Oleh Muhammad Luthfi
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah INISNU Temanggung
Pengertian perilaku konsumen menurut
Loudon dan Della Bitta adalah system pengambilan keputusan serta aktivitas
fisik individu-individu yang semua ini melibatkan individu dalam menilai,
memperoleh, memakai, atau mengabaikan beberapa barang serta beberapa layanan. Perilaku konsumen sangat berpengaruh penting bagi pebisnis dimana sebagai
pebisnis harus bisa memahami keinginan konsumen dan juga harus bisa meyakinkan
konsumen agar mau membeli produk yang ditawarkan. Bisa dikatakan bahwa konsumen
adalah “Raja”.
Perilaku konsumen dari tahun ke tahun
memiliki perbedaan tersendiri, apabila kita mengulang pada tahun antara 50-60an
dimana masyarakat ketika memenuhi kebutuhan rumah tangganya mereka berbelanja
di pasar, warung
kelontong dan warung sayur maupun bahan lainnya, sangat mudah ditemui di perkotaan dan
pedesaan hal itu sangat berpengaruh terhadap faktor sosial dimana Warga Indonesia menggunakan aktivitas jual beli sebagai sarana
Berkomunikasi dengan pembeli lainnya dan guyup rukun. Unsur kekeluargaan pada
masa itu sangat terasa meskipun hanya sebatas pembeli dan tetangga. Aktivitas
tersebut juga termasuk pengamalan Pancasila sila 3 Persatuan Indonesia. Dalam
Islam kegiatan tersebut juga termasuk dalam memperat tali silaturrahmi dan
menjaga persaudaraan, kita juga tahu bahwa silaturrahmi memiliki manfaat yang
baik diantaranya memperbanyak rezeki dan memperpanjang umur. Hal itu dijelaskan
dalam hadis Shahih No.5986 versi Fathul Bari yang artinya “Dari Ibnu Syihab dia
berkata : telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw
bersabda : Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan
umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi (HR. Bukhari).”
Seiring berjalannya waktu dan pergantian tahun ke tahun
muncul supermarket yang memberikan kenyamanan dalam berbelanja, mulai dari
tempat yang nyaman serta bersih, udara yang sejuk karena munculnya barang
elektronik AC selain itu supermarket juga menawarkan produk yang bervariasi dan
juga instan. Hal itu mengakibatkan masyarakat mulai meninggalkan pasar
tradisional dan memilih berbelanja di supermarket yang memberikan kepuasan
tersendiri bagi masyarakat. Tidak hanya sebagai tempat berbelanja kini
supermarket juga bisa dijadikan sebagai tempat rekreasi atau biasa disebut
dengan Mall selain tempatnya yang nyaman dan sejuk Mall memberikan fasilitas
yang banyak mulai dari pusat perbelanjaan sehari hari, barang elektronik,
tempat rekreasi seperti taman bermain anak anak, bisokop serta food corner. Seiring perkembangan zaman
dan kecanggihan teknologi membuat perilaku konsumen juga berubah, munculnya
online store seperti buka lapak, tokopedia, shopee membuat masyarakat mulai
tertarik dengan belanja online dan secara perlahan mulai meninggalkan
supermarket. E-store memberikan kenyamanan lebih daripada supermarket seperti
contoh pengematan waktu, energi dan biaya dimana ketika berbelanja e-store memberikan fitur uang kembali
apabila barang yang dibeli tidak sesuai dengan keinginan konsumen tidak hanya
itu e-store setiap tahunya memberikan
diskon sebesar 25%-50% setiap produk, hal itu sudah cukup untuk membuat
konsumen tertarik. Tidak hanya itu, sosial media juga bisa digunakan sebagai
tempat jual beli sebagai contoh facebook, facebook memiliki fitur grup yang
kemudian dimanfaatkan oleh para pengguna sebagai tempat jual beli. Berdasarkan apa
yang saya amati dan alami orang orang lebih suka membeli Handphone lewat grup
sosial media facebook daripada membeli langsung ke konter padahal membeli lewat
sosial media tidak menjamin barang itu bagus.
Munculnya supermarket dan e-store
memiliki dampak negatif seperti lunturnya komunikasi antara pembeli dengan
pembeli lainnya, guyup rukun serta unsur kekeluargaan yang ada dalam pasar
tradisional perlahan mulai hilang kemudian ramah tamah berubah menjadi acuh tak
acuh selain itu e-store juga memiliki
dampak negatif apabila terlalu fanatik, e-store
justru akan membuat konsumen itu menjadi anti sosial dan mungkin bisa jadi
menjadi kesenjangan sosial dimana orang yang terlalu fanatik dengan e-store
menganggap belanja di pasar tradisional adalah hal yang memalukan, terkadang
berbelanja di supermarket sering kali berujung dengan adu mulut bahkan
berkelahi seperti hal nya berita baru baru ini seorang bapak bapak yang tidak
terima ditegur pegawai supermarket karena menyela antrian berujung perkelahian,
dari hal itu kita bisa menyadari bahwa munculnya supermarket dan e-store secara tidak langsung membuat
nilai nilai pancasila hilang. Pemerintah dibantu dengan Pemerintah Desa
seharusnya mulai memperhatikan kondisi pasar tradisional mulai dari kebersihan
pasar, kenyamanan para konsumen atau bahkan pemerintah juga bisa mengenalkan
atau menghimbau masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional sehingga
budaya dan adat kita tidak luntur bahkan tidak hilang karena adanya
perkembangan zaman dan teknologi.
Tambahkan Komentar