Oleh Nur Rira Febriyani
Mahasiswa PGMI INISNU Temanggung
Salah satu
strategi pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diharapkan dapat memperkuat
kehidupan demokratisasi, desentralisasi kewenangan, sumber daya, dan dana di tingkat
sekolah. Penerapan MBS
di sekolah dasar beragam, ada yang sudah dapat menerapkan MBS dengan baik dan
lancar, namun ada juga yang masih mengalami kesulitan atau terhambat suatu
penghalang sehingga tidak dapat menerapkan MBS secara maksimal. Oleh karena
itu, sudah sepatutnya upaya penerapan MBS dapat segera dilaksanakan di
sekolah-sekolah tersebut agar dapat terlaksana dengan baik. Penerapan MBS yang
tidak berjalan merata di sekolah tersebut karena beberapa alasan seperti
kurangnya pemahaman kepala sekolah atau pihak sekolah tentang pentingnya
Manajemen Berbasis Sekolah bagi kualitas pendidikan, belum kuatnya komitmen
pengambil kebijakan pendidikan di daerah baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota sehingga MBS belum dapat berjalan
dengan baik sebagaimana mestinya.
Meskipun
MBS telah lama disosialisasikan dan diterapkan di sekolah, namun perlunya
peningkatan pada penerapan MBS supaya pelaksanaannya dapat berjalan secara
maksimal sehingga tercapainya tujuan yaitu peningkatan kualitas pendidikan.
Bagi sebagian sekolah yang sudah berhasil menerapkan MBS, diharapkan mampu
mempertahankan dan terus meningkatkan apa yang sudah dicapainya melalui
penerapan MBS di sekolah tersebut. Sedangkan bagi sebagian sekolah yang bahkan
belum pernah atau belum berhasil melaksanakan MBS dengan baik, perlu adanya
sosialisasi dan perhatian yang lebih terkait dengan MBS supaya pihak sekolah
dapat memperbaiki kualitas pendidikan di lingkungan sekolah atau lingkungan
nasional sekalipun. Keberhasilan
implementasi MBS mencakup berbagai bidang manajemen sekolah yang meliputi manajemen peserta didik, kurikulum,
peran serta masyarakat, keuangan/pembiayaan, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana sekolah, sistem informasi manajemen.
Kemudian sebelum berlanjut ke manajemen berbasis sekolah, perlu
diketahui juga tentang manajemen pendidikan yang diartikan
sebagai suatu kegiatan anggota yang mengimplikasikan adanya perencanaan atau rencana pendidikan
serta kegiatan implementasinya. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yakni Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Manajemen pendidikan merupakan bagian dari manajemen pembangunan nasional yang secara keseluruhan masih bersifat sentralistis
sehingga kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi
penyelenggaraan pendidikan.
Manajemen pendidikan yang sentralistis tersebut telah
menyebabkan kebijakan yang seragam yang tidak dapat mengakomodasi
perbedaan keragaman/kepentingan daerah/sekolah/peserta-didik, mematikan
partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan, serta mendorong terjadinya
pemborosan dan kebocoran alokasi anggaran pendidikan. Seiring dengan perkembangan
zaman dan bergulirnya era otonomi daerah, terbukalah
peluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi pengelolaan
pendidikan. Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah dikeluarkannya
kebijakan mengenai otonomi pendidikan melalui strategi pemberlakuan manajemen berbasis
sekolah, MBS bukan sekedar mengubah pendekatan
pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS
diyakini akan muncul kemandirian sekolah. Di
Indonesia gagasan tentang Manajemen Berbasis Sekolah sendiri baru belakangan
saja sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah tanggal 1 Januari 2001, depdiknas
merubah orientasi manajemen sekolah yang duhulunya berbasis pusat menjadi Manjemen
berbasis sekolah (MBS), sebagai paradigma baru dalam pengoperasionalan sekolah.
Semua komponen sekolah harus meningkatkan kinerja dan profesionalisme kerja dalam upaya peningkatan mutu pendidikan untuk
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah. Hal ini penting dilakukan supaya
dapat mencapai tujuan pendidikan, output yang diperoleh dari proses pendidikan
harus memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dan
itu tidak terlepas dari peranan sekolah, seperti kepala sekolah, komite
sekolah, orang tua, maupun masyarakat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan konsep manajemen berbasis sekolah bagi pendidik, secara
sistematik diantaranya ialah penyusunan organisasi, perumusan tujuan, penyusunan
anggaran, alokasi personil, pengembangan kurikulum, penyebaran informasi, dan pembuatan
keputusan. Menurut Nurkolis implementasi manajemen berbasis sekolah akan
berhasil melalui strategi-strategi diantaranya ialah sekolah harus memiliki otonomi terhadap suatu
hal, artinya ada otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan
dan keterampilan secara kesinambungan, akses informasi ke segala
bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil, adanya peran
serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan, adanya kepemi
mpinan sekolah yang kuat sehingga mampu mengerakkan dan mendayagunakan sumber daya secara
efektif, adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam dewan sekolah yang aktif, semua pihak
harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh, adanya guidelines
dari kementrian pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses
pendidikan di sekolah secara efektif dan efesien, sekolah harus memiliki
transparansi akan akuntabilitas yang minimalnya diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban
setiap tahunnya, lalu akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder, dan penerapan manajemen
berbasis sekolah harus diarahkan untuk pencapaian kinerja
sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa, serta implementasi
diawali dengan sosialisasi konsep MBS, identifikasi peran masing-masing. Sedangkan menurut Husaini Usman indikator bahwa
manajemen berbasis sekolah sudah berhasil di sekolah ditunjukkan oleh lima
hal diantaranya ialah kemandirian sekolah yang kuat, kemitraan
sekolah yang efektif, peran aktif yang kuat dari orang
tua dan masyarakat, keterbukaan yang bertanggung jawab oleh sekolah, akuntabilitas yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan
merupakan salah satu sasaran utama pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral
dari upaya peningkatan kualitas
manusia Indonesia secara menyeluruh. Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa agar semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas supaya mampu dan
mau menjawab tantangan zaman yang selalu berubah merupakan visi dari
pendidikan nasional (Mulyono, 2008: 234). Diperlukan berbagai strategi guna terwujudnya
misi, visi dan tujuan pendidikan nasional. Di samping itu, tujuan harus layak,
dapat dicapai dengan kemampuan yang ada, serta memiliki gambaran yang ideal tentang kondisi
pendidikan yang diharapkan di masa depan. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan
paradigma baru manajemen pendidikan. Dengan cara memberikan pelayanan pendidikan kepada
peserta didik supaya dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya terutama agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa, kemudian berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga dapat dikatakan bahwa MBS tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian
kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan
akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan
kualitas, efektivitas, efesiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan beserta uraiannya
termasuk kinerja sekolah.
Tambahkan Komentar