“Berhubung pengabdiannya di perumahan yang dikeliingi
pesantren, jamu ini sengaja dibuat agar santri tetap sehat selama lockdown
di pesantren. Jamu ini langsung didistribusikan seketika pasca pengemasan
selesai. Jadi, masih terjaga higenisnya,”
kata dia.
Produksi dilakukan dengan memanfaatkan lima bahan alami: kunyit, gula asam, gula jawa, asam jawa, serta garam. Bahan direbus
selama 15 menit di salah satu asrama pesantren Darul Falah Besongo, Perumahan
Bank Niaga, Ngaliyan, Semarang. Pada tahap akhir, jamu dikemas dalam botol
ukuran 100 ml.
“Jamu berhasil terkemas sebanyak 20 botol dan dibagikan
secara merata,” lanjut perempuan kelahiran Kudus tersebut menambahkan.
Selain mempertahankan imun, inovasi program kerja ini
dimaksudkan sebagai ladang dalam meningkatkan perekonomian. Pembuatannya yang
mudah menjadikan edukasi mengenai jamu ini bisa dipahami.
“Jamu ini rasanya enak, perpaduan antara manis dan
asamnya pas, tidak pahit seperti jamu kunyit asam yang sering saya minum saat
di rumah,” komentar Yudha, anggota kelompok 18 ketika ditanyai selepas minum
jamu. (tb22/Novia)
Tambahkan Komentar