Oleh Nurul Khasanah
Mahasiswi STAINU Temanggung
Bagi masyarakat muslim pasti tidak asing bila mendengar nama Fir’aun.
Fir’aun adalah seorang raja di zaman Nabi Musa A.S. Fira’aun senndiri memilki
istri yang bernama Asiyah binti Muzahim. Raja Fir’aun sangat terkenal jahat dan
kejam, namun berbeda dengan Asiyah adlah sosok yang sabar, sopan dan santu,
serta memiliki kemuliaan. Asiyah juga dikenal sebagai seorang wanita penyayang,
berbudi luhur, dan memiliki keteguhan yang selalu berada di jalan yang benar.
Tidak hanya dikenal dengan budi pakertinya yang luhur, Asiyah juga
dikenal memiliki paras yang sangat cantik. Sehingga dengan kecantikan yang
dimiliki oleh Asiyah dapat memuat raja Fir’aun jatuh cinta kepadanya. Karena
sangat menyayangi Asiyah fir’aun pun
selalu menuruti keinginan dari Asiyah termasuk saat Asiah mengangkat anak Nabi
Musa A.S.
Pernikahan Asiyah dengan Fir’aun
Setelah Fir’aun ditinggal mati oleh istrinya, Dia mendengar bahwa ada
seorang gadis yang cantik jelita dari keluarga Imran yang bernama Asiyah. Maka
Fir’aun mengutus Haman untuk melamarnya, namun, lamarantersebut ditolak oleh
Asiyah. Lamaran ini merupakan ujian berat bagi keluarganya karena keluaraga
Asiyah merupakan keluarga yang taat beragama dan takut kepada Allah. Bagaimana
bisa mereka menerima lamaran dari Fir’aun yang seorang raja yang murtad, kafir,
dan kejam. Namu, karena merasa takut kepada Fir’aun kedua orang tua Asiah
terpaksa bertanaya “ maukah kamu menikah dengan Fir’aun?” Asiyah pun menjawab “
bagaimana bisa saya sudi menikahi
Fir’au, padahal Ia terkenal sebagai raja yang ingkar terhadapa Allah”. Akhirnya
Haman kembali kepada Fir’aun.
Setelah mendengar cerita dari
Haman, Fir’aun pun tersinggung dan sangat marah dengan jawaban dari Asiyah.
Karena itu Fi’aun menyiksa dan menjebloskan kedua orang tua Asiyah, hal ini
dilakukan agar Asiyah mau menerima lamarannya. Asiyah tidak berdaya di depan
kedua orang tuanya, Asiyah di hadapkan pada dua pilihan yang sulit. Pilihan
pertama Ia harus menikah dengan Fir’aun agar agar dapat melihat kedua orang
tuanya bebas pilihan kedua yaitu bila Asiyah menolak menikah Ia akan terus
melihat kedua orang tuanya disiksadan dibakar hidup-hidup oleh Fir’aun. Hal ini
dilakukan oleh Fir’aun agar dapat memaksa Asiyah untuk menjadi istrinya.
Akhirnya setelah berpikir
dibawah tekanan Fir’aun Asiyah meneytujui untuk menerima lamaran Fir’aun dengan
beberapa syarat yang harus dikabulkan bila tidak maka Ia bersedia mati bersama
ayah dan ibunya. Syarat pertama yaitu Fir’aun harus membebaskan kedua orang
tuanya serta menjamin kehidupannya dengan membuatakan mereka rumah yang indah
beserta perabotannya, syarat kedua yaitu Fr’aun harus menjamin kesehatan kedua
orang tuanya dengan memperhatikan makan dan minumnya. Akhirnyapun Fir’aun
menyetujui syarat yang diajukan oleh Asiyah.
Setelah menikah dengan Fir’aun Asiyah hidup dalam kemewahan, Ia tetap
patuh kepada Allah SWT. Di malam hari Asiyah selalu mendirikan solat malam
sesuai ajaran Nabi Ibrahim Ia memohon kepada Allah unt k menjaga kehormatanya
tidak disentuh oleh Fir’aun. Sehingga Allah menciptakan ibkis yang menyerupahi
Asiyah, yang setiapa malam bercinta dengan Fir’aun. Awal pernikahan Asiyah
dengan Fir’aun berjalan dengan lancar layaknya pengantin baru. Namun, hari
telah berganti bulan sifat buruk dari Fir’aun makin terlihat tidak jarang juaga
Fir’aun menyisaknya jika tidak mau menyembahnya.
