Oleh Suwanto
Pengurus Takmir Masjid Kagungan Dalem, Lempuyangan Yogyakarta dan
Pengajar di Pondok Dompet Dhuafa Jogja
Di era pesatnya
kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), media sosial (medsos) telah
menjelma menjadi kekuatan dahsyat nan luar biasa dalam pembentukan opini publik
di era digital. Dibandingkan dengan media konvensional ataupun cetak, medsos
mempunyai potensi lebih cepat dalam produksi dan diseminasi informasinya. Hanya
sekali klik dengan jari, secepat kilat informasi di medsos mampu menjalar tanpa
sekat batas wilayah. Bahkan, informasi dari negara lain sekarang sudah mudah
diakses dengan mudah dan cepat.
Dengan keunggulan
yang demikian, tentu medsos dapat berperan dalam memajukan literasi. Namun
meskipun begitu, ibarat dua sisi mata uang logam, medsos juga dapat berpotensi
sebaliknya, menjadi perusak informasi di dunia maya. Tumpah ruahnya pandemi ujaran
kebencian, propaganda, yang tak terkendali, bisa menjadi penebar virus radikalisme
ataupun radikalisme. Penelitian van der Bilt, Universitas Tennessee membuktikan
bahwa berita hoax akan dipercaya bila kerap dibagikan.
Persoalan lain,
saat ini banyak generasi digital yang pragmatis, hanya lantaran ingin cepat
terkenal menjadi selebram misalnya ataupun youtuber, dengan melakukan cara-cara
instan dengan panjat sosial (pansos), menampilkan konten-konten dibuat-buat, bernuansa
provokasi, bahkan menggunakan bahasa yang tidak etis yang terkadang menyinggung
SARA. Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi generasi penerus bangsa yang
mengaksesnya.
Belum lagi, seirama
dengan denyut nadi perkembangan teknologi, pandemi provokasi dan radikalisme di
medsos malah justru semakin berbahaya dan mengerikan. Manakala hal ini sudah
sedemikian brutal, perang melawannya bulan lagi soal akal sehat, melainkan juga
terkait dengan kecanggihan teknologi, ketegasan hukum, dan pendidikan literasi.
Dewasa ini, konten provokasi bukan lagi diproduksi dengan memelintir fakta. Ia
bahkan diproduksi berdasarkan hal yang tidak ada sama sekali demi kepentingan
memecah belah. Pemainnya pun bukan hanya simpatisan kelas teri, melainkan juga
pejabat kelas elite.
Oleh karenanya, merespon
berbagai persoalan tersebut perlu hadirnya influencer, youtuber, atau selebram
yang digital natives. Mereka sudah saatnya turut turun gunung untuk kampanye melawan
pandemi provokasi ataupun radikalisme. Caranya di antaranya dengan membuat
konten-konten literasi bebas melawan pandemi provokasi atau radikalisme, menggunakan
medsos secara bijak dengan memproduksi, mengakses, dan menyebarkan informasi
yang sehat. Konten medsos terkait dengan provokasi, ujaran kebencian, adu domba,
dan radikalisme harus dihindari. Para influrncer harus turut mengkampanyekan konten-konten
positif informasi ujaran kasih sayang. Jangan terlalu gegabah dan tidak asal share
informasi yang belum tentu valid kebenarannya. Pun demikian jangan mudah
emosional untuk menyebarkan ujaran kebencian.
Mengingat begitu
krusialnya kehadiran influencer, informasi ataupun konten-konten mereka sangat
berpengaruh besar terhadap nasib kondisi kesehatan informasi yang beredar.
Artinya, ketika informasi yang dihadirkan para influencer positif akan
berdampak baik. Pun juga sebaliknya.
Lebih lanjut, medsos
sebagai corong publik harus bisa hadir sebagai mitra, bersimbiosis mutualisme
dengan pemerintah, influencer, rakyat, perusahaan IT, programer, dan praktisi
IT lainnya. Semua entitas itu dapat bekerja sama untuk memberantas pandemi provokasi
ataupun radikalisme di medsos. Mengingat, Jurgen Habermas dalam Stucturwandel der
Offentlichkeit mengungkapkan bahwa ruang publik bisa menjembatani antara negara
dengan masyarakat sipil.
Influencer sudah
saatnya turut membantu pemerintah dalam upaya memutus mata rantai pandemi provokasi
dan radikalisme di medsos atau dunia maya. Karenanya, informasi ataupun konten
yang dibagikan pun adalah informasi yang menebar ujaran kasih saying serta
konten pemersatu. Ruang gerak informasi berbahaya tentunya akan mudah diputus
dan tutup dengan kehadiran influencer yang turut kampanye literasi. Kampanye
tersebut dapat dilakukan dengan memviralkan konten-konten positif yang banyak
manfaatnya bagi persatuan bangsa.
Tambahkan Komentar