lebih ilmiah. Islam memandang psikologi sebagai studi tentang jiwa dan semua aspeknya: perilaku emosional, dan proses mental, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Gagasan ini didasarkan pada kenyataan bahwa jiwa adalah elemen dasar, dan entitas kehidupan itu sendiri. Islam menambahkan pengertian jiwa sebagai "jiwa" manusia yang memiliki esensi spiritual dan metafisik. Itu adalah fitrah setiap jiwa manusia, untuk dihubungkan dengan sumbernya, Sang Pencipta, Allah Yang Esa dan satu-satunya,” katanya.
Dijelaskannya, hubungan antara jiwa dan Allah itu seperti makanan, air untuk bertahan hidup. Tanpa makanan, jiwa akan menderita kecemasan, depresi, dan keputusasaan. Ini adalah bagaimana Islam memandang psikopatologi. Ini adalah penyakit di dalam jiwa, bukan hanya dipikiran. Jiwa telah kehilangan makanannya, jauh dari unsur vitalnya, merindukan Allah. Setiap jiwa menuntut untuk terhubung dengan Allah, jadi setelah diabaikan, jiwa terus menjadi tidak lengkap, kehilangan pegangan.
Webinar ini harus diperhatikan tidak hanya dari sudut psikologi Islam dari pandangan tetapi baik dari pandangan psikologi yang lebih luas. Masalah mental kesehatan telah menjadi perhatian global yang diupayakan setiap orang untuk keberlanjutannya. Itu dikonfirmasi secara global seperti yang dinyatakan dalam tujuan ketiga tentang Pembangunan Berkelanjutan Tujuan (SDGs): untuk memastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua usia melalui pencegahan, pengobatan, dan untuk meningkatkan kesehatan mental.
“Saya sangat berharap acara ini dapat meningkatkan kesadaran untuk
menjaga kesehatan mental masyarakat. Kesadaran global tentang kesehatan mental
akan mendapatkan faktor pelindung menentukan kesejahteraan manusia, melawan
risiko psikopatologi yang muncul. Itu Perlu dipahami, bahwa kesehatan mental
adalah tanggung jawab setiap orang. Di sini, di UIN Walisongo, kami berkomitmen
untuk menghormati batasan, keberadaan toleransi dan memelihara lingkungan yang
damai. Kami menghargai kebutuhan setiap orang hidup di lingkungan yang damai,
menyediakan sistem pendukung untuk meningkatkan mental kesehatan, psikologis
dan spiritual,” lanjutnya. (TB33).
Tambahkan Komentar