Asiyah sang wanita mulia
Ketika itu Asiyah sedang duduk- duduk di taman yang luas dan indah,
dihiasi sungai yang mempesona Ia melihat peti mengambang. Perlahan- perlahan
peti itu mendekat sehingga Asiyah menyuruh pembatunya untuk mengambilnya.
Ketika dibuka ternya berisi bayi mungil. Munculah rasa kasih saying di dalam
diri Asiyah, karena Allah mengkaruniakan rasa cinta dan kasih saying terhadapa
bayi tersebut melalui Asiyah. Ia memerintahkan kepada para pelayannya untuk
membawa bayi tersebut ke istana dalam hati Asiyah berteka untuk memelihara dan
mengasuhnya.
Ketika mendengar hal tersebut Fir’aun pun ingin membunuh bayi
tersebut sebab Ia melihat mimpi yang
menghatuinya selama ini bahwa ada seorang anak laki- laki yang akan
membunuhnya. Fir’aun pun akhirnya mau mengasuh Musa kecil dengan bujukan dari
Asiyah, namun dengan didikan yang sedemikian rupa diatur oleh Fir’aun. Asiyah
mengasuh Nabi Musa hingga dewasa. Asiyah bukanlan ibu kandung dari Nabi Musa
a.s namun, Ia menyayangi Musa layaknya seperti anak kandungnya sendiri. Kelak Asiyah
menjadi salah satu orang yang percaya dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa.
Asiyah juga melihat mukjizat dari Nabi Musa di istana suaminya yang membuatnya
yakin untuk beriman kepada Allah SWT.
Dalam sebuah kisah disebutkan juga bahwa Asiyah beriman kepada Allah
secara diam- diam dan Ia memohon kepada Allah agar menghilangkan kekhawatiranya
terhadap suaminya. Namun Ia tewas ditangan ditangan suaminya lantaran Fir’aun
mengetaui bahwa Asiyah telah beriman kepada Allah.
Fir’aun pun murka terhadap Asiyah, Fir’aun menyiksanya dengan kejam.
Walupun begitu Asiyah tetap beriman dan yakin terhapada apa yang dia yakini.
Asiyah adalah wanita yang memiliki keteguhan hati yang kuat terhadap allah SWT.
Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a Rasulullah bersabda bahwa:” sesungguhnya Fir’aun mengikat istrinya
dengan besi sebanyak 4 ikatan, dua pada tanganya dan dua di kakinya. Jika ia
telah meninggalakan asiyah terbelenggu maka para malikat menaunginya.” (H.R Abu
Ya’la)
Ketika Fir’aun menghujaninya dengan siksaan yang bertubi- tubi Asiyah
berdoa “ Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku
sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkan aku dari kaum yang zalim.”
(Q.S At-Tahrim 66:11). Setelah selesai berdoa Asiyah pun meninggal dengan teteguhan hati Asiyah menjadi salah
satu wanita yang dijamin masuk surga oleh Allah, dan memiliki kedudukan yang
mulia.
Dan telah disebutkan dalam beberapa hadits walaupun tergolong lemah
dikatakan bahwa kelak disurga Nabi Muhmmad SAW akan menikahi perempuan mulia
salah satunya adalah Asiyah binti Muzahim istri dari Fir’aun dan Maryam ibunda
dari Nabi Isa. Walaupun tergolong hadist lemah namun kita dapat mempercayainya
sebab Asiyah merupakan salah satu dari perempuan-perempuan hebat yang perna ada
dunia. Dengan keteguhan hati yang kuat serta memiliki kasih sayang terhadap
sesama menjadikannya perempuan mulia yang kelak dijamin masuk surga oleh Allah.
Asiyah bukanlah perempuan yang hanya memikirkan kehidupan didunia saja
walaupun setelah menjadi istri dari Fir’aun menjadikannya ratu di Mesir pada
saat itu. Namun, Ia memilih melepaskan semua itu dan berima kepada Allah SWT.
Bila perempuan saat ini diberikan ujian seperti Asiyah binti Muzahim dengan
diberikan kelimpahan harta dan tahta namun diminta untuk melepaskan keimanannya
terhadap Allah SWT, belum tentu kuat mempertahankan keyakinan kita dan tetap
percaya behwa Allah telah mempersiapkan rencana yang lebih baik dari pada
rencana yang telah kita buat.
Tambahkan Komentar