Oleh: Anggun Nadya
Mahasiswa PAI STAINU Temanggung
Sering kali kita melihat anak muda dengan pakian
yang kumal dengan tatanan rambut tak beraturan dan tato di sekujur tubuhnya di
pingir jalan, sebut saja mereka “Anak Punk”. Perempatan jalan, lampu bangjo,
sepanjang trotoar, dan emperan toko
adalah tempat hidup mereka. Lagu tercipta asal-asalan dan macetnya jalanan
adalah ladang rejeki mereka. Ada sebagian yang memberi uang koin, ada yang
memberi secuil makanan bahkan ada pula yang memberi sebatang rokok.
Berbicara tentang anak punk tentang kebebasan, kontrol
diri, manusia tanpa norma dan lain-lain. Banyak masyarakat yang mengangap
bahwa mereka anak preman, tukang mabuk,
penguna narkotika, seks bebas, bahkan LGBT. Ada pula yang mengangap mereka
sampah bagi masyarakat,
Sebenernya apa si penyebabnya? Apa karena orang tua
mereka tidak mampu membiyayai kehidupan mereka? Mungkin karena hancurnya
kerharmonisan rumah tangga? Atau kurangnya kasih sayang orang tua terhadap
mereka?. Terlalu sulit untuk mengetahui siapa mereka dan apa penyebab mereka
sehingga bisa terjerumus ke komunitas anak jalanan ini, tanpa terjun langsung
dan hanya sekedar menduga-duga.
Apa menurut
kalian anak punk adalah anak yang rusak? Atau menurut kalian anak punk adalah
anak yang sakit jiwa? Mungkin jawaban-jawaban ada di diri kalian masing-masing.
Kita sebagai manusia bisa yang berperilaku pada umumnya pun, belum tentu lebih
baik perilaku kita, bisa jadi ada baik mereka di mata Allah swt. Karena pada
kenyataanya kesempurnaan hanya milik Allah swt.
“Anak Punk” komunitas anak jalanan yang selalu di
pandang negativ oleh kebanyakan orang. Mereka adalah manusia normal dengan gaya
hidup yang berbeda. Berbeda yang di maksud adalah mereka melakukan suatu hal
atau melakuakn suatu kebiasaan yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Anak-anak yang umumnya masih duduk di bangku sekolah, anak-anak yang selalu
patuh pulang ke rumah, bahkan anak yang masih dalam pantauan orang tuanya.
Punk adalah komunitas anti penindasan, anti dikekang
dan anti kemapanan. Oleh sebab itu kebanyakan alasan anak yang terjerumus dalam
komunitas ini adalah anak- anak korban dari penindasan, kekangan orang tua
bahkan karena mereka tidak naik kelas atau keluar sekolah sehingga tidak
mempunyai pekerjaan tetap.
Punk adalah budaya, kebudayaan negara barat yang
kini sudah di terapkan oleh sebagian anak remaja Indonesia. Kebudayaan sebuah
kelompok yang memiliki identitas diri dari gaya pakian, gaya rambut, selera
musik bahkan asesoris yang menempel pada tubuhnya. Namun meskipun budaya ini
berasal dari negara barat, pasti ada perbedaan tingkah laku dari anak punk ini.
Misal anak punk di Indonesia juga terkenal akan kegiatan ngrembol atau
bahas umumnya nyetop mobil di pinggir jalan, dan biasanya mobil-mobil besar
antar kota maupun provinsi.
Manusia normal sebenarnya, anak punk adalah
anak-anak yang normal seperti manusia pada umumnya mereka hanya berbeda
pendangan, tingkah laku bahkan dunia pendidikannya dan sebenarnya masih ada
beberapa perbedaan . Bisa di katakana normal pun itu memiliki cara pandang
sudut tersendiri. Mungkin dari cara pandang lain mengatakan bahwa anak punk
adalah manusia di bawah normal, mengapa? Seperti yang kita lihat mereka lebih
memilih tidur di pinggir jalan, hidupnya seperti tak terarah dan lain
sebagainya.
Ketika sudut pandang lain mengatakan di bawah
normal, apakah semuanya itu bernar adanya tentu tidak, ada beberapa anak-anak
dari komunitas punk ini mungkin lebih mulia dari pada para pegawai yang tak
pernah memikirkan sedekah untuk sesama.
Ada yang ikut kerja bangunan, ada yang mengamen di pingir jalan ada yang
menjadi kuli di pasar bahkan ada pula yang menjadi tukang parkir demi membantu
sesama ketika terjadi musibah.
Meskipun tidak semua anak punk berperilaku seperti
itu. namun ada beberapa tingkah laku anak-anak ini pun yang mengatakan bahwa
anak punk adalah manusia normal sebenarnya. Karena menulis itu tidak cukup
berandai-andai, akhirny penulis memutuskan untuk bertanya lagsung kepada
anak-anak punk tersebut. Meskipun ada hanya dua orang yang bisa kita tanyakan.
Pertama adalah Rafi dia adalah anak yang baik dan
setau penulis dia adalah ketua suatu organisasi ikatan pelajar di kalangan
desanya. Rafi pun berasal dari keluarga yang berada tidak dari keluarga yang
hancur tapi mengapa bisa ikut komunitas itu? jawabnya simple “ Aku ingin
duniaku berbeda”. menurut penulis, jawaban dari rafi pun membuan agak
tercengang. Mengapa ikut komunitas anak punk ini hanya ingin dunianya berbeda.
mungkin dia punya padangan atau prinsip tersendiri, lalu dia mengatakan “ aku berada di komunitas ini, bukan berarti
aku harus meniru tingkahlakunya, cara berpakiannya bahkan tatonya kan mbak?”
dan penulispun hanya mangguk-manguk
Yang kedua sebut saja Aji dia adalah anak masih di
bawah umur sebenarnya mungkin kalau sekolah dia masih duduk di bangku sekolah
menengah pertama atau SMP namun apalah, Aji yang tidak lulus SD, yang di didik
secara keras oleh orang tuanya, mungkin semua orang pun akan bilang ohh pantas
saja. Bahkan ketika penulis Tanya mengapa dia mengikuti komunitas ini pun dia
hanya mengatakan “ sakkarepku to, urip-uripku kok” “ opo koe bakal ngumpani aku”, jujur
ketakutan waktu itu padahal hanya penulis hanya bertanya “ mengapa kamu
mengikuti komunitas anak punk ini?”
Meskipun hanya singkat paling tidak bisa sedikit
mmengerti tentang mereka, tentang tujuan mereka mengikuti komunitas ini, bahkan
tingkahlaku setelah mengikuti tingkah laku, ya mereka tetap manusia normal
dengan gaya hidup yang berbeda.
Tambahkan Komentar